Kisah Mitigasi Bencana Syekh Brubuh, Pendakwah Islam Pertama di Tanah Jawa

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Mustopa

11 Agustus 2023 01:57 11 Agt 2023 01:57

Thumbnail Kisah Mitigasi Bencana Syekh Brubuh, Pendakwah Islam Pertama di Tanah Jawa Watermark Ketik
Kini masih menjadi misteri, sebuah tempat yang berada di Pacitan, namun diyakini sebagai petilasan atau pesarean Syekh Brubuh. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Syekh Brubuh merupakan ulama Persia yang bertujuan mendakwahkan ajaran Islam di tanah Jawa. Lantas bagaimana kisahnya dalam mengurangi resiko (mitigasi) terjadinya pralaya (bencana besar) pada masa lampau?

Bermula, rombongan Syekh Brubuh menginjakkan kaki di pulau Jawa pada abad ke-12. Akibat bencana besar pada masa silam, wilayah selatan Jawa berubah menjadi kawasan wingit, kosong dan tak berpenghuni. Termasuk Pacitan. 

Rupanya kabar itu terdengar sampai ke telinga para ulama ahli. Sejumlah ulama yang terdiri dari ahli tolak bala, ekologi, meteorologi dan geofisika mengunjungi tanah Jawa wilayah selatan untuk mencari wujud dari bencana tersebut.

Salah satu tempat yang mereka kunjungi adalah Bukit Karang (Sentono Genthong Pacitan) yang berada di atas belahan patahan batu besar. Syekh Brubuh menyimpulkan, pralaya besar itu yakni berupa gunung jugrug (gunung meletus), lemah bengkah (gempa bumi), dan segara asat (kekeringan laut).

Mengetahui hal itu, para ulama kemudian memasang tumbal di berbagai titik rawan bencana alam. Di setiap tempat tertentu yang dianggap wingit maupun berpotensi terjadi musibah.

Syekh Subakir menanam tumbal, yakni upaya pembersihan melalui jalur rohani. "Menyucikan suatu tempat dengan cara menanam tanah di tempat yang dianggap angker," tertulis demikian menurut KH. Agus Sunyoto dalam buku Atlas Walisongo.

Penanaman tumbal yang dilakukan Syekh Brubuh di Sentono Genthong merupakan sebagai upaya mitigasi (pencegahan) di masa itu. Tujuannya, agar manusia kembali menempati kawasan yang sebelumnya suwung dan merasa aman dari bencana alam.

"Secara ilmu pengetahuan modern, wilayah Pacitan Jawa Timur termasuk dalam perlintasan Sesar Grindulu," tulisnya.

Syekh Brubuh juga melakukan penanaman tumbal di sejumlah wilayah lain. Di antaranya Banyuwangi, Blitar, Pangandaran, Cirebon, Jepara, Juwana dan Tidar.

Tak sampai di situ, rombongan ekspedisi itu kemudian mulai menyebarkan ajaran agama Islam ke berbagai wilayah. Pun, kini diyakini sebagai sang pendakwah Islam pertama di tanah Jawa, disusul oleh Syekh Subakir.

Bukti keberadaannya, dipercayai ada di sebuah tempat yang berbentuk pusara makam di Jalan WR Supratman, belakang Kantor Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Yang kini masih menjadi misteri.

Di samping itu, juru kunci makam Syekh Brubuh, Husnuddin (52) menceritakan apa yang dia dapat dari pimpinan Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan, KH. Fuad Habib Dimyathi.

"Nama asli Syekh Brubuh ini adalah Abdurrahman bin Baraqbah, seorang sayyid dari Yaman," katanya, Rabu (10/8/2023). 

Atas perintah KH.Fuad Habib Dimyathi itu lah, pada tahun 2017 silam pusara makam Syekh Brubuh direnovasi. Sedangkan di sebelah kanannya juga terdapat sosok yang diyakini sebagai Syekh Brojo.

"Ada yang menyebut Syekh Alif. Wallahu A'lam. Akhir 2016 saya aktif mulai merawat makam," terang Husnuddin. 

Foto Area telah dibangunan permanen, dan terdapat pohon jambu klapok usia ratusan tahun. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Area telah dibangunan permanen, dan terdapat pohon jambu klapok usia ratusan tahun. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Selain itu, keberadaan makam Syekh Brubuh ini menjadi magnet tersendiri bahkan masih ada kaitannya dengan kisah keberhasilan dakwah Islam oleh para tokoh di Pacitan. 

"Kata Gus Fuad, zaman dahulu Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syekh Maulana Maghribi pernah kalah melawan Ki Buwono Keling. Berkat restunya Syekh Brubuh akhirnya penguasa Wengker Selatan yang terkenal sakti itu takluk tanpa peperangan," jelasnya. 

Sebagaimana diketahui, makam Syekh Brubuh kerap jadi jujukan para peziarah baik lokal Pacitan maupun Karesidenan Madiun bahkan dari Jawa Tengah. Ada 3 bangunan permanen, yakni makam Syeh Brubuh, Makam Syekh Brojo dan tempat Istirahat, kemudian di tengah area makam terdapat pohon jambu klampok besar yang diperkirakan berusia ratusan tahun.

"Dulu tempat ini kerap dibuat nyadran. Namun selama tiga tahun terakhir banyak peziarah dari kalangan pesantren menggelar rutinitas keagamaan dan bershalawat," pungkasnya. 

Begitulah kisah Syekh Brubuh peletak mitigasi bencana dan penyebar Islam pertama di Tanah Jawa sekitar 1.204 Masehi silam yang makamnya tidak jauh dari teluk Pantai Teleng Ria Pacitan.(*)

Tombol Google News

Tags:

Syeh Brubuh Syekh Brayut pacitan Sentono Genthong Sidoharjo Pacitan