Ini Sambutan Lengkap Sultan Bacan ke-22 di Pembukaan Napak Tilas Dauri Tahane Halsel

Jurnalis: Mursal Bahtiar
Editor: M. Rifat

26 Juni 2024 00:00 26 Jun 2024 00:00

Thumbnail Ini Sambutan Lengkap Sultan Bacan ke-22 di Pembukaan Napak Tilas Dauri Tahane Halsel Watermark Ketik
Sultan Bacan Muhammad Irsyad Maulana Sjah (Foto: Mursal Bahtiar/Ketik.co.id)

KETIK, HALMAHERA SELATAN – Dalam pembukaan rangkaian kegiatan napak tilas sejarah perjalanan Kesultanan Bacan di Dauri Tahane pulau Makian yang digelar pada Minggu 23 Juni 2024, Sultan Ke-22 Bacan Muhammad Irsyad Maulana Sjah di hadapan keluarga Dauri Tahane menyampaikan pesan-pesan sejuk.

Berikut ini sambutan lengkap Sultan Bacan Muhammad Irsyad Maulana Sjah:

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuhu!

Tidaklah akan menjadi buah kehera nan kita, maupun buah silang pendapat, bahkan buah perdebatan, bila kita telusuri arus gerak kehidupan masyarakat dan pemimpinnya, di awal keberadaan Limau Dolik Mara Kie Besi di Tahane. Negeri ini berada dalam kondisi damai, terang, dan tenang di lembah Malapa, lembah pertemuan kaki bukit Solimongo dan Kie Besi. Di situlah pusat kehidupan Syi'ar dan munajad Sayyid Nuuh Bin Ja'far Sadiq dilaksanakan, sebelum anak-anaknya disebar ke penjuru Jazira membawa misi untuk menjalankan amanah Risaalattursuul, sebagai Warasatul Anbiyaa pada kemudian hari.

Adanya tantangan alam yang dahsyat, dikarenakan kondisi wilayah, cenderung labil vulkanik dengan terbatasnya sumber daya air bersih, di samping juga topografi yang curam, memaksa Sayyid Muhammad Al-Baqiir untuk berpikir jauh kedepan, agar masa depan Syi'ar Risalah Rasulullah ini dapat berkembang dan mencapai titik tapak bersinarnya risalah tersebut.

Oleh sebeb itu, Al-Baqiir bersama permaisuri Boki Tupawa, beserta segenap perangkatnya, melakukan hijrah suci dan mulia dari negeri Tahane Limau Dolik Kie Besi, ke pesisir Jazira selatan, menapaki rute Bokima'ake, berikut Tala Imau (Talimau) ke Kasiruta Dalam (Ompu Asal) dan bertahta jelang 3 abad lamanya, Di lembah bukit dan sisi sungai Kasiruta, membangun dinasti Limau Sigara Kasiruta setelah hijrah dari Tahane ke Kasiruta ini, selanjutnya berakhir menetap dan merapat kembali di Labuha. Dan ini parmanen hingga pada abad kini.

Hari ini, kita jejaki kembali dalam wujud sebuah implementasi Napak Tilas Marabose, mengingatkan kepada kita semua dan generasi yang ada, sesungguhnya pada abad ke 12 telah lahir peradaban umat yang strategis. Inilah akar budaya lahirnya Kesultanan Bacan, yang membawa misi risalah Rasulullah untuk semua ummat yang ada di kawasan Jaziratul Mamluuk.

Napak Tilas yang di selenggarakan ini, tidak lain untuk menyegarkan ingatan semua generasi, bahwa Tahane sebuah pusat kota, yang menjadi salah satu pusat Syi'ar risalah Rasulullah di luar kawasan tanah Haram (Makah)-Jaziraturassul, yang dikomandoi para Sultan. Tahane juga dapat dikatakan pusat sementara, cikal bakal serat sebagai akar tunggak kehadiran Kesultanan Bacan di masa lalu.

