Rumor Muadzin Pertanda Kematian, Masjid di Pacitan Pilih Adzan Pakai MP3

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Hetty Hapsari

10 Januari 2025 16:47 10 Jan 2025 16:47

Thumbnail Rumor Muadzin Pertanda Kematian, Masjid di Pacitan Pilih Adzan Pakai MP3 Watermark Ketik
Masjid Baiturrohim yang terletak di antara permukiman warga, RT 02 RW 02, Dusun Duk Garut, Desa Watu Karung, Kecamatan Pringkuku, Pacitan, Jumat, 10 Januari 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Sebuah masjid di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terpaksa mengganti peran muadzin dengan rekaman adzan MP3.

Terletak di antara permukiman warga, RT 02 RW 02, Dusun Duk Garut, Desa Watu Karung, Kecamatan Pringkuku, tempat beribadah itu berdiri sejak tahun 1980.

Diberi nama Masjid Baiturrohim.

Pilihan ganti peran muadzin ini diambil setelah beredar rumor di kalangan warga setempat yang meyakini bahwa muadzin yang mengumandangkan adzan di masjid tersebut berarti pertanda akan meninggal dunia.

Kepercayaan ini pertama kali muncul pada tahun 2011 dan terus berulang, membuat warga merasa takut untuk menjadi muadzin. Bahkan, usut punya usut, tempat masjid ini berdiri dulunya adalah lokasi angker yang dihuni makhluk halus.  

Sesepuh Dusun Duk Garut dan pengelola masjid, Sadari (80) mengungkapkan, lantaran minimnya peran muadzin di masjid. Kini adzan diambil alih oleh perangkat elektronik.

"Karena saya sendiri sudah tidak mampu lagi adzan. Yang adzan juga tidak ada. Akhirnya, saya menggunakan rekaman MP3 untuk adzan lima waktu," katanya saat disambangi Ketik.co.id, Jumat, 10 Januari 2025.

Foto Sadari saat menunjukkan teras Masjid Baiturrohim. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Sadari saat menunjukkan teras Masjid Baiturrohim. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Meski dirinya tidak percaya pada rumor tersebut, Sadari menyebut ketakutan masyarakat terhadap kepercayaan ini memang benar adanya.

"Takmir yang meninggal sering dikaitkan dengan kejadian adzan. Kalau orang adzan di sini itu rebutan tidak mau. Kalau anak muda mungkin belum tahu, tapi yang dewasa kebanyakan percaya," ujarnya kakek yang merupakan pengelola masjid sekaligus pewakaf tanah.

Meskipun demikian, Sadari dan pengurus masjid lainnya tetap berusaha untuk merawat masjid agar lebih nyaman bagi jamaah. 

"Tapi kalau untuk sholat Jumat dan Ramadhan Alhamdulillah ramai," ucapnya.

Masjid Baiturrohim, yang dulunya menjadi pusat ibadah bagi warga Watu Karung, kini begitu sepi. Mereka juga berharap agar suasana masjid yang lebih baik dapat menarik kembali warga untuk meramaikan masjid.

“Kalau masjidnya lebih baik, mungkin warga juga akan lebih tertarik untuk kembali meramaikannya,” tutur Sadari penuh harap.

Rupa Masjid Baiturrohim

 

Secara casing Masjid Baiturrohim ini tak jauh berbeda dengan masjid kampung pada umumnya.

Tampak dari luar, masjid dikelilingi pagar hijau dengan cat tembok berwarna senada. Menuju pintu utama, terdapat 12 anak tangga.

Foto Sadari saat menunjukkan ruang ibadah Masjid Baiturrohim. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Sadari saat menunjukkan ruang ibadah Masjid Baiturrohim. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Di sisi kanan bangunan terdapat tempat wudhu dan kamar mandi yang digunakan oleh jamaah sebelum melaksanakan salat.

Arsitektur luar nampak klasik, dengan desain yang membawa nuansa masa lalu, serta dihiasi dengan kaligrafi indah di tembok ruangan dalam.

Ruang ibadah berukuran sekitar 10x10 meter. Dilengkapi, rak buku, lemari sajadah, serta dua papan tulis kapur yang digunakan untuk kegiatan pengajaran agama.

Masjid ini awalnya hanyalah sebuah musala kecil, kemudian tanah musala itu diwakafkan oleh pemilik, Sadari untuk dijadikan masjid. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Masjid Baiturrohim