KETIK, YOGYAKARTA – Lembaga riset Pusat Kajian dan Analisis Ekonomi Nusantara (PKAEN) bersama Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta mengungkap hasil survei terbaru mengenai pengaruh sosial dan ekonomi dari gerakan boikot terhadap produk-produk yang diasosiasikan dengan Israel di Indonesia.
Disebutkan dari 810 responden yang disurvei dan dilakukan di 4 kota (Yogyakarta, Lombok, Pekanbaru dan Bandung). Sebanyak 35.4 persen responden mendukung aksi boikot produk terafiliasi Israel dan 43 persen menyatakan motif kemanusiaan sebagai dukungan terhadap boikot.
Namun dalam survei tersebut juga terungkap temuan menarik, bahwa responden sepakat aksi boikot berdampak terhadap pekerja 80 persen dan 72 persen terhadap perusahaan. Temuan survei juga terungkap sebanyak 85.2 persen responden mengatakan pentingnya verifikasi informasi sebelum melakukan aksi boikot.
Survei ini mengindikasikan bahwa gerakan boikot tersebut membawa dampak besar bagi sejumlah perusahaan, baik dalam hal penurunan penjualan, kerusakan citra merek, hingga berdampak pada sektor ketenagakerjaan.
Direktur Pusat Kajian dan Analisis Ekonomi Nusantara (PKAEN), Edo Segara Gustanto, mengungkapkan bahwa tekanan ekonomi akibat boikot menyebabkan sejumlah perusahaan menutup gerai di berbagai daerah, yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
“Dampak boikot tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga menyentuh ranah sosial dan psikologis,” ungkap Edo, Sabtu, 10 Mei 2024.
Menurut Edo, gerakan boikot mampu membangun rasa solidaritas keagamaan di kalangan masyarakat. Namun, potensi munculnya ketegangan sosial, tekanan terhadap pekerja lokal, serta perpecahan sosial juga menjadi hal yang harus diwaspadai. Oleh karena itu, edukasi yang proporsional dan adil menjadi sangat penting dalam merespons isu ini.
Edo menilai, boikot ini memperkuat solidaritas keagamaan di masyarakat. Namun, ia juga mengingatkan potensi ketegangan dan perpecahan sosial, serta tekanan terhadap pekerja lokal. Oleh karena itu, edukasi yang proporsional dan adil menjadi sangat penting dalam menyikapi isu ini.
Turut hadir dalam kesempatan itu Dosen Fakultas Ekonomi IAIN Gorontalo yang juga merupakan tim riset PKAEN, Rifadli Kadir. Hadir pula Dewan Pakar PS2PM Yogyakarta sekaligus dosen program doktor di FIAI UII, Dr. Muslich KS, M.Ag., dan Ketua MUI DIY, Prof. Dr. Machasin, M.A.
Prof Machasin menilai gerakan boikot merupakan bentuk dukungan moral bagi perjuangan rakyat Palestina. Meski demikian, Prof Machasin menegaskan pentingnya informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dari lembaga-lembaga resmi agar tidak berdampak negatif bagi masyarakat Indonesia.
Senada dengan itu, Muslich KS menilai bahwa publikasi hasil survei ini krusial sebagai landasan pertimbangan masyarakat terkait boikot. Meski demikian, ia mengingatkan pentingnya kejelasan daftar produk yang memiliki afiliasi dengan Israel untuk menghindari kesalahan sasaran.
“Butuh kajian lanjutan dan tindakan dari ormas keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah untuk memberikan pemahaman yang tepat,” kata Muslich.(*)