Cerita Pilu Sopir Travel Pacitan-Solo: Telat Pulang Gaji Melayang

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Muhammad Faizin

31 Mei 2024 00:00 31 Mei 2024 00:00

Thumbnail Cerita Pilu Sopir Travel Pacitan-Solo: Telat Pulang Gaji Melayang Watermark Ketik
Valentino Yulianeka (25), saat mengemudikan mini bus, melaju menggaet penumpang jurusan Pacitan-Solo, Kamis (30/5/2024). (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Tatapan mata pria asal Pacitan, Jawa Timur ini tak pernah luput dari sudut aspal. Wajah legamnya, pun selalu sumringah di depan para penumpang.

Bergaya rambut mlipis. Pria ini tampak kian modis saat mengenakan setelan kemeja bertuliskan "Dek Valen" andalannya.

Pria ini bernama Valentino Yulianeka, asal Lingkungan Barehan, Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan.

Menjadi sopir merupakan pekerjaan yang telah dilakoni Valen sapaan akrabnya. Tepat usai lulus mondok di Kota 1001 Gua tujuh tahun lalu, ia memutuskan untuk mendalami keahliannya dalam mengendalikan laju mesin kendaraan roda empat.

Melalui pekerjaan itu, pria berusia 25 tahun tersebut berhasil menyandang gelar sarjana hingga mendekati seorang gadis.

Kini, pujaan hatinya itu sah menjadi istri, bernama Fatika Ramadhanty (24).

Pahit Manis Menjadi Sopir Travel

Selama menjadi sopir, pahit manis dalam menjalani pekerjaan tersebut tentu banyak dilewati olehnya.

Pun Valen mengaku sempat bekerja di sejumlah perusahaan travel, sebelum ia memutuskan untuk nyopir secara freelance satu tahun terakhir.

Foto Valentino tengah berpose di Mini Bus yang dikendarainya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Valentino tengah berpose di Mini Bus yang dikendarainya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

 

Ia sendiri sangat menikmati pekerjaan tersebut. Terlebih saat layanan transportasi travel jadi primadona bagi masyarakat yang ingin berpergian ke berbagai daerah tujuan.

Kendati demikian, masa kejayaannya tersebut pudar seusai didapati kebijakan baru di perusahaan tempatnya bekerja.

Berupa pemberian pinalti bagi sopir yang telat pulang ke garasi.

Valen menceritakan, ketentuan itu cukup memberatkan dirinya. Gaji hariannya, bakal dipotong seribu per menit jika ia telat mengembalikan mobil ke garasi sesuai jadwal perusahaan.

"Terasa beratnya pas ada peraturan baru itu, gaji sopir akan dipotong pinalti seribu per satu menit kalau terlambat balik ke kantor," keluh Valentino saat berbincang dengan Ketik co.id dalam perjalanan dari Pacitan menuju Solo, Kamis, (30/5/2024).

Bak dikejar babi hutan, kata dia, dari kebijakan itu Valen kudu lebih efisien mengatur waktu, begitupun target setoran.

Minimal, ia dapat menggaet 10 penumpang dalam 12 jam sehari kerja.

"Untuk target setorannya, paling minim Rp 800 ribu.

Masalah dia, bukan pada perjalanan Pacitan-Solo. Namun, penjemputan para penumpang yang dirasa cukup menguras waktu.

"Dari Pacitan-Solo atau Yogyakarta paling cepat butuh waktu 3 jam. Tapi yang tidak bisa diprediksi ya pas waktu jemput penumpang maupun barang bisa lebih dari tiga jam," bebernya.

Kendati begitu, target perusahaan tetap dicapainya. Namun sayang, rencananya tak selalu mulus saat pulangnya melewati ketetapan waktu dari perusahaan. 

"Molor satu menit, ya seribu rupiah hilang. Kalau tanpa potongan, satu hari dari pukul 06.00-18.00 WIB dapet Rp100 ribu. Tapi pas ada pinalti, cuman dapet Rp80 ribu karena molor," keluhnya.

Selain itu, Valentino juga resah akan minimnya jatah libur dari perusahaannya. Utamanya, saat hari-hari besar Islam.

"Kalau diluar hari besar tidak masalah. Tapi kalau pas Idul Fitri, liburnya itu hanya hari H. Kadang pas masuk hari kedua ketika waktunya sungkem dengan bapak ibu di rumah sudah ditelpon perusahaan untuk balik bekerja," ujarnya menceritakan pahitnya menjadi sopir.

Tekanan untuk memenuhi setoran dan menghindari pinalti membuatnya harus bekerja ekstra keras. Belum lagi, kendala yang menerpa saat di tengah perjalanan. 

"Kalau ban bocor sudah biasa. Pernah kecelakaan juga. Sempat juga ada yang mau maling ban mobil pas istirahat di SPBU. Waktu saya lihat keluar, di belakang mobil sudah ada dua orang berusaha mencongkel roda, tak teriakin mereka berhasil kabur," ungkap Valentino menceritakan pengalaman pahitnya.

Seiring gayung bersambut, pria muda ini memutuskan untuk resign, pasca dua tahun menjadi karyawan.

Kini ia lebih nyaman menerima permintaan nyopir secara freelance, sambil merangkap pekerjaan serabutan lainnya.

Demikian kisah mantan sopir Travel Valentino Yulianeka, ini hanyalah satu contoh dari banyaknya sopir di Indonesia yang harus berjuang keras untuk mendapatkan hidup layak. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Sopir Travel Pacitan Kisah hidup Freelance