KETIK, SURABAYA – “Mau ke mana?”
“Nanya aja kok,”
“Tujuannya ke mana?”
“Bisu ya kok ndak jawab,”
Pertanyaan-pertanyaan yang tak jarang bernada sarkas seperti di atas kerap diterima calon penumpang yang baru tiba atau berada di area Terminal Bus Tipe A Purabaya Bungurasih Sidoarjo.
Yang makin membuat sebal, bukan hanya satu-dua orang yang bertanya. Bisa tiga sampai lima orang lebih selama berjalan menuju area keberangkatan bus antarkota.
Mereka yang bertanya itu para pria asing. Mayoritas tak menggunakan tanda pengenal. Mereka kerap berdiri, bergerombol, menanti setiap bus kota, angkot, ojek atau kendaraan pribadi yang mengantarkan calon penumpang tiba di Purabaya.
Ketik.co.id sudah kenyang mendengar lontaran pertanyaan-pertanyaan itu. Bagi calon penumpang yang sering riwa-riwi di Terminal Purabaya, memang sudah terbiasa menghadapi situasi ini.
Namun, bagi calon penumpang baru, terutama kaum hawa yang jarang atau baru kali pertama singgah di Purabaya, mendapati hal tersebut tentu mengurangi kenyamanan.
“Serem-serem orangnya,” ucap Indah Kusuma, penumpang bus antarkota jurusan Denpasar yang ditemui Ketik.co.id, Rabu siang 26 Maret 2025. Saat itu dia di Purabaya bertiga bersama kedua anaknya.
Para kru bus menanti penumpang di area keberangkatan bus antarkota Terminal Tipe A Purabaya Bungurasih, 26 Maret 2025. (Foto: Rahmat Rifadin/Ketik.co.id)
Dari penelusuran Ketik.co.id, pria-pria bergerombol yang menanyakan tujuan calon penumpang itu berprofesi macam-macam. Ada tukang ojek, sopir taksi, buruh angkut barang, kru bus resmi, dan satu lagi yang berbahaya. Calo tiket.
Ya, calo tiket masih menjadi momok menakutkan dan harus diwaspadai calon penumpang di Terminal Purabaya pada arus mudik Lebaran Idulfitri 2025 ini.
Biasanya mereka tidak bekerja sendiri. Antara dua sampai tiga orang. Mereka berdiri bergerombol di antara para kru bus resmi.
Tak sedikit juga yang nylentang menjemput ‘korban’ sejak di posisi kedatangan bus kota, angkot, atau ojek. Mereka memburu para calon penumpang yang tampak kebingungan saat tiba di Terminal Purabaya.
Calo-calo itu biasanya juga membawa peralatan lengkap. Tas kecil dan tiket buatan mereka sendiri. Lengkap dengan spidol bak kru bus resmi.
Mereka akan meminta korban membayar langsung tiket di lokasi mereka bertemu atau digiring ke suatu tempat. Bukan membayar di atas bus atau area keberangkatan resmi. Tentunyanya dengan harga tiket yang sudah mereka naikkan berkali-kali lipat.
Pantauan Ketik.co.id, salah satu area paling rawan pemudik dihampiri calo adalah di pintu keluar bus antarkota. Letaknya di jalan raya dekat Bundaran Waru, Sidoarjo.
Pada Rabu 26 Maret 2025, Ketik.co.id menyaru sebagai penumpang turun dari ojek di dekat pintu keluar bus antarkota ini. Sesaat kemudian seorang pria yang disinyalir calo menanyai tujuan kepergian media ini. “Yogya,” ucap Ketik.co.id.
Dia kemudian menggiring media ini ke sebuah warung kopi di area tersebut. Di sana pria tersebut mengatakan bahwa harga tiket ke Yogya adalah Rp200 ribu. Ketik.co.id pun menolak.
Pasalnya, sesuai harga resmi, tiket menuju kota tersebut hanya Rp99 ribu untuk kelas ekonomi AC. Untuk kelas eksekutif pun juga tidak semahal itu. Hanya Rp125 ribu.
Terpisah, Heri Purnomo, salah satu penumpang yang ditemui Ketik.co.id di Terminal Purabaya menyebut dirinya juga pernah ditawari tiket menuju Yogya dengan harga melambung lebih tinggi lagi oleh calo.
“Disuruh bayar di bawah (sebelum naik bus, red) Rp350 ribu. Gila. Untung saya tahu harga aslinya. Langsung saya tolak,” ucapnya.
Area keberangkatan bus antarkota Terminal Tipe A Purabaya Bungurasih, 26 Maret 2025. (Foto: Rahmat Rifadin/Ketik.co.id)
Beberapa perusahaan otobus tegas menolak bekerja sama dengan calo. Mereka menempatkan beberapa kru untuk membantu mengarahkan penumpang mendapatkan bus sesuai tujuan. Namun lagi-lagi, karena banyaknya calon penumpang, masih ada yang jatuh ke tangan calo.
Senin malam 24 Maret 2025, Ketik.co.id juga mendapati kru bus Sugeng Rahayu jurusan Surabaya-Yogyakarta meminta seorang penumpang turun dari bus di area pintu keluar bus antarkota.
Itu karena pihak bus enggan mengambil risiko bekerja sama dengan calo. Penumpang tersebut saat itu sudah menjadi 'korban' dan membayar tiket kepada calo untuk tujuan Yogyakarta. Dia membayar di bawah sebelum naik bus.
Pihak kru bus lantas dititipi uang oleh sang calo Rp100 ribu untuk pembayaran penumpang ‘korban’ tersebut. Namun, kru bagian kondektur itu menolak.
Si calo akhirnya terpaksa meminta penumpang yang menjadi korbannya itu turun dan mencari bus lain. “Wong nggak jelas. Ora gelem melu-melu aku,” ucap sang kondektur saat ditanya perihal kejadian itu.
Upaya Preventif Pengelola Terminal Purabaya
Pihak pengelola Terminal Purabaya sejatinya telah melakukan berbagai upaya untuk membatasi ruang gerak para calo ini.
Meski demikian, luasnya area Terminal Purabaya yang mencapai 11,9 hektar serta padatnya hilir mudik penumpang di terminal bus tipe A ini membuat oknum-oknum calo masih bebas berkeliaran.
"Kami terus melakukan upaya preventif dengan melakukan patroli rutin," kata Humas Terminal Tipe A Purabaya, Sarah Abigail, kepada Ketik.co.id.
Selain upaya preventif, pihak pengelola juga tak segan untuk menindak tegas apabila menemukan calo tiket yang masih nakal beroperasi di wilayahnya.
"Apabila ada laporan calo selalu kita tindak dan tertibkan dengan sanksi dilarang beraktivitas di area terminal," tegas Sarah. (*)
Baca Juga: