Grace Amanda, Mahasiswa Difabel Semangat Merantau Kuliah di Universitas Brawijaya

Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Marno

18 Agustus 2023 05:46 18 Agt 2023 05:46

Thumbnail Grace Amanda, Mahasiswa Difabel Semangat Merantau Kuliah di Universitas Brawijaya Watermark Ketik
Grace bersama beberapa mahasiswa difabel lainnya yang semangat mengikuti PKK Maba UB 2023 (Foto: Lutfia/ketik.co.id)

KETIK, MALANG – Semangat kemerdekaan hadir di Universitas Brawijaya, salah satunya melalui rangkaian Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKK Maba) Universitas Brawijaya (UB). Sebanyak 14 mahasiswa difabel diterima oleh UB pada tahun ini, salah satunya Grace Amanda Harianja.

Grace merupakan mahasiswa difabel daksa yang jauh-jauh merantau dari Pekanbaru, Riau untuk mengenyam pendidikan di Kota Malang. Perempuan berusia 18 tahun tersebut mengaku gemar dengan seni dan desain. Tak heran jika ia menjatuhkan pilihan pada Jurusan Desain Grafis, Fakultas Vokasi.

Ia juga memiliki hobi menggambar karakter-karakter anime serta pemandangan.

"UB jadi pilihan pertama, saya ambil Jurusan Desain Grafis, Fakultas Vokasi. Cita-cita saya memang menjadi desainer di kantor. Memang suka desain, dari kecil juga suka seni, menggambar, membuat sketsa. Biasanya saya bikin gambar anime, pemandangan, ada banyak," ujarnya saat ditemui di Gedung Samantha Krida, UB pada Senin (14/8/2023).

Selama masa orientasi mahasiswa, Grace disampingi dengan sang ibu yang berprofesi sebagai PNS. Hingga saat ini ia mengaku tak ada kesulitan selama beraktivitas sebagai mahasiswa baru di Kota Malang.

"Kebetulan untuk saat ini, ibu saya ada di sini. Mungkin kalau sudah mulai perkuliahan semester 1, ibu saya balik ke Pekanbaru," tuturnya.

Kedua orang tuanya pun mendukung penuh keputusan Grace untuk merantau. Terlebih banyak fasilitas untuk difabel yang diberikan oleh Universitas Brawijaya.

"Saat ini tidak ada kendala. Saya sendiri yang memilih untuk kuliah di UB dan orang tua menerima dan mendukung pilihan saya," lanjut Grace.

Selama PKK Maba, Grace mendapatkan pendamping dari Pusat Layanan Disabilitas (PLD) UB. Akses jalan yang ada di dalam kampus pun dapat dilewati oleh kursi rodanya.

"Ada pendamping dari UB. Di sini juga fasilitasnya banyak, untuk disabilitas area jalannya mudah untuk gerak dan bisa dilewati," ungkapnya.

Selaras dengan Grace, Kepala Humas dan Kearsipan UB Kotok Gurito menjelaskan bahwa sejak tahun 2012 UB telah memiliki Pusat Layanan Disabilitas. Bekerjasama dengan Australia, UB menjadi perguruan tinggi pertama yang menyediakan layanan disabilitas bagi para mahasiswa UB.

"Semua fakultas rata-rata punya fasilitas pendukung. Semua kita progres untuk melengkapi fasilitas. Pusat layanan disabilitas juga kita sudah mulai sejak 2012, waktu itu kerja sama dengan Australia," jelas Kotok.

Ia menambahkan bahwa 14 mahasiswa difabel yang diterima di UB tersebut merupakan difabel daksa, netra, bisu, tuli, dan difabel mental. 

"Jalur masuknya ada lewat Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD) kemarin tersaring 12 mahasiswa. Sisanya dari Seleksi Mandiri, sama seperti mahasiswa lainnya," tambahnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

PKK MABA Universitas Brawijaya Mahasiswa Difabel HUT RI Raja Brawijaya