Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X Gencarkan Gerakan 'Gunung Bali Gunung' di Lereng Merapi

Jurnalis: Fajar Rianto
Editor: M. Rifat

21 Januari 2025 08:15 21 Jan 2025 08:15

Thumbnail Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X Gencarkan Gerakan 'Gunung Bali Gunung' di Lereng Merapi Watermark Ketik
Sri Sultan HB X menanam 100 pohon langka di Nawang Jagad, Kaliurang, Sleman, Senin pagi 20 Oktober 2025 (Foto: Adi/Ketik.co.id)

KETIK, SLEMAN – Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwana X menginginkan agar gunung harus dikembalikan sebagaimana mestinya gunung, yakni bentang alam lereng Merapi yang tadinya gunung harus kembali menjadi gunung.

Sri Sultan mengatakan persoalan lingkungan sering kali tidak terlihat hingga dampaknya terasa. Namun ketika itu terjadi, sudah terlambat.

Oleh karena itu Raja Kesultanan Yogyakarta yang sekaligus Gubernur Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) ini menitahkan gerakan "Gunung Bali Gunung". Dengan maksud Gunung Merapi di wilayah DIY kembali sebagaimana fungsinya, yakni menjadi sumber kehidupan.

Untuk itu Sri Sultan Hamengkubuwono X mengingatkan manusia tidak seharusnya merusak alam, tetapi justru menjaga dan melestarikannya.

Pesan tersebut beliau sampaikan dalam pertemuan kekeluargaan bersama organisasi Pemuda Lintas Agama di Nawang Jagad, Kaliurang, Sleman, Senin 20 Oktober 2025.

Dalam kesempatan tersebut Sri Sultan  HB X secara simbolis menanam 100 pohon langka sebagai upaya pelestarian lingkungan. 

"Jangan merusak, tapi bagaimana menjaga ciptaan-Nya. Semua agama memiliki tujuan yang sama dalam menjaga lingkungan. Kesadaran ini harus tumbuh di kalangan anak muda," pesan Sri Sultan.

Dalam kesempatan yang sama Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa, GKR Mangkubumi berharap aksi penanaman pohon seperti ini dapat diperluas. Putri sulung Sri Sultan HB X ini juga berharap aksi penanaman pohon seperti itu dapat diperluas.

GKR Mangkubumi mengungkapkan sejak erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Banyak alur sungai tertutup. Sementara pohon dapat membantu menjaga siklus air. Nah, dengan semakin banyak pohon, aliran air akan kembali menghidupkan wilayah hingga ke selatan.

Selain GKR Mangkubumi, kegiatan menanam pohon langka yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dan Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama ini juga dihadiri oleh dua orang cucu Sri Sultan HB X yakni RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo dan RM Drasthya Wironegoro.

Hadir juga berbagai tokoh lintas iman. di antaranya Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin, Ketua Umum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum GAMKI Sahat MP Sinurat, Wakil Ketua Gemabudhi Wiryawan, dan perwakilan Pemuda Muhammadiyah DIY, Eko Priyo Agus Nugroho.

Hadir pula dalam kegiatan ini Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro. Serta tiga orang mitra dari GP Ansor yaitu Ichwan Peryana, Muhammad Fauzi Purnama dan Herman Handoko.

Dalam pernyataanya RM Gustilantika Marrel mengungkapkan ide kegiatan ini tercetus Desember 2024 pada saat pertemuan dengan pemimpin Organisasi Pemuda Lintas Agama.

Adapun tema besar yang diusung dalam kegiatan tersebut adalah "Air untuk Masa Depan Peradaban".

Cucu tertua Sri Sultan HB X ini menegaskan pentingnya menjaga ekosistem DIY dengan fokus pada kelestarian air.

Disebutkan, penanaman 100 pohon ini menjadi simbol harapan akan kolaborasi lintas iman dan generasi untuk menjaga alam. Melalui aksi ini, pemuda Indonesia diajak mengambil peran lebih besar dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Sementara itu Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin memaknai pohon sebagai simbol Indonesia. Menurut Addin, dahan, ranting, dan daun pohon ibaratnya adalah representasi kebhinekaan Indonesia.

Sedangkan akar adalah kerajaan-kerajaan Nusantara yang menjadi pondasi bangsa. Addin menyampaikan tugas kita adalah merawat dan memupuk akar kebijaksanaan lokal agar pohon Indonesia terus tumbuh dan memberikan buah kesejahteraan.

Sedangkan Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma menyatakan aksi ini sebagai bukti nyata kolaborasi lintas iman untuk melestarikan lingkungan.

Stefanus Asat menautkan filosofi Keraton Yogyakarta, Memayu Hayuning Bawana, dengan ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si. Bahwa merawat bumi berarti merawat kehidupan itu sendiri. Menurutnya dengan aksi ini kita membangun Indonesia yang hijau dan berkelanjutan.

Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Sahat MP Sinurat, melihat acara ini sebagai kelanjutan sejarah. Ia mengingatkan peran Sultan HB IX pada 19 Agustus 1945 yang mengumpulkan pemuda di Bangsal Kepatihan untuk menyuarakan semangat perubahan.

“80 tahun kemudian, sejarah berlanjut. Hari ini, Sultan HB X bersama 100 pemuda Indonesia meneguhkan tekad untuk merawat bangsa dan alamnya,” ujarnya. 

Sementara dari perspektif lingkungan, Wakil Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi) Wiryawan menyebutkan bahwa merawat alam berarti melindungi Indonesia dan dunia dari bencana. Wiryawan juga menyatakan pentingnya komitmen menjaga bumi. (*)

Tombol Google News

Tags:

Tanam Pohon Langka Titah Raja Yogyakarta Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X Gunung Bali Gunung Gerakan Gunung Bali Gunung GKR Mangkubumi RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo RM Drasthya Wironegoro Organisasi Pemuda Lintas Agama