Malang Smart City, Mungkinkah?

Editor: Mustopa

18 Maret 2024 05:17 18 Mar 2024 05:17

Thumbnail Malang Smart City, Mungkinkah? Watermark Ketik
Oleh : drh.H.Puguh Wiji Pamungkas, MM*

Malang adalah salah kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya dan terbesar ke 12 se Indonesia dari 514 Kabupaten Kota se Indonesia. Tentu yang menjadi salah satu parameter di nobatkannya Kota Malang sebagai salah satu Kota terbesar di Indonesia ini antara lain adalah potensi Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Terlebih letak kota Malang yang dikelilingi 2 kota yang sarat dengan potensi wisata, yakni Kabupaten Malang dan Kota Batu, menjadikan Kota Malang semakin "seksi" di mata masyarakat Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, ada 53 kampus baik Negeri ataupun Swasta yang ada di Kota Malang, dan yang fantastis menurut data yang sama ada 247.027 Mahasiswa yang tinggal di Kota Malang. Ada tiga perguruan tinggi negeri dan sekian banyak perguruan tinggi swasta yang merupakan kampus terbaik di Indonesia, hal ini menjadi salah satu pemicu, bahwa Kota Malang selalu memiliki "magnet" bagi pelajar seluruh Nusantara untuk mengenyam pendidikan tinggi di Malang.

Potensi ekonomi yang dihasilkan pun lumayan, jika di rata-rata setiap mahasiswa/mahasiswi yang tinggal di Malang mendapatkan kiriman uang jajan rata-rata senilai Rp. 2 Juta, maka bisa diperkirakan ada hampir Rp. 500 Miliar per bulan uang yang dibelanjakan dan berputar di Kota Malang dari segmen mahasiswa atau kampus saja.

Dari segala potensi yang dimiliki oleh Kota Malang tersebut, sudah menjadi keharusan Malang menjadi Kota yang memiliki tata kelola selayaknya "Smart City" yang ada di negara-negara maju. Secara umum, smart city adalah kota yang menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi operasional, berbagi informasi dengan publik dan meningkatkan kualitas layanan pemerintah dan kesejahteraan warganya. Tujuan mendasar akan konsep smart city adalah untuk mengoptimalkan fungsi kota dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang secara otomatis akan berdampak pada meningkatnya kualitas hidup warga masyarakat dengan menggunakan teknologi pintar berbasis analisa data yang real time.

Singapura misalnya, kota yang dinobatkan sebagai "The smart city" nomor satu di dunia berdasarkan hasil studi dari Firma Konsultan Eden Strategy Institute ini, menjadi representasi dari “kota pintar” berdasarkan empat indikator, antara lain ; insentif finansial, program pendukung, kesiapan talenta, dan sentrisitas manusia. Bahkan di Seoul, Ibu kota Korea Selatan yang menempati urutan ke dua "The smart City" di dunia ini telah menanam lebih dari 5.000 sensor pintar IoT (Internet Of Things) di seluruh sudut Kota pada tahun 2020. Pemerintah Seoul dengan sangat mudah mengetahui data kehidupan kota yang berdampak kepada kemakmuran dan kenyamanan warganya seperti ; tingkat polusi, tingkat kebisingan, lalu lintas, getaran, sinar UV, ketersediaan parkir umum dan fasilitas umum lainnya.

Dengan semangat kolaborasi, tentu sangat mudah bagi Kota Malang menjadi salah satu "Smart City" di Indonesia dan dunia. Bukan suatu hal yang mustahil, jika kerjasama antar komponen di Kota Malang terjalin dengan baik, terlebih ada 53 perguruan tinggi yang eksis di Malang, keberlimpahan "resources" ini akan menjadi salah satu alasan kuat bagi Kota Malang untuk bisa menjadi "The Smart City". 

Menjadi Malang Smart City tentu tidak terlepas dari dua aspek dan sudut pandang yang cocok, bertemu dan saling melengkapi, yakni sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat. 

Bagi pemerintah, ada tiga hal melekat yang wajib di penuhi sebagai instrumen penyelenggara pemerintahan, yang memiliki fungsi mensejahterakan masyarakatnya, instrumen itu antara lain adalah ; 1) Adanya perlindungan dan kejelasan hukum bagi masyarakat dalam menjalankan rutinitas kehidupan bermasyarakatnya. 2) Menyediakan daya dukung infrastruktur yang memadai, Infrastruktur yang layak dan memadai bagi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat merupakan instrumen penting. Jalan bebas macet, bebas banjir, daya dukung internet akses di seluruh sudut Kota, transportasi publik yang modern dan kemudahan dalam bertransaksi ekonomi. 3) Jaminan Birokrasi yang mudah, transparansi birokrasi juga menjadi bagian terpenting dalam mewujudkan smart city, jalur birokrasi yang mudah akan merangsang pertumbuhan manusia, ekonomi dan sumber daya yang ada di sebuah kota, dan berlaku sebaliknya, yakni semakin sulit jalur birokrasi yang ada, maka bisa dipastikan perkembangan kota tersebut juga akan "stunting".

Bagi masyarakat, keterlibatannya dalam mewujudkan smart city juga sangat menentukan. Partisipasi publik untuk turut memberikan gagasan dalam menumbuhkan sebuah kota menjadi smart city, memiliki andil yang cukup signifikan. Pemerintah harus memperbanyak dan memperluas partisipasi publik dalam kerangka pembangunan kota, terlebih Kota Malang, yang lebih dari 1/3 penduduknya adalah kaum intelektual kampus. Masyarakat sebagai salah satu objek percepatan pembangunan menuju smart city juga selayaknya memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan dengan cepat, karena perubahan dan kemampuan adaptasi adalah satu paket kata kunci untuk mewujudkan smart city.

Malang Smart City adalah simbol kemajuan, keadilan, kesejahteraan, kemakmuran dan pertumbuhan bagi Kota Malang. Pemerintah Kota Malang hendaknya melakukan kolaborasi "extreme" dengan seluruh elemen sumber daya yang ada agar akselerasi perubahan nyata bagi Kota Malang tercinta dapat segera terwujud. Resources yang dimiliki oleh Kota Malang baik sumber daya manusia, sumber daya alam dan positioning geografisnya merupakan modal dasar untuk yang bisa dioptimalkan untuk mewujudkan Kota sebagai Smart City. Kemakmuran, kebahagiaan, kesejahteraan, keadilan dan persatuan seluruh elemen masyarakat Kota Malang akan menjadi wujud berdampak yang di hasilkan dari kolaborasi tersebut. 

*) drh.H. Puguh Wiji Pamungkas, MM adalah Presiden Nusantara Gilang Gemilang dan juga Founder RSU Wajak Husada

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

drh.H.Puguh Wiji Pamungkas opini Malang Smart City Mungkinkah?