KETIK, PACITAN – Setiap detak nyawa pasien ada denyut harapan yang harus direngkuh. Bagaimanapun caranya, harus tertolong.
Begitulah ucap, dr. Netty Nurnaningtyas, Sp.EM, dokter spesialis emergency medicine yang mengomando unit gawat darurat (UGD) di RSUD dr. Darsono Pacitan.
Lahir dan besar di Pacitan, perempuan itu menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di kota yang sama, sebelum melanjutkan studi kedokteran umum di Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.
Usai menyelesaikan pendidikan, dr. Netty sapaan akrabnya langsung bekerja di IGD RSUD dr. Darsono dan diterima sebagai CPNS. Pun ia juga diberikan kesempatan melanjutkan pendidikan spesialis bidang emergency medicine di Universitas Brawijaya.
"Dokter spesialis emergency ini memang lulusannya belum banyak, di Indonesia belum ada 70 orang. Salah satunya saya," kata dr. Netty kepada Ketik.co.id, Jumat, 25 Oktober 2024.
Setelah kembali dari pendidikan spesialis pada tahun 2015, dr. Netty diamanahkan untuk melakukan langkah penyempurnaan RSUD.
Tepat ketika IGD RSUD dr. Darsono pindah ke gedung baru, dr. Netty mulai signifikan melakukan penataan dengan mengacu kaidah bangunan dan panduan pelayanan IGD.
Baik fasilitas maupun SDM medis.
"Dulu IGD itu tidak seperti ini, kalau boleh dibilang IGD jaman jahiliah. Awal 2023 ke gedung baru mulai dilakukan penataan yang sesuai dengan kaidah gedung dengan panduan tentang gedung IGD dan fasilitasnya," imbuhnya.
Keberhasilan dr. Netty juga pada kesiapan SDM IGD dalam penerapan SOP, diantaranya adalah kemampuan respons tim medis yang lebih cepat tanggap dalam menangani kegawatdaruratan.
“Untuk kasus prioritas satu atau tergolong triase merah, yaitu gawat darurat, kami pastikan skrining atau pemeriksaan awal dilakukan dalam waktu kurang dari lima menit,” ujarnya.
dr. Netty juga mengungkapkan tantangan terbesar yang dihadapi dalam kesiapan menghadapi bencana dan kedaruratan secara bersamaan.
Oleh karenanya, dr. Netty saat ini memilih untuk melanjutkan pendidikan S2 Magister Manajemen Bencana di UPN Yogyakarta. Menurutnya, pendidikan ini sangat penting, terutama untuk menghadapi situasi bencana yang sering terjadi di daerahnya.
dr. Netty percaya bahwa pengetahuan akan membantu mengatur segala sesuatunya agar tidak terjadi kekacauan.
"Kalau tidak terbiasa mengatur saat pasien datang sekaligus pasti akan panik, itu yang saya persiapkan, makanya saya sekolah juga. Saya harus bisa mengatur SDM yang ada disini untuk kesiapannya ketika menghadapi lonjakan pasiennya harus bagaimana," bebernya.
Ditanya soal motto bekerja, dr. Netty mengatakan bahwa setiap nyawa sangat berarti. Dia juga selalu mengingatkan tim IGD untuk memperlakukan pasien layaknya keluarga.
"Sebuah nyawa itu sangat berarti, itu selalu saya terapkan juga ke bawahan saya, pandanglah pasien ataupun orang yang datang itu seperti keluargamu sendiri ibarat bapak, ibu, anak, adik atau kakakmu sendiri, sehingga memperlakukannya itu seperti keluarga sendiri," jawabnya.
Selain aktif di RSUD, dr. Netty juga tercatat sebagai pengurus pusat Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia (Perdamsi).
dr. Netty juga berperan aktif sebagai salah satu instruktur di medical sport event seperti acara olahraga besar, termasuk Piala Dunia U-17 2023, Asian Games, dan GP Mandalika.
"Sering juga dilibatkan dalam mengawal event-event olahraga besar, menjadi dokter darurat. Karena standard luar negeri itu harus ada dokter emergency," tandasnya. (*)