KETIK, PACITAN – Rencana acara dangdutan dalam peluncuran tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Pacitan bertajuk 'Gumregah Jumangkah' tampaknya buruk di mata sejumlah pihak.
Bahkan, launching yang bakal diselenggarakan pada 8 Juni 2024 itu disebut mirip kampanye partai politik (Parpol).
Setidaknya itu kritik Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat selaku penyelenggara kegiatan.
Menurut Ketua PMII Pacitan, Riko Andi Prastiawan, acara dangdutan tersebut mencoreng momen penting yang seharusnya menjadi ajang sosialisasi dan pendidikan politik bagi masyarakat.
"Soal keputusan KPU Pacitan yang memilih hiburan dangdutan dalam peluncuran tahapan Pilkada jelas kurang pantas. Kami menilai, itu tidak mendorong adanya perbaikan moral, integritas, citra lembaga apalagi sisi pendidikan politik yang seharusnya melekat pada KPU dalam setiap tahapan," tegasnya, Selasa, (28/5/2024).
Peluncuran tahapan Pilkada, kata dia, lebih baik ditujukan untuk mensosialisasikan pentingnya partisipasi politik, menjelaskan mekanisme, aturan main, dan peran serta masyarakat agar cerdas mengikuti tahapan demi tahapan di Pilkada mendatang.
"Sepertinya KPU Pacitan sudah kehabisan ide, seolah mengedepankan sisi hiburan. Alih-alih berfokus pada edukasi pemilih, ini malah membuat citranya buruk, apalagi menggunakan duit daerah yang tidak sedikit," sergahnya.
Lebih lanjut, PMII Pacitan meminta agar KPU segera mengevaluasi acara tersebut agar lebih bermartabat, serta mengedepankan unsur pendidikan politik.
"Khawatir kami pemilih bukannya bertambah ilmunya tapi malah keinget nyawer dan biduan. Jika perlu dibatalkan saja," kecamnya.
Mereka juga mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan untuk lebih kritis dalam mengawasi setiap tahapan.
Sehingga, adanya gelaran Pilkada ini dapat mendorong kedewasaan berpolitik dan berdemokrasi bagi masyarakat.
"Kami harap KPU Pacitan lebih bijak lagi dalam menyusun agenda kegiatan, dengan mempertimbangkan aspek edukasi dan moral bagi generasi," imbuhnya.
Sementara, respon dari masyarakat Pacitan beragam, ada yang mendukung kecaman tersebut dan ada pula yang menganggap bahwa hiburan diperlukan untuk menarik minat masyarakat.
Kendati demikian, mayoritas setuju bahwa acara sosialisasi semacam ini kudu lebih mengedepankan sisi edukatifnya.
"Ya agak ndak pantas memang, perlu dikroscek sasarannya apa? anak muda atau semua golongan. Terus dengan potensi adanya kericuhan yang bisa terjadi di acara dangdutan, tentunya perlu di pertimbangkan lagi," ungkap warga Solehudin (36) asal Kecamatan Pacitan.
KPU Pacitan sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait kecaman ini.
Diharapkan dalam waktu dekat KPU melakukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa tahapan Pilkada selanjutnya bisa berjalan lebih baik dan sesuai harapan semua pihak. (*)