Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Siswa TK/RA Melalui Permainan Clay

14 Maret 2025 07:55 14 Mar 2025 07:55

Thumbnail Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Siswa TK/RA Melalui Permainan Clay Watermark Ketik
Oleh: Qoyimah*

Masa anak-anak adalah masa emas, di mana anak mengalami perkembangan, baik perkembangan fisik, psikologis, kongnitif, moral, emosional, dan sosial. Ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.

Faktor internal yang mempengaruhi perkembangan tersebut melingkupi taraf kecerdasan, konsep diri, motivasi berprestasi, minat, bakat, sikap, dan sistim nilai. Sementara, faktor eksternal tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Dimasa golden age untuk pertama kalinya dasar-dasar pertama dalam mengembangkan segala macam aspek kemampuan diletakkan. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat tercapai secara optimal.

Berdasarkan fenomena yang ada para ahli Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menentukan bahwa bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran, dan esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini.

Di Indonesia dewasa ini pengembangan dan pembinaan potensi anak usia dini tengah mendapat perhatian serius dari sejumlah pihak khususnya pemerintah, karena disadari benar bahwa anak usia dinilah yang akan menjadi penerus generasi yang akan datang.

Untuk mewujudkan generasi yang unggul dan tangguh serta mampu bersaing menghadapi hidupnya dimasa yang akan datang diperlukan upaya pengembangan dan pembinaan anak yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan karakteristik anak usia dini. 

Sebagaimana tertuang dalam hasil konferensi Genewa tahun 1979, aspek-aspek perkembangan yang diperhatikan pada masa usia dini yaitu motorik, bahasa, kongnitif, emosi, sosial, moralitas dan kepribadian.

Agar semua aspek ini dapat berkembang dengan baik, maka diperlukan suatu sistem pengembangan dan pembinaan anak usia dini yang berkualitas, salah satu komponen sistem pengembangan tersebut adalah program perkembangan motorik halus secara tepat dan terarah. 

Perkembangan motorik halus anak usia taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang sesuatu objek dengan menggunakan jari-jari tangan.

Pada usia 4 tahun, koordinasi gerak motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Meskipun demikian anak seusia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok mainan menjadi suatu bentuk bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan balok tersebut.

Pada usia 4 atau 5 tahun, koordinasi gerakan motorik halus berkembang dengan pesat. Pada masa ini, anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan gerakan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar. (Martani Jamaris: 2006)

Anak lebih membutuhkan pembelajaran untuk meningkatkan motorik halusnya, seperti menjepit, meremas, merobek, melipat, memegang, dan lain-lain. Hal seperti inilah yang membuat peneliti prihatin melihat keadaan tersebut sebab anak berkembang sebagai individu utuh, yang menggunakan pengindraan, pikiran, dan tubuh dalam beraktifitas.

Dalam perkembangan fisik anak usia dini amat jelas terlihat, dan kemampuan melakukan tugas-tugas fisik serta menggunakan anggota tubuh untuk melakukannya sangat penting untuk kompetensi.

Bagi anak usia dini, berhasil melakukan aktifitas yang membutuhkan keterampilan motorik sama pentingnya dengan mengembangkan keterampilan sosial ataupun bahasa.

Dalam kehidupan anak, bermain memiliki arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah dan rohaniah. 

Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak adalah melalui bermain clay. Dengan bermain clay anak akan mengerakkan bagian-bagian tubuh tertentu saja yang dilakukan otot-otot kecil seperti pada jari tangan, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga namun gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat dan seimbang. (Ahmad Susanto, 2011).

Bermain clay bisa dengan menggunakan tepung terigu, tepung kanji dan lem rajawali yang dicampur dengan air dan diberi pewarna kue agar lebih menarik bagi anak. Cara bermainnya anak diajak meremas-remas, membentuk dan mencetak berbagai bentuk yang disukai anak.

Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan motorik halusnya, permainan ini dapat dimainkan secara berulang-ulang dalam keadaan yang menyenangkan agar anak lebih menikmati permainan tersebut tanpa ada beban dan paksaan.

Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan yang nantinya bisa dibuat aneka bentuk. Clay juga merupakan salah satu alat permainan edukatif (APE) karena dapat mendorong aktivitas dan kreativitas.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa penerapan bermain clay untuk meningkatkan motorik halus anak, dapat dilakukan dengan mengajak memegang benda yang berukuran kecil, meremas-remas benda dengan lilin/plastisin, dan menirukan tulisan. Bermain clay dapat melati keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, sehingga dengan bermain clay dapat meningkatkan motorik halus anak.

Sejumlah riset juga menunjukkan, bermain clay dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan data nilai kemampuan motorik halus yang diperoleh anak. 

Penelitian ilmiah yang dilakukan penulis pada Roudlotul Athfal Mambaul Ulum, Desas Terik, Kecamatan Krian, pada pra siklus nilai terbanyak pada idikator pertama “indikator mampu memgang benda berukuran kecil” dengan nilai cheklist 2 prosentase yang diperoleh mencapai 50 persen, pada indikator kedua “mampu meremas-remas benda” mendapat nilai checklis 2 prosentase yang diperoleh mencapai 70 persen, pada indikator ketiga “mampu membentuk benda dengan lilin/plastisin” mendapat nilai nilai 2 prosentase yang diperoleh mencapai 90 persen, dan pada indikator keempat “mampu menirukan tulisan” mendapat nilai nilai 2 prosentase yang diperoleh mencapai 90 persen.

Sedangkan pada siklus I nilai terbanyak pada indikator “mampu memegang benda berukuran kecil” mendapat nilai nilai 3 prosentase yang diperoleh mencapai 60 persen, pada indikator kedua “mampu meremas-remas benda” mendapat nilai checklis 3 prosentase yang diperoleh mencapai 50 persen, pada indikator ketiga “mampu membentuk benda dengan lilin/plastisin” mendapat nilai nilai 3 prosentase yang diperoleh memcapai 60 persen, dan pada indikator keempat “mampu menirukan tulisan” mendapat nilai nilai 3 prosentase yang diperoleh mencapai 80 persen.  

Dan pada siklus II nilai terbanyak pada indikator pertama “mampu memegang benda berukuran kecil” mendapat nilai nilai 4 prosentase yang diperoleh mencapai mencapai 50 persen, pada indikator kedua”mampu meremas-remas benda” mendapat nilai checklis 3 prosentase yang diperoleh mencapai 70 persen, pada indikator ketiga “mampu membentuk benda dengan lilin/plastisin” mendapat nilai nilai 3 prosentase yang diperoleh mencapai 80 persen, dan pada indikator keempat “mampu menirukan tulisan” mendapat nilai nilai 3 prosentase yang diperoleh 60 persen. 

Karena itu, penulis mengajak masyarakat, baik orang tua maupun guru TK/RA/PAUD untuk bisa menjadikan clay salah satu alternatif metode pendidikan untuk meningkatkan kemampuan motorik anak. (*)

 

*) Qoyimah merupakan guru Roudlotul Athfal Mambaul Ulum, Desas Terik, Kecamatan Krian, Sidoarjo. 

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

Naskah dikirim ke alamat email [email protected].

Berikan keterangan OPINI di kolom subjek

Panjang naskah maksimal 800 kata

Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP

Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

Clay alat permainan edukatif ape TK/RA opini Roudlotul Athfal Mambaul Ulum Desas Terik Kecamatan Krian sidoarjo