Pesan Sahril Helmi, Berpulang Demi Rasa Kemanusiaan

Jurnalis: Mursal Bahtiar
Editor: Aziz Mahrizal

8 Februari 2025 13:36 8 Feb 2025 13:36

Thumbnail Pesan Sahril Helmi, Berpulang Demi Rasa Kemanusiaan Watermark Ketik
Sahril Helmi Jurnalis di Maluku Utara gugur saat liputan. (Foto: Mursal Bahtiar/ Ketik.co.id)

KETIK, HALMAHERA SELATAN – Saat menulis ini, saya masih mengingat lagu romantis yang disukai Sahril Helmi, jurnalis sekaligus kontributor Metro TV di Maluku Utara.

"Harus aku akui, aku tak mungkin bisa. melepaskan, atau mencampakkanmu. Harus pula aku akui, bahwa sebagian jiwaku telah terikat mati gairahmu," penggalan lagu Safe Band yang dinyanyikan Sahril saat itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Sudah sekitar 4 tahun saya mengenalnya. Dan baru dekat dengannya kurang lebih 2 tahun belakangan. Sahril merupakan sosok murah senyum dan penuh canda. Memiliki pergaulan luas, Sahril tak pandang bulu dengan siapa dia berteman. Sungguh dia adalah sosok wartawan yang paling senang berbagi sesama. Sering jahil, tertawanya lebar, seolah dia adalah manusia bebas.

Penggalan lirik lagu milik Safe Band yang dinyanyikan Sahril, menjadi lagu terakhir dan suara terakhir yang saya dengar dari mulutnya. Itupun menjadi pertemuan terakhir dengan dia.

Sebelum meninggal dalam kecelakaan, Sahril dikabarkan sehari menginap di atas pusara mendiang istrinya di Desa Amasing Kali Kecamatan Bacan.

Dari lagu yang dinyanyikan Sahril, ada rasa cinta yang tak bisa dilupakan Sahril. Dia begitu mencintai mendiang istrinya yang meninggal akibat melahirkan buah perkawinan mereka.

Sahril adalah panutan, dia adalah jurnalis yang menginspirasi. Pantas bila Sahril paling di sayang di antara seluruh wartawan yang ada di Maluku Utara.

Sebelum peristiwa nahas itu menimpa speedboat yang ditumpangi Sahril mengalami kecelakaan, dia menyempatkan diri ngopi bareng rekan wartawan di Ternate.

"Si Sahril ngopi disini bareng. Saya larang jangan pergi tapi dia tetap pergi," kata Koces teman Sahril sebelum Sahril menjalankan tugas meliput laporan nelayan yang hilang bersama rekan Basarnas dan Pol Airud di perairan Desa Gita Tidore Kepulauan.

Laka laut itu mengakibatkan 4 meninggal dan dan 7 di antaranya selamat. Dari 3 yang meninggal, Sahril baru ditemukan pada Sabtu 8 Februari 2025 karena sebelumnya Sahril dinyatakan hilang pada Ahad 2 Februari 2025.

Sahril ditemukan terdampar di tepi pantai oleh warga Bacan Timur. Kabar itu memecah tangis Ibunda Sahril yang setiap hari mengangkat tangan dan berdoa agar Sahril ditemukan selama 6 hari pencarian.

Doa Ibu Sahril diijabah. Jasad Sahril rencananya dikebumikan di kampung halamannya di Desa Bisui Kecamatan Gane Timur Tengah.

Sahril adalah pahlawan. Dia adalah jurnalis yang meninggal saat menjalankan tugas. Dalam suatu rekaman pendek, Sahril menyematkan pesan mendalam terhadap kerja jurnalis.

Rekaman yang berdurasi kurang lebih 15 detik itu, Sahril mengungkapkan pesan bagi seluruh kalangan jurnalis di seluruh Indonesia. Apalagi Sahril nantinya dikebumikan berdekatan dengan Hari Pers Nasional (HPN) 2025.

Pesan itu mewangi di hampir seluruh platform media sosial di Maluku Utara. Sahril pergi meninggalkan pesan bagi seluruh wartawan.

Pesan kemanusiaan yang diutarakan Sahril bukan sekedar profesi yang melekat padanya. Jurnalis adalah pilar negara. Dia tak ingin di hargai tapi menginginkan setiap orang melihat nilai dari hasil kerja para jurnalis. Tentang mulianya seorang wartawan dalam mengawal kemajuan bangsa dan negara.

"KALIAN HARUS MENGERTI, APA YANG SAYA KERJAKAN ADALAH MISI KEMANUSIAAN," pesan Sahril.

Selamat jalan Sahril, selamat beristirahat panjang. Pesanmu akan kami kenang demi kemajuan daerah, bangsa dan negara. Wartawan hebat negara kuat.

Selamat Hari Pers Nasional 2025 untukmu Sahril Helmi.(*)

Tombol Google News

Tags:

Halmahera Selatan Maluku Utara Sahril Helmi Gugur saat Liputan Wartawan