KETIK, SURABAYA – Kelas Menulis Eksklusif Bareng Ketik.co.id hadir lagi, kali ini dengan tema Trik Wawancara dan Menggali Data ala Ketik.
Acara ini berlangsung hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 secara daring dan diikuti oleh masyarakat umum dan mahasiswa.
Muhammad Faizin sebagai pembicara memberikan materi yang berbobot namun tetap mudah dipahami oleh peserta.
Redaktur Ketik.co.id yang berdomisili di Jember ini membocorkan bagaimana menjadi jurnalis handal kepada para peserta.
Sejumlah materi ia suguhkan dengan padat, ringkas, terdapat studi kasus, namun tetap asyik untuk disimak.
Maka dari itu, acara yang berlangsung mulai pukul 15.00-16.30 WIB terasa singkat sekali. Meski begitu masih banyak peserta yang penasaran.
Fatimah salah satu peserta kelas menulis Ketik bertanya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang kurang mengandung empati pada kejadian kecelakaan atau bencana alam.
"Saya penasaran, kalau wawancara melihat tragedi kecelakaan pesawat. Maka keluarga akan sedih, tapi ada yang bertanya mengenai perasaannya bagaimana, ada firasat enggak. Bagaimana itu?" tanyanya.
Menurut Faizin, pertanyaan seperti ini tidak perlu dilontarkan secara langsung kepada keluarga korban. Melainkan cukup mendeskripsikannya saja.
"Ada beberapa hal yang bisa dijawab melalui deskripsi. TV contohnya, media yang menggunakan audio visual, tinggal menangkap gambar dari jarak jauh tidak di zoom. Maka sudah menjelaskan semuanya," jelasnya.
Selain itu terkait pertanyaan firasat, menurut Faizin. Pertanyaan tersebut tidak logis untuk dilontarkan.
"Firasat ini tidak logis. Firasat seperti klenik. Jurnalis bekerja berdasarkan logika karena punya tanggung jawab ke publik," bebernya.
Sementara itu Azza, mahasiswi UINSA juga penasaran terhadap jawaban narasumber yang kadang tidak sesuai dengan harapan.
"Maka dari itu apakah diperbolehkan jurnalis mempengaruhi jawaban narasumber agar sesuai dengan yang dia maksud dan inginkan?" katanya.
Menurut Faizin, harus melihat contoh atau studi kasus di lapangan. Misalnya makanan bergizi gratis (MBG) dari pemerintah ke siswa sekolah.
Beberapa siswa sekolah berkomentar, jika MBG makanan tidak enak.
"Jawaban itu tetap harus kita hargai. Tidak boleh kemudian bilang enak tapi nyatanya tidak enak," katanya.
Hal ini berbeda dengan kasus pelecehan seksual seorang mahasiswi hingga dikeluarkan dari kampusnya.
"Ini sebenarnya melanggar hak mahasiswi, tidak boleh. Wartawan bisa mencecar, kemudian kepala sekolah jadi mempertimbangkan ulang," bebernya.
Pertanyaan sebenarnya tidak hanya sampai di sini saja. Masih ada banyak. Namun karena keterbatasan waktu, maka dilanjutkan dalam grup kecil. (*)