Toyota Diam-Diam Ingin 'Caplok' Produsen Mobil Listrik Cina NETA

14 Mei 2025 08:51 14 Mei 2025 08:51

Thumbnail Toyota Diam-Diam Ingin 'Caplok' Produsen Mobil Listrik Cina NETA
Lambang mobil listrik Cina NETA. (Foto: Rhomotion.com)

KETIK, JAKARTA – Raksasan otomotif Jepang Toyota dikabarkan sedang melirik mengambil alih produsen mobil listrik asal Cina NETA Auto.

Dilansir CarNewsChina, meski belum pernah merilis mobil listriknya sendiri, Toyota sudah bukan pemain baru di ranah kendaraan listrik, khususnya di pasar Cina.

Mereka sudah menjalin kerja sama dengan berbagai nama besar seperti BYD, FAW, hingga GAC Group.

Kolaborasi tersebut bahkan melahirkan model seperti Toyota bZ3X, yang sukses besar, terjual 10 ribu unit hanya dalam satu jam setelah peluncurannya.

Di sisi lain, kondisi NETA Auto saat ini jauh dari kata ideal. Perusahaan yang pernah dianggap sebagai salah satu bintang baru di industri EV (electric vehicle) kini berada dalam kondisi krisis. Dalam tiga tahun terakhir, kerugian mereka mencapai Rp42 triliun

Bahkan dana BRICS, yang dikenal berani mendanai proyek-proyek ambisius, memilih mundur dari investasi mereka di NETA.

Namun, justru dalam kondisi inilah Toyota diduga mulai bergerak. Dengan rekam jejak sukses dalam kolaborasi sebelumnya, masuknya Toyota ke orbit NETA bukan tak mungkin menjadi langkah strategis besar berikutnya.

Dilansir dari Suara.com, jejaring nasional Ketik.co.id, Toyota melirik Neta karena beberapa hal. Di antaranya:

  • Aset-aset produksi yang masih bisa dimanfaatkan
  • Pemahaman mendalam terhadap pasar lokal
  • Jejaring distribusi yang sudah terbentuk
  • Teknologi EV yang sudah cukup matang

Dengan kata lain, NETA adalah kepingan puzzle yang pas bagi ambisi besar Toyota di pasar kendaraan listrik Tiongkok, dan mungkin dunia.

Yang menarik, pihak Toyota sendiri masih "jual mahal". Xu Yiming, Direktur Komunikasi Toyota China, hanya memberi komentar singkat: “Kami belum dengar kabar apapun.”

Sementara itu, di Indonesia, NETA masih berusaha bertahan hidup. Model Neta V-II dan Neta X masih dipasarkan, walaupun sudah mulai terdengar kabar beberapa diler berhenti beroperasi. Ini mengindikasikan tekanan juga sudah terasa di tingkat regional.

Jika Toyota benar-benar masuk, skenario yang mungkin terjadi bisa beragam:

  • Pengambilalihan penuh – Toyota membeli dan menyelamatkan seluruh operasi NETA
  • Investasi sebagian – masuk sebagai mitra minoritas untuk mengamankan teknologi dan jaringan
  • Kemitraan strategis – kerja sama terbatas pada teknologi atau distribusi
  • Akuisisi bertahap – seperti membeli waktu sambil menyiapkan langkah besar

Apa pun bentuknya, dampaknya bagi industri akan luar biasa besar. Persaingan akan semakin panas, pemain lain bisa ketar-ketir, dan kolaborasi Toyota-NETA berpotensi menjadi “pasangan baru” yang mengubah peta kekuatan kendaraan listrik global.

Bagi pengamat otomotif, ini bukan sekadar bisnis. Ini permainan strategi tingkat tinggi—sebuah catur industri di mana setiap langkah bisa menentukan masa depan mobilitas.

Kesimpulannya, dalam dunia yang perlahan beralih ke kendaraan listrik, krisis seperti yang dialami NETA bisa jadi bukan akhir—melainkan awal dari era baru.

Dan Toyota? Seperti biasa, bak raksasa, mereka tahu kapan harus melangkah. (*)

Tombol Google News

Tags:

Toyota Neta Mobil listrik mobil cina