Calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Rabu 25 Oktober mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai tahapan mengikuti pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Capres dan cawapres pertama yang mendaftar ke KPU adalah Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Kemudian capres-cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Pendaftaran yang ketiga adalah capres dan cawapres Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka.
Ketiga pasang capres dan cawapres yang mendaftar ke KPU tersebut merupakan pasangan yang ideal untuk maju dalam pemilihan presiden periode 2024-2029.
Capres dan cawpres Anies Baswedan adalah seorang profesor yang sudah berpengalaman dalam dunia pendidikan. Sebelum menjabat Gubernur DKI Jakarta Anies mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta. Ia juga pernah menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan saat Presiden Joko Widodo periode pertama.
Sementara Muhaimin Iskandar yang akrab dipanggil Cak Imin adalah Ketua PKB setelah dipimpin Abdul Rahman Wahid (Gus Dur). Cak Imin merupakan salah satu tokoh NU yang dekat dengan akar rumput (masyarakat NU).
Capres-Cawapres yang kedua adalah Ganjar Pranowo berpasangan dengan Mahfud MD. Kedua calon ini tak asing lagi bagi publik. Karena Ganjar Pranowo adalah kader PDIP dan Gubernur Jawa Tengah.
Begitu juga Mahfud MD adalah pendekar hukum yang sudah banyak berkecimpung di dalam kabinet. Dia pernah menjadi Menteri Pertahanan sewaktu presidennya Gus Dur, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) dan Menteri Koordinaor Bidang Politik dan Keamanan di era presiden Joko Widodo.
Capres Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka yang terakhir ini sempat menarik perhatian publik. Bukan tarik ulur penetapan wakil presiden. Tapi munculnya nama Gibran yang wali kota Solo itu.
Nama capres Prabowo sudah tak asing lagi bagi publik. Sejak rezim orde baru namanya sudah terkenal. Mantan menantu presiden Soeharto ini adalah salah satu jendral bintang tiga yang tegas di matra TNI AD. Pernah jadi komandan Kopassus lagi.
Nah, cawapres yang terakhir inilah yang menarik perhatian para politisi. Netizen bahkan masyarakat awam yang tak paham politik.
Gibran dalam kontestasi pemilihan cawapres ini banyak dibicarakan. Pasalnya Gibran, Wali Kota Solo masih muda. Usianya di bawah 40 tahun. Apalagi dia mencalonkan diri berdasarkan amar keputusan MK yang baru lahir beberapa hari.
Gibran yang asalnya pengusaha kini full masuk dunia politik. Tak heran sang ayah kini menjadi presiden sudah memasuki periode kedua. Kerja dan prestasinya bisa dibanggakan.
Nasib Gibran yang cawapres dari Prabowo Subianto ini ibarat “Buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya”. Apakah nasib Gibran ini dianggap merupakan politik Dinasti?
Anggapan di atas perlu ditelaah dengan cermat. Tanpa ada rasa senang dan tidak senang. Dianggap politik dinasti pun masih ”samar-samar”.
Beberapa kali pendukung Gibran yang mewakili kaum milenial optimis cawapres Gibran memang diharapkan untuk regenerasi. Namun, proses Gibran ditunjuk sebagai cawapres menarik perhatian publik. Mengapa? Selain Gibran sang wali kota, masih banyak “Gibran-Gibran” lain yang seharusnya bisa menjadi pimpinan bangsa ini.
Ini hanya silsilah keluarga dari Gibran: Sang ayah presiden dua kali periode, Gibran Wali Kota Solo, Kakak ipar Boby Wali Kota Medan, sang paman Anwar Usman Ketua Mahkamah Kontitusi (MK).
Semoga dalam silsilah keluarga ini luput dari tuduhan Dinasti. Publik semakin dewasa bisa menentukan pilihan capres dan cawapres dengan cermat, sehingga bisa terpilih presiden dan wakilnya menuju Indonesia Maju. (*)
*) Oleh: Sudirman, jurnalis senior Ketik.co.id
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi