KETIK, SURABAYA – Berkat keseriusan pemerintah kota dalam memajukan kehidupan warganya, Surabaya berhasil menjadi kota pertama di Indonesia yang menjadi anggota UNESCO Global Network Learning City (GNLC).
Nantinya ibu kota Provinsi Jawa Timur tersebut akan berpartisipasi dalam Konferensi Regional ASEAN+3 UNESCO Learning Cities yang rencananya diselenggarakan di Bangkok, Thailand, pada 29-30 Oktober 2024 mendatang.
Acara ini diadakan untuk memperkuat kapasitas kota-kota di Asia Tenggara dalam mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat dan berbagi praktik terbaik.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudradjad mengatakan, capaian ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi Kota Pahlawan. Sekaligus mengukuhkan komitmen Pemkot Surabaya dalam memobilisasi seluruh sektor untuk mendukung pembelajaran.
"Pengembangan kita lakukan di berbagai sektor mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, serta revitalisasi pembelajaran di keluarga dan komunitas," kata Irvan Jumat 11 Oktober 2024.
Pengembangan sektor pendidikan untuk memajukan kehidupan warga Surabaya. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)
Sebagai anggota GNLC, banyak manfaat yang didapat Pemkot Surabaya dalam pengembangan beragam sektor untuk memajukan kehidupan masyarakatnya. Pengembangan ini nantinya bisa dijadikan bahan promosi pembelajaran dalam jangka panjang.
"Sebagai anggota UNESCO GNLC, Surabaya mendapatkan berbagai manfaat, termasuk dukungan teknis dan akses terhadap pedoman pengembangan kota," tambahnya.
Dengan keikutsertaan Kota Surabaya di konferensi Regional ASEAN+3 UNESCO Learning Cities nantinya akan menguatkan koneksi Pemkot Surabaya dengan kota-kota pembalajaran lain di dunia. Nantinya akan terjadi kemitraan berkelanjutan antar kota pembelajaran di Asia Tenggara dan negara Plus 3 (Tiongkok, Jepang, Korea).
"Tidak hanya itu, manfaat lain yang diperoleh Surabaya adalah berbagi pencapaian melalui saluran komunikasi UNESCO GNLC," paparnya.
Menurut Irvan, tantangan yang dihadapi kota-kota di Asia Tenggara dalam mengembangkan pembelajaran seumur hidup sangat beragam. Mulai dari perubahan iklim hingga perkembangan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
"Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antar kota untuk mengatasi tantangan ini," pungkasnya.(*)