Anomali Cuaca, Dinas PUPR Pacitan Kesulitan Normalisasi Saluran

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Marno

4 Juli 2023 04:00 4 Jul 2023 04:00

Thumbnail Anomali Cuaca, Dinas PUPR Pacitan Kesulitan Normalisasi Saluran Watermark Ketik
Meski kesulitan, para petugas tengah mengeruk sendimentasi, di Jalan Letjen S Parman. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Cuaca di Pacitan, Jawa Timur dalam beberapa pekan terakhir tidak menentu. Hal ini berakibat pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Pacitan mengalami kesulitan normalisasi saluran air kota.

Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan dan Air Minum Dinas PUPR Pacitan Tonny Setyo Nugroho menyampaikan, usai hujan mengguyur baru-baru ini, meningkatkan bobot tanah dan material sendimentasi. Petugas pun mengalami kesulitan dalam pengerukan tanah untuk di angkat ke permukaan.

"Kalau sekarang kan nggak bisa karena airnya nyemek-nyemek antara ada dan tidak ada," ungkap Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan dan Air Minum Dinas PUPR Pacitan Tonny Setyo Nugroho, Senin, (3/7/2023).

Foto Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan dan Air Minum Dinas PUPR Pacitan Tonny Setyo Nugroho menyampaikan kendala yang dihadapi, saat ditemui di kantornya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan dan Air Minum Dinas PUPR Pacitan Tonny Setyo Nugroho menyampaikan kendala yang dihadapi, saat ditemui di kantornya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Tonny menambahkan, penggunaan alat berat telah dilakukan, namun hanya pada saluran air tertentu seperti depan SPBU Ploso, utara/selatan pertigaan Penceng dan lokasi lainnya. Mengingat, tanpa perhitungan yang matang, dapat mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kita punya eskalator kecil, cuma wilayah kali kunir itu spesifik, karena kalo alat kecil tidak bisa, kalau ketika air tinggi diturunkan, bakal ambles. Kemudian, kalau untuk ekskavator besar tidak bisa masuk di antara jembatan jembatan," imbuhnya.

Khawatir terjadinya banjir kota laiknya tahun lalu, Tonny menjelaskan, sedikitnya ada 35 tenaga lepas untuk mengeruk. Hal itu, demi pangkas penyebab banjir kota selama ini, yaitu banyaknya sedimen berupa material, yang menutup aliran air hingga membuat mampat lalu meluap.

Tonny memaparkan, dengan berbekal cangkul maupun sekop, petugas bakal mengeruk saluran air wilayah kota setiap harinya. Mereka juga bertugas, untuk merawat (pemeliharaan), perbaikan, dan atasi masalah di tempat sulit maupun kondisi darurat. Misalnya, sumbatan sampah sewaktu hujan deras dan banjir datang.

"Tetep kita gali yang di bawah plat saluran (drainase tertutup), itu, tapi ya itu tidak bisa pakai alat, harus tetep pakai manual (tenaga kasar)," paparnya.

Tonny mengatakan, pengerukan saluran air yang dilakukan PUPR Pacitan juga memakan biaya yang tidak sedikit. Hal itu sudah termasuk upah pekerja dan perawatan. Belum lagi kondisi beberapa saluran air yang butuh perbaikan, yang rusak termakan umur maupun banjir.

"Upah pekerja dalam 10 bulan sekitar Rp 787 juta. Apalagi kami juga butuh beli semen, pasir, batu, untuk saluran yang rusak karena banjir," jelasnya.

Dinas PUPR Pacitan bakal fokus mengangkat sedimen di Letjen S Parman atau Kalikunir mulai Gerdon sampai titik yang berpotensi banjir, yakni area ULP PLN Jalan Jenderal A Yani yang mana saat ini tinggi sedimen bisa mencapai setengah meter.

"Prioritas kami saat ini, di saluran saluran yang potensi meluap, kemarin dari Toro sampai Menadi sudah di keruk, sekarang, disepanjang Jalan Letjen S Parman, Kalikunir," jelas Tonny.

Sambil merampungkan pengerukan, pihaknya pun tengah mengidentifikasikan penyebab terbesar banjir kota baik secara teknis maupun teoritis. Begitu pula, adanya penumpukkan sampah di saluran air, yang juga termasuk salah satu faktornya.

"Masih ada masyarakat yang belum ada etikanya soal buang sampah ke saluran air. Bisa dilihat itu kan di saluran Cuik ke barat, semua sampah ngumpulnya di situ. Ada yang buang kasur, buang sofa bekas, kalau pada saat banjir itu nyangkut semua," ujarnya.

Tonny berharap, sedimentasi yang bisa diangkat dapat mengantisipasi terjadinya banjir. Setidaknya kalau pun meluap tidak terlalu parah. Masyarakat diharapkan turut mendukung hal ini, dengan tidak membuang sampah di saluran air.

"Kami mengharap adanya kesadaran masyarakat untuk menjadikan kota ini lebih baik, kemudian, pohon di hulu saluran-saluran itu jangan ditebangi, sehingga sendimentasinya tidak masuk ke saluran," pungkas Tonny, Senin, (3/7/2023). (*)

Tombol Google News

Tags:

Keruk-keruk Normalisasi Saluran Tonny pupr pacitan pacitan