Revolusi Pengobatan Kanker: Peran Teknologi Nuklir dalam Deteksi Dini dan Terapi

23 Februari 2025 06:30 23 Feb 2025 06:30

Thumbnail Revolusi Pengobatan Kanker: Peran Teknologi Nuklir dalam Deteksi Dini dan Terapi Watermark Ketik
Pemanfaatan teknologi nuklir dalam pengobatan kanker untuk meningkatkan peluang kesembuhan. (Foto: pexels)

KETIK, JAKARTA – Di era perkembangan teknologi saat ini, berbagai inovasi terus dikembangkan di berbagai sektor. Salah satu sektor yang mengalami kemajuan cukup pesat adalah kesehatan. Dewasa ini perkembangan pengobatan terus dikembangkan guna meningkatkan harapan hidup manusia. Salah satunya teknologi dalam pengobatan kanker.

Saat ini kanker masih menjadi momok bagi masyarakat dunia, hal ini tidak lain karena Penyakit ini merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di dunia setelah penyakit jantung. 

Dalam mengobati penyakit kanker, teknologi berbasis nuklir masih menjadi andalan. Hal ini lantaran teknologi nuklir memungkinkan para tenaga medis untuk mendiagnosis dan menangani kanker dengan lebih akurat serta efisien.

Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), dr. Yustia Tuti, SpKNTM, Subsp.(K)Onk, FANMB mengatakan deteksi dini menjadi faktor kunci dalam meningkatkan peluang keberhasilan terapi kanker, namun akses terhadap teknologi canggih masih menjadi tantangan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Dalam upaya menghadirkan solusi inovatif, fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka yang berbasis nuklir dibangun untuk mendukung deteksi dini serta pengobatan kanker yang lebih efektif. 

“Teknologi nuklir adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknik yang berkaitan dengan penggunaan energi atau bahan dari reaksi nuklir," jelas dr. Yustia, dilansir dari Suara.com jaringan media nasional Ketik.co.id, Sabtu 22 Februari 2025.

"Salah satu penerapannya di bidang kesehatan adalah penggunaan radiofarmaka untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati penyakit, terutama kanker,” imbuhnya.

Lebih lanjut dr. Yustia menjelaskan, radiofarmaka merupakan senyawa kimia dengan inti atom radioaktif yang dimanfaatkan dalam prosedur diagnosis dan  terapi kanker.

Penggunaannya mencakup berbagai teknologi canggih seperti Positron Emission Tomography (PET Scan) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), yang berperan penting dalam memberikan gambaran akurat tentang keberadaan dan penyebaran kanker dalam tubuh.

Salah satu radiofarmaka yang paling umum digunakan dalam PET Scan adalah F18-Fluorodeoxyglucose (FDG). Senyawa ini merupakan analog glukosa yang mengandung isotop radioaktif Fluor-18. Sel kanker yang memiliki tingkat metabolisme lebih tinggi akan menyerap FDG dalam jumlah lebih besar dibandingkan sel normal, memungkinkan PET Scan untuk mendeteksi lokasi dan tingkat penyebaran kanker secara lebih presisi.

“Penyerapan F18-FDG yang lebih tinggi pada sel kanker memungkinkan PET Scan memberikan gambaran yang sangat akurat tentang lokasi dan tingkat penyebaran kanker," tambahnya.

Meski kedokteran nuklir telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia,  namun di Indonesia penerapannya bisa dibilang masih terbatas dan tertinggal jika dibandingkan negara maju di kawasan Asia.

Oleh sebab itu dengan pembangunan fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, khususnya F18-FDG, diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih berkualitas dan terjangkau.

"Dengan perkembangan ini, harapan baru dalam deteksi dini dan pengobatan kanker semakin terbuka bagi masyarakat Indonesia," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

teknologi Nuklir Kedokteran Pengobatan kanker Inovasi Radioisotop radiofarmaka