Di Era Digitalisasi, Peminat Jurusan Pedalangan SMKN 12 Surabaya Terus Meningkat

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Marno

10 November 2024 14:05 10 Nov 2024 14:05

Thumbnail Di Era Digitalisasi,  Peminat Jurusan Pedalangan SMKN 12 Surabaya Terus Meningkat Watermark Ketik
Potret Dalang Safarradis Wahyu Dwi Listiyanto saat latihan di SMKN 12 Surabaya. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Digitalisasi memang membawa dampak besar terhadap berbagai aspek budaya, baik dari sisi positif maupun negatif. 

Selain itu, budaya lokal bisa tergantikan oleh tren global atau budaya populer yang tersebar cepat melalui platform digital, sehingga nilai-nilai budaya asli perlahan terkikis.

Digitalisasi juga bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk melestarikan budaya jika dikelola dengan bijak, misalnya dengan melibatkan teknologi di seni pertunjukan wayang.

Pada Hari Wayang Nasional 2024 ini mengingatkan pentingnya generasi muda untuk mencintai sekaligus melestarikan budaya Indonesia.

Melibatkan generasi muda dalam seni wayang dapat membantu menjaga keberlangsungan dan relevansi warisan budaya ini.

Provinsi Jawa Timur memiliki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 12 Surabaya yang satu-satunya sekolah yang konsentrasi atau fokus di Industri Kreatif tentunya di bidang seni.

Salah satu jurusan yang menarik perhatian adalah seni pedalangan dengan fasilitas yang lengkap untuk praktik secara langsung.

Foto Ketua Jurusan Pedalangan SMKN 12 Surabaya Harnowo. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)Ketua Jurusan Pedalangan SMKN 12 Surabaya Harnowo. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

Ketua Jurusan Pedalangan SMKN 12 Surabaya Harnowo menjelaskan di tahun 2024 kali ini banyak siswa dan siswi yang tertarik pada pedalangan.

"Kelas 10 itu (jumlah) 25 anak, kelas 11 (jumlah) 29 anak dan kelas 12 (jumlah) 22 anak, ini baru 3 tahun ini agak lumayan biasanya pedalangan cuma 6 anak. Ada pendaftaran minat bakat itu bisa mencover anak-anak dari luar daerah," ucapnya pada Ketik.co.id pada Kamis 7 Oktober 2024.

Harnowo juga menambahkan bahwa jurusan pedalangan ini tidak serta merta untuk kaum laki-laki, tetapi juga ada beberapa perempuan yang ingin belajar pada ilmu ini.

"Kelas dua itu yang cewek 9, kelas 3 ada 4 lalu kelas 1 ada 3 cewek," terang Lulusan STSI Surakarta ini yang sekarang ISI Surakarta.

Ia menjelaskan siswa dan siswi SMKN 12 Surabaya berasal dari seluruh Jatim, karena melalui jalur minat dan bakat.

"Ada yang dari Jember, Lumajang, Mojokerto, Banyuwangi, mereka ngekos di sini (Surabaya)," terangnya.

Ia menambahkan para siswa harus belajar mendalang mulai dari kelas 10 hingga kelas 12. Waktunya setiap kelas berbeda sesuai dengan penyesuaian murid-murid.

"Kurang lebih Kalau latihan satu mata pelajaran, kalau kelas 12 itu 12jam mata pelajaran, kelas 11 itu 4 jam satu kali praktik aliran Solo 2 Jam, aliran Jatim 2 jam. Untuk kelas 10, 2 jam pelajaran," rincinya.

Bapak 4 anak ini juga menjelaskan banyak yang harus dipelajari untuk jurusan pedalangan mulai vokal hingga pendalaman peran setiap wayang.

Sulitnya jurusan pedalangan adalah penjiwaan tokoh wayang, karena setiap wayang memiliki karakter yang berbeda.

"Vokal, sabet, onto wacono, kalau praktik membawakan adegan dalam lakon," jelas Harnowo.

Untuk pagelaran seni wayang kali ini yang menggunakan alat-alat kekinian misalnya perpapaduan seni wayang dengan penggunaan LCD berwarna.

