KETIK, SURABAYA – Kabar isu resesi ekonomi global bukan isapan jempol. Setelah beberapa waktu lalu berbagai startup dan perusahaan global melakukan PHK kepada para karyawannya. Kini giliran Microsoft yang dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja kepada sekitar 11 ribu karyawan atau sekitar 5 persen dari total karyawan.
Pihak Microsoft sendiri memberikan keterangan jika keputusan ini diambil karena kondisi ekonomi makro yang tidak stabil dan juga perubahan prioritas pelanggan membuat mereka harus melakukan PHK secara besar-besaran agar dapat bertahan.
“Menanggapi kondisi ekonomi makro dan perubahan prioritas pelanggan,” kutip rilis resmi perusahaan tersebut, melansir CNN, Rabu (18/1/2023).
Menurut CEO Microsoft Satya Nadella saat berada di World Economic Forum (WEF) di Davos, Switzerland mengungkapkan tidak ada yang bisa menentang gravitasi. "Gravitasi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dengan laju inflasi,” kata Nadella.
Dia menyebut Microsoft akan melakukan ‘normalisasi’ permintaan pasar yang menyusul pertumbuhan pesat selama pandemi COVID-19. Menurutnya akibat COVID-19, industri teknologi ditekan untuk lebih efisien.
Nadella sendiri mengaku keputusan melakukan PHK ini merupakan keputusan sulit yang harus mereka ambil selama kurang lebih 47 tahun Microsoft berdiri.
Nadella juga mengatakan bahwa industri teknologi akan sulit bertahan jika tak bisa beradaptasi dengan perubahan masyarakat di dunia.
“Industri ini tak kenal ampun bagi siapa pun yang tidak beradaptasi dengan perubahan platform,” ujarnya.(*)