Sedangkan perkembangan dinasti Kesultanan Bacan selanjutnya, di Limau Sigara Kasiruta dan Limau Bontang Raa (Seki)-Istana Buladan Bacan, sesunguhnya adalah wujud pokok dan cabang serta daun peradaban baru yang berkembang, membawa kemajuan Syi'ar baru, di tengah-tengah kawasan Jaziratul Mamluuk. Karenanya, Napak Tilas Marabose ini, dapat menuntun dan menuntut genarasi yang ada, menjernikan pemikiran akan pandangan tentang peradaban persepsi tentang teritorial negeri ini. Secara filosofi, harus kita kedepankan sisi persatuan dan kesatuan negeri ini, sehingga kawasan teritorial ini, dapat menjadi satu basis kekuatan bagi kepentingan pembangunan bangsa.

Pandangan filosofi utama bagi kita semua yang hadir di kesempatan yang berbahagia ini, bahwa sesungguhnya Sultan Al-Baqir dan perangkat serat hulu balang yang hijrah ke seberang sesunguhnya membangun komunitas masyarakat Tahane atau Makean di seberang yang di kenal sebagai masyarakat Bacan. Sedangkan para petinggi lain, beserta hulu balang dan perangkat dan sejak awal menetap dan tidak ikut hijrah, sesunguhnya dapat di katakan komunitas Bacan yang tinggal. Atau dalam bahasa yang bebas, dapat di katakan bahwa orang Makean adalah orang Bacan yang menetap, dan orang Bacan adalah orang Makean yang hijrah bersama Sayyid Muhammad Al-Baqiir.

Makna filosofi inilah yang bisa menggugah ras solidaritas Kemasyarakatan yang ada, sehingga akan tumbuh tebal tali persaudaraan, hubungan emosional, serta gerak langkah optimisme yang wajar dan Fantastis, yang pada akhirnya akan bermuara pada kebangkitan kembali semangat membangun negeri. Akar semangat Marabose ini, dengan sendirinya dapat membangun jati diri negeri, sehingga tumbuh kearifan budaya yang luhur dalam menapaki kemajuan zaman di masa depan, terutama dalam persaingan kecanggihan teknologi, yang semakin dahsyat bagi generasi di kawasan Halmahera Selatan.

Kepadulian kita semua terhadap perjuangan leluhur pada abad keemasan masa lalu, yang pada hari kita ingatkan kembali dalam Napak Tilas Festival Marabose, menjadi acuan penting dan tonggak sejarah, peletak warisan peradaban yang tak akan punah lagi, karena selalu akan teringat oleh generasi ke generasi. Ini semua menjadi catatan sejarah baru di era abad ini, dan menjadi saksi sejarah yang amat mahal dari sisi nilai kehidupan peradaban dunia.

Prakarsa pihak Lemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan, yang sudah berlangsung pada fase ketiga kali festival Marabose, pada hari ini, Ahad tanggal 16 Julhijjah 1435 Hijriah bertepatan tanggal 23 Juni 2024 ini, sesungguhnya merupakan bagian kegiatan program yang akan menumbuhkembangkan amal berlipat hingga akhir zaman.

Pihak Kesultanan Bacan merasa bersyukur dan sangat berterima kasih atas segala prakarsa yang telah di ambil itu. Ini berarti, nafas kehidupan kelembagaan yang di amanatkan leluhur kepada Sultan yang saat ini ataupun yang kedepannya, dapat dengan leluasa berjalan lancar, sehingga menjadi mitra yang kental dengan Pemerintah.

Dari Dauri-Tahane Makean, saya Doakan untuk kita semua, dapat kita ikhtiarkan bersama dengan Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, maupun Provinsi Maluku Utara, untuk masa depannya, dapat dijadikan sebagai pusat budaya historis terdepan. Ini terutama dalam mengungkap kekhasan tradisional dalam kaitan budaya religi maupun tradisi humanistis sehari-harinya, karena dari Dauri Tahane akar Risalah Rasul tadi bergaung hingga ke Raja Ampat di Papua, hingga ke seberang kepulauan di Seram dan sekitarnya.

Sebelum mengakhiri sambutan ini, dengan mengharapkan rahmat dan petunjuk Allah SWT, Saya Kukuhkan Mesjid Tahane Sebagai Mesjid Sultan Pertama. 

Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (*)

Tombol Google News

Tags:

Sultan Bacan Muhammad Irsyad Maulana Sjah sambutan Festival Marabose Kesultanan Bacan Tahane