KETIK, MALANG – Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus dengan angka yang cukup signifikan dari waktu ke waktu.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia di periode Januari hingga Mei 2023 telah surplus sebesar 16,48 miliar USD dengan sektor non migas menyumbang surplus 24,32 miliar USD dan defisit migas 7,83 miliar USD.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI, Jerry Sambuaga pada Sosialisasi Hasil-Hasil Perdagangan Isu Prioritas Asean Chairmanship 2023 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB), Kamis (22/6/2023).
"Neraca perdagangan kita surplus di angka yang cukup signifikan di Desember 2022 bahkan menyentuh 54,56 miliar USD. Itu tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Di tahun ini, kita juga signifikan mengalami surplus. Artinya tentunya bisa memastikan bahwa produk-produk kita semakin masif diekspor ke manca negara," ucap Jerry.
Banyak produk Indonesia yang diminati di pasar ASEAN. Di antaranya kerajinan tangan, makanan ringan, hingga pakaian. Selain itu juga termasuk nikel, mini besi, besi baja, batu bara, kelapa sawit dan lainnya.
Namun dari arahan Presiden Joko Widodo, produk yang diekspor diupayakan produk jadi, sehingga memiliki nilai jual lebih.
"Selain menguntungkan berkali lipat, juga memberikan banyak hilirisasi di Indonesia termasuk membuka peluang lapangan pekerjaan," paparnya.
Jerry menggarisbawahi bahwa keliru jika mengatakan kegiatan ekspor di Indonesia lebih rendah dibandingkan impor. Untuk itu ia berpesan supaya masyarakat dapat memanfaatkan peluang sebagai ketua ASEAN dan membuat negara di Asia Tenggara menjadi pemain utama di sektor ekonomi.
"Kita sebagai ketua ASEAN mempunya aset yang strategis untuk memastikan bahwa kita bisa menjadikan ASEAN sebagai salah satu pemain strategis bahkan di tingkat dunia," serunya.(*)
