Dinkes Pacitan: Stigma Negatif Pengidap HIV/AIDS Perlu Dihilangkan

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Marno

5 Desember 2023 18:43 5 Des 2023 18:43

Thumbnail Dinkes Pacitan: Stigma Negatif Pengidap HIV/AIDS Perlu Dihilangkan Watermark Ketik
drg. Nur Farida. (Foto: Al Ahmadi/Ketik co.id)

KETIK, PACITAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pacitan menyatakan bahwa stigma negatif terhadap pengidap HIV/AIDS perlu dihilangkan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan, drg. Nur Farida, saat dikonfirmasi pada Rabu (6/12/2023).

"Stigma buruk terhadap pengidap HIV/AIDS masih ada di masyarakat. Hal ini bisa berdampak negatif bagi mental pengidap penyakit itu," kata Nur Farida kepada Ketik.co.id.

Menurut Farida sapaan akrabnya, stigma negatif dapat membuat pengidap HIV/AIDS merasa dikucilkan, direndahkan, dan bahkan dimusuhi. Tentunya, akan membuat mereka merasa depresi, cemas, dan bahkan kehilangan harapan untuk hidup.

"Hal itu juga membuat penderita HIV/AIDS merasa malu untuk mengakses layanan kesehatan dan sosial. Bahkan, mereka takut untuk memeriksakan diri, atau berobat," ujar Farida.

Oleh karena itu, Farida mengimbau kepada masyarakat untuk menghilangkan stigma jelek terhadap penderita. Menurutnya, HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa disembuhkan, pun penanggung sakit tetap berhak untuk hidup layaknya orang normal lainnya.

"Kita harus mengubah pola pikir tentang HIV/AIDS. HIV/AIDS bukan penyakit kutukan, dan pesakit juga bukan orang yang jahat," tegas Farida.

Selain berdampak bagi si penderita, anggapan tersebut juga turut menghambat upaya pencegahan dan pengendalian penyakit oleh pemerintah.

"Apabila dapat dideteksi, akan ada kesempatan supaya seseorang tidak masuk ke fase yang tambah parah. Sehingga orang tersebut bisa segera ditangani," terang Farida.

Semakin cepat penyakit ini bisa dideteksi, maka harapan hidup sehat dan produktif bagi para pengidap HIV/AIDS bisa semakin tinggi. Mata rantainya bisa diputus dengan pengobatan sedini mungkin.

"Jangan sampai ada yang meninggal gara-gara sudah masuk fase AIDS," pinta Farida.

Penyebab dan Penanganan HIV dan AIDS

Dia memaparkan, perjalanan penyakit HIV menuju AIDS adalah 3 sampai 10 tahun. Jika daya tahan tubuh penderita lemah, maka gejala AIDS dapat muncul dalam waktu 3 tahun. Sedangkan, ketika didapati imunitas tubuh pengidap cukup kuat, maka gejala AIDS baru dapat muncul dalam kurun waktu 10 tahun.

Penyebab kasus HIV/AIDS terjadi, dipicu oleh perilaku menyimpang seksual seseorang, disusul faktor keturunan. Perilaku menyimpang diantaranya yakni seks bebas alias gonta-ganti pasangan, penyalahgunaan napza, selanjutnya ditularkan dari ibu ke anak kandungnya.

Terkait penanganan, masih kata dia, pengidap HIV/AIDS tetap bisa diobati, namun tak akan pernah sembuh. Penyakit ini dapat diobati dengan terapi antiretroviral (ART).

"ART adalah obat-obatan yang dapat membantu menghambat pertumbuhan virus HIV dan mencegahnya berkembang menjadi AIDS," jelas Farida.

Dengan terapi antiretroviral yang tepat, penderita HIV/AIDS dapat hidup normal dan sehat. Mereka juga dapat memiliki anak yang tidak terinfeksi HIV.

Kendati demikian, Dinkes Pacitan berharap, jangan sampai para pengidap HIV/AIDS merasa seperti divonis mati. Orang yang terjangkit tetap bisa menikah, dan bahkan punya anak layaknya manusia pada umumnya.

Sebagai informasi, bagi seseorang yang telah tercatat dan terlaporkan dalam Sistem Informasi HIV. Maka datanya akan terus ada hingga dia meninggal, lantaran penderita tidak bisa dikatakan sembuh.

Berdasarkan data, Dinkes Pacitan menyebut ada sebanyak 186 pengidap HIV/AIDS di Pacitan yang tercatat sejak 2011 hingga tahun 2023. Jika dirata-rata, penderita penyakit kelamin ini selalu bertambah sekitar 20-an kasus per tahun.

"Paling banyak faktor risikonya yakni hubungan heteroseksual. Ditahun ini ada 17 kasus yang ditemukan, setiap tahun bisa dibilang konstan Imbang antara pria maupun wanita," pungkas Farida. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan HIV/AIDS di Pacitan Stigma Negatif HIV/AIDS