Aktivis 'No Woman No Cry', Tulus: Pemimpin Sejati Tetap Tegak Melewati Masa Sulit

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Moana

25 Juli 2023 01:05 25 Jul 2023 01:05

Thumbnail Aktivis 'No Woman No Cry', Tulus: Pemimpin Sejati Tetap Tegak Melewati Masa Sulit Watermark Ketik
Dr Rizal Ramli di antara ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia.(Dok.Instagram Rizal Ramli)

KETIK, JAKARTA "Hidup para aktivis macam Bang RR dan Jumhur itu bukan orang miskin yang susah hidup. Kebutuhan ekonomi mereka cukup, nggak bakalan minta bantuan untuk makan sehari-hari, untuk kebutuhan listrik, beli BBM, sekolah anak, mau jalan-jalan dan lain-lain," kisah Tulus tentang dua sosok aktivis garis lurus tersebut

JIKA Cakra Khan menang 1 juta dollar di American Got Talent, dia akan membangun animal shelter. Sementara, jika mereka berdua menjadi pemimpin, di  kepala mereka hanya ada bagaimana rakyat, buruh, anak-anak muda bisa memiliki masa depan yang jauh lebih baik.  

Hari ini, American Got Talent (AGT) kembali menjadi buah bibir. Ya, penyanyi Indonesia berhasil tampil memukau di ajang tersebut.

Kali ini, Cakra Khan mendapatkan four yes dari empat juri AGT. Lagu yang dibawakannya berjudul No Woman No Cry.

Di hadapan juri, Cakra Khan mengungkapkan jika lagu ini sering ia dengar saat diputar oleh almarhum ayahnya sebelum ia berangkat sekolah.  

No Woman No Cry pada derajat pertama bisa diartikan secara harfiah, sebagai nasihat agar tidak perlu menangis walaupun tidak ada wanita. 

Tapi ada makna derajat kedua yang ingin disampaikan oleh Bob Marley dalam lagunya ini. Makna dari No Woman No Cry berhubungan dengan menjaga kepala seseorang tetap tegak melewati masa-masa sulit.

Cakra Khan mengalami masa-masa yang sulit untuk terus melaju di AGT. Semoga, mimpinya menang di AGT dan uang hadiahnya digunakan untuk menjadi membangun animal shelter akan terwujud.  

"Cita-cita yang menarik, hadiah yang dia dapatkan bukan hanya untuk kepentingan dirinya pribadi," demikian sekilas prolog dari Pengamat Geopolitik Tulus Sugiharto, Selasa (25/7/2023). 

Ia kemudian menganalogikan kisah dan cita-cita Cakra Khan dalam kondisi dinamika kepemimpinan di Tanah Air. 

Bahwa untuk menjadi pemimpin, bupati, wali kota, gubernur bahkan presiden, itu seperti seorang artis yang melempar idenya demi mendapatkan dukungan penonton (baca : rakyat).  

"Lagunya bisa macam-macam. Bisa sang politisi ini tiba-tiba menjadi fans BlackPink meski mungkin hanya tahu dan suka satu atau dua lagunya, yang penting mengaku fans dan terkesan tidak 'zfear of missing out'," sentilnya. 

Demikian pula, lanjut Tulus, ada yang menjual cerita keberhasilan saat menjadi gubernur. Dan ada juga yang selalu tampil keras, garang dan selalu bicara kepentingan nasional, meski memiliki masa lalu yang 'kelam'.

"Ada juga yang senang jogging padahal yang diinginkan dari kepalanya adalah konsep ekonomi dan sosial Indonesia ke depan!," tegasnya. 

Jadi, menurut Tulus, artis politik itu harus memuaskan para jurinya dan penonton. Juri utama dalam politik itu partai politik. 

Mereka akan memilih berdasarkan kepentingan mereka dengan argumen pilihannya didukung oleh rakyat. 

"Tahu dari mana? Kalau lari atau ke pasar banyak yang salaman atau minta foto. Dari survey? Ya kalau hasilnya buruk maka diubah menjadi sure-pay agar calon mereka terlihat baik dan kemudian disebarkan oleh mainstream media (dan bahkan ) sekarang 'influencers.'," ujarnya. 

Lantas bagaimana jika calon presiden berkualitas itu lahir tanpa dibidani partai politik alias non parpol? 

Tulus menegaskan, memang sulit. Karena, selama 25 tahun reformasi, belum ada satupun calon presiden yang berasal dari independen. Artinya Capres selalu memerlukan dukungan dari partai politik.  

Sulit untuk menjadi calon independen ini sebagaimana aturan Pasal 6A Ayat (2) UUD 1945 yang menyebut, pasangan calon presiden/wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilu. 

"Memang pilihan terbaiknya adalah presiden threshold itu nol persen. Tapi, berulang kali digugat gagal di MK," tandasnya. 

"Ini sama dengan Simon yang suka diteriaki 'huuuu..' oleh penonton karena meminta seorang penyanyi mengubah warna lagunya, seperti yang dialami oleh Cakra Khan, untuk nya di AGT, untung dia memiliki lagu kedua No Woman No Cry. Harus ada rencana cadangan untuk mencapai sebuah tujuan," sambungnya. 

Apakah akan menggugat ke MK (Mahkamah Konstitusi)? 

"Kini aktivis atau mahasiswa atau buruh  banyak yang mulai sadar, ngapain gugat? Sudah pasti kalah," tukasnya. 

Tulus memberikan contoh. Misal, aksi buruh yang akan menggugat Omnibus Law di bawah pemimpin KSPSI, Jumhur Hidayat. Mereka akan menggelar demonstrasi besar 10 Agustus mendatang. 

"Seniornya, Bang Rizal Ramli mendukung aksi-aksi seperti itu, karena lembaga DPR sudah 'dijinakkan'. Tentu, pandangannya ini langsung dicerca oleh BuzzerRp dengan berbagai ungkapan yang menyakitkan," ungkap Tulus. 

"Hidup para aktivis macam Bang RR dan Jumhur itu bukan orang miskin yang susah hidup. Kebutuhan ekonomi mereka cukup, nggak bakalan minta bantuan untuk makan sehari-hari, untuk kebutuhan listrik, beli BBM, sekolah anak, mau jalan-jalan dan lain-lain," kisahnya tentang dua sosok aktivis garis lurus tersebut. 

Jika Cakra Khan menang 1 juta dollar, dia akan membangun animal shelter, sementara jika mereka berdua menjadi pemimpin, di  kepala mereka hanya ada bagaimana rakyat, buruh, anak-anak muda bisa memiliki masa depan yang jauh lebih baik.  

"Sama seperti Cakra Khan, baik Bang RR, Bang Jumhur juga sudah tidak memiliki ayah, tapi mereka bisa menjadi father, big brother bahkan shelter buat loe, native digital. Dear abang-abang aktivis ngak apa-apa, seperti kata Bob Marley-No Woman No Cry. Tegakkan kepala meski mengalami masa-masa yang sulit, untuk memperjuangkan kepentingan rakyat banyak," tuntasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Dr Rizal Ramli Aktivis Cakra Khan American Got Talent Jumhur Hidayat