KETIK, JEMBER – Saat berkunjung ke Jember, belum lengkap rasanya jika tak mampir ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia. Destinasi wisata alam dan edukasi yang terletak di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji ini menawarkan berbagai keunggulan yang tak bisa ditemui di destinasi lainnya.
Nilai lebih dari destinasi wisata ini salah satunya dari sisi historis. Berdiri dengan nama awal Besoekisch Proefstation pada tahun 1911, Puslitkoka menjadi pusat penelitian kopi dan cokelat tertua di Indonesia. Sehingga, tak hanya eksotisme nuansa alam, pengunjung juga bisa merasakan nilai-nilai historis dari sejarah perkebunan era kolonial saat berkunjung ke Pusslitkoka Indonesia di Jember.
Tempat wisata ini bisa bisa dikunjungi setiap hari, mulai pukul 08.00-15.00 WIB. Harga tiket masuk juga cukup terjangkau, yakni hanya Rp 5 ribu.
Untuk menuju tempat wisata yang terletak di selatan Jember itu juga tak sulit. Hanya menempuh waktu sekitar 30 menit dari jantung kota, dengan berbagai moda transportasi umum atau pun pribadi.
Meski terletak di kawasan pinggir kota, akses jalan di Puslitkoka juga cukup nyaman karena dipastikan tak ada jalanan yang tak beraspal.
Sekitar 500 meter menuju pintu masuk, mata kita pun akan dimanjakan pemandangan bukit-bukit dan sawah-sawah. Serta, kebun karet milik PTPN XII.
Tiba di Puslitkoka, anda bisa langsung mengitari kebun kopi dan kakao. Ya tentu tidak dengan berjalan kali, karena biasanya wisatawan akan diajak berkeliling di hamparan kebun seluas 20 hektar.
Nuansa kesejukan pepohonan seketika menyeruak begitu kita menjelajahi perkebunan kopi dan kakao di sini.
Meski terbilang luas, namun luasan lahan yang bisa dijelajahi oleh wisatawan ini tak sampai 1/4 dari total luas kebun kopi dan kakao yang mencapai 160 hektar.
Cukup dengan merogoh kocek Rp 10 ribu, pengunjung bisa menikmati wisata di Puslitkoka dengan menaiki flintstone atau kereta kayu (Ari Pangistu/Ketik.co.id)
Nah, karena itu wisatawan bisa menaiki moda transportasi yang telah disiapkan. Yakni mobil gandeng yang dihias layaknya kereta kayu. Mereka menyebutnya Flintstone.
Siapa yang berminat, bisa membayar tiket menaiki kereta tersebut seharga Rp 10 ribu per orang.
Layaknya film Willy Wonka yang populer di tahun 2005, pengunjung akan diajak berkeliling Puslitkoka menaiki Flinstone, dan bahkan sesekali berhenti untuk melihat langsung atau pun sekedar berswafoto di titik-titik “instagramable” di tengah hamparan kebun kopi dan kakao.
Jangan kaget jika saat berkeliling menaiki Flintstone, anda juga melihat rusa. Karena ternyata, ada 2 hektar lahan perkebunan yang sengaja digunakan untuk penangkaran Rusa Tutul dan Rusa Timor.
Menurut Liman, pengemudi kendaraan Flinstone, ada sekitar 60 ekor rusa yang ada di lahan tersebut. Dan pengunjung bisa berfoto atau pun melihat secara dekat rusa-rusa. Jika beruntung, anda akan melihat rusa yang bertanduk.
Setelah melihat rusa, seru juga jika wisatawan melepas penat dengan berenang di kolam renang. Terdapat fasilitas kolam renang lengkap dengan perosotan untuk anak di bawah umur.
Di pinggiran kolam renang, para orang tua juga bisa “ngaso” (duduk santai, red).
Setelah mengitari kebun dengan kereta kayu, para wisatawan akan berhenti di ujung lahan. Dan mulai diajak belajar proses pembuatan kopi dan cokelat.
Seorang pengunjung sedang berswafoto di penangkaran Rusa di Puslitkoka, Jember (Ari Pangistu/Ketik.co.id)
Pertama, wisatawan akan melihat bagaimana kopi yang dipanen itu akan diproses. Mulai dari pemisahan biji kopi hijau dan merah, pengeringan, biji kopi, disangarai hingga digiling menjadi bubuk.
Edukasi selanjutnya yakni proses pengelolaan biji Kakao dan coklat dari hulu ke hilir. Mulai dari proses panen, fermentasi kakao, dan hingga akhirnya menjadi aneka produk cokelat.
Menariknya, seuruh mesin yang digunakan untuk mengolah coklat ini dibuat mandiri oleh Puslitkoka.
Hal itu bisa dilihat dari belasan orang yang membuat mesin-mesin tersebut.
Di akhir perjalanan, para pelancong akan dibawa menuju minimarket yang menjual seluruh produk-produk Puslitkoka.
Di sini, anda juga bisa menikmati aneka seduhan kopi dingin atau pun hangat. Gimana, tertarik untuk mencoba mengunjungi Puslitkoka Indonesia di Jember ? (*)