KETIK, SURABAYA – Sekolah-sekolah di Surabaya kini tengah menerapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk siswa. Sebuah inisiatif dari pemerintah guna memastikan anak-anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.
Namun, di balik kesuksesan program ini ada cerita lain yang luput dari perhatian, kantin sekolah yang mulai kehilangan pelanggan.
Salah satunya adalah Rini Ari Ani (41) seorang pemilik kantin di SMPN 13 Surabaya yang telah berjualan selama sembilan tahun mengaku, saat program makan bergizi gratis diterapkan, ia terpaksa mengurangi porsi makanananya.
"Ini saya cuma jualan 20 porsi. Sebelumnya sudah dibilangi sama sekolah, takut enggak laku, jadi cuma masak sedikit,” katanya.
Program makan bergizi gratis ini menyediakan menu lengkap yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak, mulai dari karbohidrat, protein, hingga sayur dan buah.
Karena itu, Rini mengurangi porsi jualannya padahal ia menjual makanan berat, bukan makanan berbentuk kemasan. Biasanya, ia menyiapkan 50 porsi sehari dengan harga makanan berkisar Rp7 ribu.
"Ada paling 200 siswa itu yang beli, sisanya mereka bawa bekal,” bebernya.
Rini menjual berbagai makanan matang mulai dari ayam geprek, soto ayam, aneka gorengan dan bakpao coklat.
Adanya MBG di sekolah, membuat siswa tidak lagi membeli makanan tambahan di kantin, terutama karena yang disediakan gratis dan sudah mencukupi kebutuhan mereka.
Potret tiga pedagang (kiri) Rini Ari, Rita dan Sulina. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Meskipun Rini mendukung tujuan mulia dari program ini, ia berharap ada solusi untuk membantu para pedagang kecil seperti dirinya.
Rini berharap bahwa program MBG ini tidak dibagikan pada jam awal istirahat tetapi di jam kedua.
"Kalau istirahat pertama dibagikan, (kantin) ya sepi, kalau di jam pertama anak-anak mesti beli nasi, nanti bisa dibagikan jam kedua aja," keluh Rini.
Selain Rini, pedagang Bakso di SMPN 13 Surabaya Sulina (48) mengakui bahwa pihak sekolah sudah memberitahukan soal adanya pembagian MBG.
Ia pun mengurangi porsi jualannya meskipun begitu pancinya masih tetap penuh dengan pentol, tahu dan somay.
"Hari ini ya laku, tapi enggak banyak. Saya jual seporsi Rp5 ribu," ucap ibu paruh baya ini.
Hingga kini, pelaku usaha kantin belum membahas lebih lanjut dengan pihak sekolah.
"Belum ada pembicaraan seperti itu, kantin memang buka tapi dikondisikan karena ada makanan gratis, makanya kita kurangi porsinya," ucap Sulina. (*)