KETIK, SURABAYA – Dinas Pertanian Jawa Timur menerima laporan sebanyak 1138,61 hektar sawah terendam banjir di sejumlah daerah.
Intensitas curah hujan tinggi jadi penyebabnya. Itu juga membuat lahan persawahan padi puso (gagal panen) 47,40 hektare di Jatim akibat terendam banjir.
"Hujan yang intensitasnya tinggi memang terjadi di bulan Desember ini jadi banyak lahan persawahan ini terendam banjir, seperti di Mojokerto, Jombang dan beberapa daerah lainnya," ucap Kepala Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Jatim, Heru Suseno, Kamis 19 Desember 2024.
Berdasarkan data Dinas Pertanian, kondisi banjir pada Desember terluas di Kabupaten Jombang. Yang terkena dampak 838 hektare, Sidoarjo 96 hektare dan puso 6 hektare. Kabupaten Mojokerto terkena 60,51 hektare dan puso 1 hektare, Kota Mojokerto terkena 41,90 hektare dan puso 40,40 Hektare, Ngawi terkena 22 hektare.
Sedangkan untuk banjir mulai Januari - 13 Desember total luas terkena 15842,02 hektare dengan puso 1331,65 hektare. Banjir terluas di Kabupaten Bojonegoro seluas 4119,50 hektare dan puso 186 hektare, kabupaten Sampang 2312,9 hektare dan puso 6 hektare.
"Puso akibat banjir terluas di kabupaten Lamongan dengan luas terkena 978,80 hektare dan puso 398,30 hektare," kata Heru.
Melihat kondisi ini Dinas Petanian Jatim menyiapkan anggaran Rp500 juta untuk mengatasi gagal panen karena cuaca ekstrem. Setiap petani nantinya akan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp6 juta per hektare lahan yang rusak.
"Ganti rugi tersebut untuk yang lahannya mengalami kerusakan 70 persen karena terendam banjir sehingga tidak bisa panen," kata Heru.
Ganti rugi ini petani mengikuti Asuransi Usaha Tani Pangan (AUTP) jika terjadi gagal panen.
"Jadi ketika petani mengalami gagal panen bisa langsung diklaimkan untuk mendapatkan ganti rugi," pungkasnya. (*)