KETIK, MALANG – Nama Keumalahayati akan selalu harum mengiringi keberlangsungan kemerdekaan Indonesia. Bagaimana tidak, pejuang dari Tanah Aceh tersebut dengan gagah berani mempertaruhkan nyawanya untuk menghalangi masuknya penjajah dari Portugis dan Belanda menguasai wilayah Aceh Besar.
Keumalahayati atau akrab dipanggil Malahayati lahir pada 1 Januari 1550. Perempuan berdarah biru itu merupakan anak dari Laksamana Mahmud Syah yang merupakan panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh. Ia juga merupakan cicit dari Raja kedua Kesultanan Aceh yakni Sultan Salahuddin Syah pada tahun 1530-1539.
Lahir di keluarga pengarung samudra, membuat Malahayati dimanfaatkannya untuk bergabung dalam akademi militer angkatan laut Mahad Baitul Maqdis. Malahayati memiliki sejarah panjang sebagai pahlawan perempuan yang mempertahankan kemerdekaan tanahnya dari penjajah.
1. Menjadi Laksamana Perempuan Pertama
Sebelum diangkat menjadi laksamana, Malahayati sempat terlibat pertempuran melawan Portugis di perairan Teluk Haru di kawasan Selat Malaka pada 1586. Ia melakukan perlawanan dengan dipimpin oleh suaminya, Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief. Meskipun pasukan dapat memukul mundur kapal-kapal Portugis, namun suaminya gugur dalam pertempuran besar itu.
Tak tinggal diam, Malahayati turut meneruskan perjuangan suaminya. Ia pun mengambil alih posisi suaminya. Sultan Riayat Syah, Sultan dari Kesultanan Aceh memberikannya gelar Laksamana. Malahayati menjadi laksamana pertama dan memiliki rencana untuk membangun Inong Balee.
2. Mendirikan Inong Balee
Inong Balee menjadi langkah awal dan gebrakan besar yang diciptakan Malahayati. Pasukan ini terdiri dari perempuan yang didominasi oleh janda dan diberikan mandat besar untuk melindungi Aceh dari penjajah. Malahayati memimpin pasukan yang mencapai 2.000 orang berbekal 100 unit kapal perang besar yang diberikan oleh Sang Sultan.
Mereka mendirikan Benteng Inong Balee yang tak jauh dari pesisir Teluk Lamreh, Aceh Besar. Di benteng tersebut, pasukan berlatih perang dan mengamankan jalur laut perdagangan kesultanan. Mereka juga mengawasi pelabuhan Samudra Aceh.
3. Mengalahkan Cornelis de Houtman
Dua buah kapal Belanda berisi pasukan perang dengan dipimpin Cornelis de Houtman dan Frederik de Houtman datang di Pelabuhan Aceh pada 21 Juni 1599. Laksamana Malahayati bersama pasukan Inong Balee diperintahkan Sultan untuk mengusir pasukan Belanda yang hendak berburu rempah-rempah.
Setelah pertempuran sengit, Pasukan Inong Balee berhasil menghancurkan dua kapal Belanda. Laksamana Malahayati juga berhasil duel satu lawan satu bersama Cornelis de Houtman di atas kapal musuh dan berujung pada kemenangannya.
4. Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional
Berkat jasanya tersebut, Pemerintah Indonesia pun menetapkan Laksamana Malahayati sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2017. Ia ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) RI nomor 115/TK/tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional dan ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo.
Penetapan ini menjadi salah satu bentuk penghormatan yang diberikan bangsa Indonesia kepada pejuang perempuan tersebut. Hingga kini nama Laksamana Malahayati tetap harum dan dikenal sebagai simbol keberanian dalam melawan penjajah.(*)