KETIK, SURABAYA – Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melakukan pengabdian masyarakat pada guru SMP se-Kota Mojokerto. Salah satu prodi yang ikut terlibat dalam pengabdian tersebut adalah Prodi S2 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS).
Ketua Prodi S2 PIPS Nasution, M.Ed., PhD memberikan pengantar pendahuluan cara membuat RPP yang relevan dengan tuntutan Kurikulum Merdeka. Prodi PIPS UNESA sudah mengembangkan RPP dan telah terpublikasi ke dalam jurnal Internasional.
Narasumber acara tersebut dalam acara ini dosen senior S2 PIPS, yakni: Dr. Harmanto., MPd, dan dosen muda Dr. Muhammad Jacky, M.Si. Tujuan pelatihan ini sebagai lanjutan dari pelatihan yang dilakukan secara daring sebelumnya.
Pelatihan dihadiri guru-guru SMP se Kota Mojokerto, salah satu guru mempresentasikan Modul Ajar dengan tema “Mengenal Lokasi Tempat Tinggal.” Modul ajar ini mengajak peserta didik untuk mengenal lingkungan dengan menanam sayur sawi daging.
Presentasi modul ajar ini mendapat apresiasi sekaligus kritik yang membangun, Nasution, M.Ed., PhD mengatakan bahwa modul ajar ini masih abstrak. Memang terlihat seolah rasional tetapi masih sangat abstrak sehingga akan membingungkan peserta didik.
“Harusnya sudah lebih empiris dengan menanam sayuran, misalnya. Aspek IPS belum terlihat dengan jelas,” sanggahnya.
Nasution, M.Ed., PhD membuka wawasan guru-guru dengan berfikir out of the box. Jika dengan tema "Mengenal Lokasi Tempat Tinggal", maka peserta didik bisa diajak melakukan observasi terlebih dahulu ke lingkungan sosialnya.
Nasution menjelaskan apa yang ditemukan peserta didik dari hasil observasinya, misal peserta didik menemukan kondisi sosial tentang banjir, kampung kumuh (slum area), macet di pagi hari dan sore hari, kemiskinan, lokalisasi, kriminalitas, fenomena gank dan seterusnya.
"Ini adalah masalah sosial yang didapat peserta didik, untuk menemukan project maka masalah sosial harus ditemukan terlebih dahulu,” tegas Ketua Prodi S2 PIPS ini.
Hal senada juga diungkapkan salah satu Narasumber, Dr. Harmanto memberikan contoh, misalnya masalah banjir yang diambil sebagai permasalahan, maka project yang diambil adalah mengurai kemacetan di Kota Mojokerto.
Guru dan peserta didik perlu membuat kegiatan. Pertama, observasi di tempat kemacetan. Kegiatan ini akan menghasilkan instrumen observasi dan hasil observasi.
“Setelah observasi, maka mencari akar masalah, alternatif solusi dan memilih alternatif solusi terbaik,” kata Harmanto.
Harmanto juga menjelaskan bahwa peserta didik dapat melakukan wawancara ke masyarakat untuk mendapatkan alternatif beberapa solusi.
Mengenai Kurikulum Merdeka di SMP, Dr. Muhammad Jacky, M.Si memberikan penekanan bahwa Kurikulum Merdeka mengajak peserta didik untuk memiliki keterampilan untuk menyelesaikan masalah secara nyata di masyarakat.
Kurikum Merdeka di SMP juga dirancang agar peserta didik mendapat ilmu dari masyarakat dan dapat mempraktekan ilmunya juga secara langsung. Masyarakat sebagai sumber belajar.
Pada Kurikum Merdeka ini peserta didik didorong untuk membangun pengetahuan teknis, melalui mengenal alam sekitar, potensi alam.
“Kurikulum Merdeka ini mendorong peserta didik untuk melakukan observasi lingkungan alam, kondisi sosial, penelitian kecil-kecilan (small research) dan pemberdayaan,” tegas dosen PIPS sekaligus dosen Sosiologi.
Peserta pelatihan dari Guru SMPN 1 Kota Mojokerto, Cipto memberikan apresiasi yang positif terhadap pelatihan ini. Kurikulum Merdeka ini masih baru dan kami juga belum sepenuhnya mengerti tentang subtansi kurikulum ini.
“Pelatihan ini bagi kami memberikan pengetahuan baru soal pentingnya mengintegrasian antara profil pelajar Pancasila dengan pembelajaran yang lebih tersetruktur,” ungkapnya. (*)