Sudah Ada Sejak Nabi Adam, Begini Awal Mula Adanya Perintah Puasa

13 Maret 2025 11:19 13 Mar 2025 11:19

Thumbnail Sudah Ada Sejak Nabi Adam, Begini Awal Mula Adanya Perintah Puasa Watermark Ketik
Ilustrasi Sejarah Awal Mula Perintah Puasa (Foto: Rihad Humala/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Bulan puasa Ramadhan menjadi momen yang sangat sakral bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, praktik puasa sendiri sebenarnya sudah ada jauh sebelum diwajibkan kepada umat Islam.

Muhammad Azmi, Pengajar di Pondok Pesantren Al Jihad Surabaya menerangkan, ibadah puasa telah dilakukan oleh para nabi terdahulu, mulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. 

Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Nabi Adam AS berpuasa tiga hari setiap bulannya. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena diizinkan bertemu kembali dengan istrinya, Siti Hawa. 

Selain itu, menurut Imam Al-Qurthubi, Nabi Nuh AS dikenal sebagai orang pertama yang berpuasa di bulan Ramadhan.

Hal ini ia lakukan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT karena telah diselamatkan dari banjir besar yang meluluhlantakkan kaumnya.

“Ibadah puasa pun dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Di masa awal kenabian, Rasulullah SAW melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, yang dikenal sebagai tradisi yang juga dilakukan oleh orang-orang Yahudi,” ujar Azmi, panggilan akrabnya.

Ia menjelaskan, setelah Rasulullah hijrah ke Madinah pada tahun 2 Hijriyah puasa Ramadhan diwajibkan, dan puasa Asyura statusnya berubah menjadi sunnah.

Pengisi Tausiyah Radio El Viktor ini menambahkan, perintah puasa di bulan Ramadhan secara tegas disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 183. Dalam ayat tersebut menekankan bahwa tujuan utama dari puasa adalah agar umat Islam menjadi orang-orang yang bertakwa.

Syariat puasa ini mengalami penyempurnaan seiring berjalannya waktu. Pada awal-awal Islam, umat Islam diperbolehkan makan, minum, dan berhubungan suami istri setelah berbuka, tetapi hanya sampai mereka tertidur.

Jika mereka sudah tidur, maka tidak diperbolehkan makan atau minum lagi hingga keesokan harinya, aturan ini dianggap cukup memberatkan.

Namun kini, sesuai dengan bunyi Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 187, setelah berbuka dan melaksanakan salat Isya’, umat Islam diperbolehkan beristirahat dan melakukan berbagai aktivitas lainnya tanpa batasan yang memberatkan.

Menu berbuka pun kini tidak lagi terbatas pada kurma dan air, tetapi diperbolehkan mengonsumsi berbagai makanan yang tersedia.

“Menu berbuka dulu cuma makan kurma dan air, kalau saat ini diperbolehkan apapun yang dimiliki,” ujar Azmi saat diwawancara oleh tim ketik.co.id pada Rabu, 12 Maret 2025.

Lulusan S1 Al-Azhar Kairo ini mengutip Surah Al-Baqarah ayat 185, yang menyebutkan Allah SWT berfirman, bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta pembeda antara yang benar dan yang salah.

Selanjutnya, dalam Ayat tersebut juga memberikan keringanan bagi orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan untuk mengganti puasanya di hari lain, sebagai bentuk kemudahan dari Allah SWT.(*)

 

Tombol Google News

Tags:

Puasa Ramadhan Surah Al Baqarah ayat 183 puasa Ramadhan