Tayangan Debat Publik dan Pembentukan Karakter Bangsa

Editor: Mustopa

11 September 2024 07:00 11 Sep 2024 07:00

Thumbnail Tayangan Debat Publik dan Pembentukan Karakter Bangsa Watermark Ketik
Oleh: Aan Aliyudin*

Publik saat ini sedang diberi hidangan berbagai debat, di antara yang paling menyita perhatian adalah debat Rocky Gerung dengan Silfester Matutina.

Berbagai media sosial diramaikan oleh peristiwa tersebut. Ada sedotan energi publik yang luar biasa dari peristiwa ini. Obrolan tentangnya, baik di dunia maya maupun dunia nyata, cukup menguras energi masyarakat.

Kecepatan penyebaran informasi dan semakin mudahnya merekayasa informasi, baik yang berupa tulisan, gambar, dan video, membuat sebuah informasi sangat mudah menjadi viral.

Ketika sebuah informasi menjadi viral, maka akan memiliki dampak yang sangat besar, baik dampak buruk maupun dampak baik. Debat Rocky-Silfester sudah viral, sehingga memiliki dampak yang besar bagi bangsa ini.

Perspektif Epistemologis

Mengapa ada perbedaan pendapat? Di antaranya karena adanya perbedaan kecenderungan epistemologis dari setiap orang. 

Ada pendapat yang menarik dari Al-Jabiri (2014) ketika dia membahas formasi nalar Arab. Meskipun Al Jabiri berbicara dalam konteks Arab (Islam), tetapi saya akan mencoba perspektif pemikirannya di dalam konteks Indonesia, khususnya di dalam konteks debat dan polemik.

Al-Jabiri melihat ada tiga kecenderungan epistemologis dalam pengetahuan manusia, yaitu Bayani, Irfani, dan Burhani. Secara ringkas, ketiganya bisa dijelaskan sebagai berikut.

Bayani mengandalkan teks sebagai sumber utama pengetahuan. Karakteristik utama dari proses produksi pengetahuan Bayani adalah penggunaan mekanisme kognitif melalui konsep qiyas (analogi) dan tasybih (perbandingan). 

Di dalam tradisi pengetahuan Islam, nalar Bayani merupakan ide yang hadir di dalam berbagai bidang pengetahuan seperti bahasa, fiqih, ilmu kalam, dan balaghah.

Irfani adalah model penalaran yang berdasarkan pada pengalaman langsung atas realitas yang tampak. Pengetahuan jenis ini diperoleh langsung dari Tuhan melalui pengalaman rohani melalui hasil intuisi dan kata hati dengan metode doa, tafakur, dan zikir, serta berfokus pada alat-alat pengalaman batin seperti rasa (dzawq), kalbu (qalb), dan penglihatan mata hati (basyirah).

Burhani bersumber pada rasio dan selalu terkait dengan akal. Artinya, penilaian dan keputusan terhadap informasi yang diterima melalui indera didasarkan pada dalil-dalil logika.

Sistem utama penalaran Burhani adalah silogisme dan menekankan kontribusi pengetahuan empiris dengan berdasar pada pengamatan, pengujian, dan metode ilmiah yang sistematis.

Pernyataan-pernyataan Rocky Gerung sebagian besar masuk pada kategori Bayani karena mengandalkan teks sebagai sumber pengetahuan dan cenderung mengabaikan sumber pengetahuan lainnya. Di dalam berbagai debat, Rocky begitu mengandalkan buku-buku yang dia baca dan cenderung mengabaikan fakta empiris.

Di dalam salah satu pernyataannya tergambar bahwa baginya fakta empiris dan logika itu terpisah, tidak dilihat sebagai urutan kerja. Seseorang yang terlalu mengandalkan teks dan mengabaikan sumber pengetahuan lainnya, akan membuat perspektifnya sangat sempit. 

Perspektif yang sempit akan membuat orang terlalu berlebihan dalam mempercayai kebenaran pendapatnya, dan akan mudah sekali menilai salah terhadap pendapat yang berbeda dengannya.

Pembentukan Karakter Bangsa

Ada istilah yang luar biasa di dalam keilmuan Islam yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu hikmah. Menurut penulis, hikmah adalah tingkat pengetahuan tertinggi di mana Bayani, Irfani, dan Burhani bisa disatukan. 

Orang yang sudah memiliki hikmah, karakter baik akan muncul di dalam dirinya. Istilah hikmah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata hikmat dan digunakan di dalam sila ke-4 Pancasila.

Istilah hikmah sejajar dengan istilah shofia. Filsafat yang berasal dari kata philo dan shofia berarti cinta akan kebijaksanaan. Para filosof muslim generasi akhir lebih menyukai istilah hikmah dibandingkan dengan filsafat, karena istilah hikmah lebih menggambarkan penyatuan dari Bayani, Irfani, dan Burhani.

Jadi, seorang ahli hikmah adalah orang yang berusaha secara optimal meraih semua perspektif yang mungkin dan mengintegrasikan semuanya agar lahir pandangan dan tindakan yang terbaik, tindakan yang paling bijaksana, yaitu pandangan dan tindakan yang paling banyak manfaatnya dan paling sedikit madaratnya.

Seseorang yang mampu menyatukan ketiganya di dalam dirinya, maka dia akan menjadi manusia yang memiliki pandangan yang lebih utuh dalam melihat dan memaknai realitas. Orang yang memiliki pandangan yang utuh dan luas, akan merasakan kesadaran betapa kecil dirinya di hadapan realitas. 

Kesadaran ini akan memunculkan karakter rendah hati. Karakter rendah hati akan membuat seseorang menghargai siapa pun yang berbeda pendapat dengannya dan akan terhindar dari perilaku meremehkan apalagi mencaci dan menjuluki orang dengan julukan buruk, seperti dungu, cebong, kampret, dll.

Jadi, untuk membangun karakter bangsa, integrasi pengetahuan adalah fondasi yang sangat penting. Bangsa ini sedang berjuang membangun karakternya. Hal ini bisa kita lihat dari perkembangan kurikulum pendidikan.

Saat ini, pembentukan karakter mendapat porsi yang jauh lebih signifikan dibandingkan dengan masa sebelumnya. Tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab semua elemen bangsa, termasuk media massa.

Media massa seharusnya benar-benar mempertimbangkan dampak tayangannya bagi pembentukan karakter bangsa, jangan hanya memikirkan rating. 

Acara-acara debat harus dipikirkan baik-baik dampaknya dalam pembentukan karakter bangsa. Orang-orang yang diundang di dalamnya harus benar-benar orang yang bermanfaat secara optimal dalam membentuk karakter bangsa.(*) 

*) Aan Aliyudin adalah seorang akademisi yang tinggal di Rancaekek Kabupaten Bandung

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini Aan Aliyudin Debat Publik Karakter Bangsa