KETIK, BONDOWOSO – Angka prevalensi stunting di Kabupaten Bondowoso mengalami penurunan menjadi 6,09 persen per bulan April 2024.
Angka ini berdasarkan bulan timbang hingga April 2024. Penurunan angka prevalensi stunting tahun ini terbilang turun paling signifikan di banding tahun-tahun sebelumnya.
Tercatat, pada tahun 2021 angka prevalensi stunting tersebut berada di angka 37 persen. Kemudian, di tahun 2022 turun lagi menjadi 32 persen, dan tahun 2023 menyentuh penurunan luar biasa yakni menjadi 17 persen.
Pj Bupati Bondowoso, Bambang Soekwanto mengatakan bahwa penurunan ini merupakan buah kerja keras semua pihak. Baik pemerintah daerah, TNI, Polri, hingga jajaran vertikal lainnya.
"Jika semua pihak terus kompak, saya yakin angka stunting bisa kembali turun,” ujarnya.
Ia menegaskan, ada banyak upaya yang dilakukan Pemkab Bondowoso untuk mencapai itu. Salah satunya yakni pemberiaan susu penanganan stunting dari APBD, bahkan dianggarkan sekitar Rp1,9 miliar.
Kemudian, upaya preventif juga dilakukan dengan memberikan makanan tambahan dan pemantauan secara masif kepada ibu-ibu hamil melalui bidan-bidan yang ada desa.
"Nanti juga akan dianggarkan kembali di APBD perubahan," urainya.
Sementara itu, Plt Kadinkes Bondowoso, dr. Selamet Santoso, menjelaskan, susu khusus penanganan stunting atau susu pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK) diberikan secara gratis bagi balita dua tahun (baduta).
Tepatnya, Baduta yang mengalami stunting atau pun balita kondisi tertentu seperti yang mengalami penyakit penyerta.
Pemberian susu PKMK melalui resep oleh dokter spesialis anak, di mana baduta stunting dirujuk ke RS tiap bulan untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis, mendapatkan resep susu PKMK sesuai kebutuhannya, dan diambil di masing-masing puskesmas.
Karena, kebutuhan susu untuk bayi stunting berbeda-berbeda. Tergantung kondisinya.
“Tidak semua balita stunting kebutuhan susunya sama. Ada yang mendapatkan enam tiap bulannya, ada delapan,” tuturnya.
Upaya penurunan stunting ini juga dilakukan pendampingan oleh puskesmas, TPK kecamatan dan desa juga kader kesehatan pada semua sasaran remaja putri, catin, bumil, bulin, serta balita.
Dengan kegiatan sesuai kelompok sasaran gerakan aksi bergizi, minum tablet tambah darah, pencegahan pernikahan usia dini, penyuluhan kesehatan catin, screening ibu layak hamil, dan pemberian PMT lokal bumil.
“Semua ini diharapkan sebagai upaya pencegahan tidak muncul kasus stunting baru,” pungkasnya.(*)