Warna-warna yang padu padan, menambah estetika pagelaran wayang khususnya untuk para dalang muda.

"Pakek LCD yaitu konsepnya pagelaran pada umumnya digabung dengan pagelaran sandosa, itu berhubungan digital, ternyata itu menjadi daya tarik anak-anak," terangnya.

Partisipasi sekolah khusus seni ini, setiap tahun, SMKN 12 Surabaya selalu mewakili Jawa Timur dalam hal pertunjukan wayang dalang muda.

"Sudah 7 tahun ini selalu aktif mengisi pentas di Hari Wayang Dunia di ISI Surakarta," jelas Harnowo.

Harnowo menyebut, anak-anak siswa di SMKN 12 Surabaya ini akan tetap melanjutkan ke jurusan seni pewayangan. Mereka memilih melanjutkan di Unesa, ISI Jogja dan ISI Surakarta.

"Mereka ke ISI Jogja, ISI Solo, siswa kami juga kemarin keterima di UGM jurusan Sastra Jawa," jelasnya.

Fasilitas di SMKN 12 Surabaya

SMKN 12 Surabaya menyediakan berbagai alat khusus untuk pedalangan mulai dari gamelan hingga alat perlengkapan pertunjukan wayang.

Namun, Harnowo menyayangkan beberapa gamelan tidak tersimpan dengan baik karena kurangnya tempat yang memadai.

"Ini tidak ada tempat untuk gamelan, mungkin tahun depan sudah komplit, kalau ruangan memang kurang karena (gedung praktik pedalangan) bangunan lama," sambat Harnowo.

Foto Suasana pelajaran jurusan pedalangan. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)Suasana pelajaran jurusan pedalangan. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

Untuk wayang yang digunakan berasal dari kulit, yang disimpan di salah satu gudang di sekolah yang khusus digunakan untuk pagelaran seni. Berbeda dengan wayang yang digunakan latihan, wayang-wayang dan gamelan disimpan di Ruang Latihan Pedalangan.

"Di sini alat-alatnya sudah lumayan lengkap, ya cuma pengen ganti karpetnya saja karena sudah rusak," ucapnya.

Harapan untuk Pemerintah

Mengenai harapan, Harnowo mengungkapkan seharusnya Pemprov Jatim lebih memperhatikan SMKN 12 Surabaya karena hanya ada satu-satunya di Jatim.

"Sebenernya sudah beberapa tahun saya ingin memeriahkan Hari Wayang Nasional di sini juga harus ada, karena pagelaran itu kan perlu banyak ada sewa sound dll," terangnya.

Harnowo juga berharap untuk Kementerian Kebudayaan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, harus peduli dengan budaya Indonesia, khususnya jurusan pedalangan.

"Karena jarang jurusan langka, baik sarana prasarana. Mungkin ada (perbaikan) karena kondisi gamelan sudah lama, tetapi anak-anak semangat untuk belajar berproses," ucap Harnowo.

Salah satu siswa yang menjadi Dalang Safarradis Wahyu Dwi Listiyanto mengungkapkan dirinya antusias menjadi dalang muda."Perasaanya senang, bisa membanggakan budaya Indonesia," ucapnya.

Laki-laki kelas 10 ini menjelaskan dirinya berminat mendalang karena berawal mengikuti sanggar pertunjukan, lalu selanjutnya mengasah bakatnya di SMKN 12 Surabaya.

"Kalau di sanggar sudah satu tahun lebih, fasilitasnya sudah menjangkau ada semuanya dan siap pakai," jelas laki-laki 15 tahun ini.

Di Hari Wayang Nasional, Saffar berharap adanya wadah untuk menampilkan karya-karya terbaik anak-anak SMK untuk menunjukkan bakatnya."Harapannya bisa tampil di internasional," pungkas Saffar. (*)

Tombol Google News

Tags:

Pedalangan SMKN 12 Surabaya budaya Pelestarian budaya Harnowo Dalang muda Hari Wayang Nasional Surabaya Dalang cilik Wayang Kulit Wayang