KETIK, SURABAYA – Melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Tim Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan edukasi terkait menstruasi dan akses bebas terhadap informasi di internet dan media sosial. Kegiatan ini digelar di Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) pada Minggu, 29 September 2024 lalu.
Endang Sri Wahjuni, ketua pelaksana mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi siswi SMP adalah kurangnya pengetahuan tentang proses menstruasi. Mereka belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi pada tubuh saat menstruasi, sehingga menimbulkan kebingungan dan ketidaknyamanan.
"Pengetahuan tentang pubertas dan menstruasi sangat penting untuk membantu siswi menghadapi perubahan fisik dan emosional dengan lebih baik," jelas Endang, Rabu, 2 Oktober 2024.
Kegiatan ini dilakukan secara daring melalui Zoom dengan modul yang telah disiapkan oleh tim dosen FK Unesa. Selain edukasi terdapat juga pemeriksaan kesehatan fisik secara luring yang ditujukan bagi guru dan siswa SD,SMP dan SMA SIJ, dengan pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat pemahaman peserta sebelum dan sesudah penyuluhan.
Dekan FK itu juga menyoroti tantangan yang dihadapi khususnya oleh siswa SMA terkait dengan akses bebas terhadap informasi di internet dan media sosial. Siswa SMA sering kali mengakses internet tanpa pengawasan yang memadai, sehingga mereka rentan terpapar konten yang tidak sesuai atau bahkan salah informasi.
"Literasi digital menjadi hal yang krusial untuk diajarkan agar siswa dapat memilah informasi dengan bijak dan tidak terbawa arus informasi yang salah," tambahnya.
Pihaknya berharap para siswa siap menghadapi perubahan yang terjadi pada diri mereka dengan pengetahuan yang cukup, baik dari segi kesehatan reproduksi maupun dalam penggunaan teknologi informasi.
Ia juga mendorong siswa untuk lebih kritis dalam menggunakan media sosial, agar tidak terjebak dalam informasi yang dapat merusak pola pikir mereka. Dengan penyuluhan ini, tim Unesa berharap dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa-siswi SIJ, baik dari segi pengetahuan kesehatan maupun literasi digital.
“Siswa perlu memahami batasan dalam mengakses konten online. Mereka harus bisa membedakan mana informasi yang valid dan mana yang berisiko," pungkasnya.(*)