Siapa Bilang Piala AFF Tidak Penting?

Jurnalis: Agus Riyanto
Editor: M. Rifat

24 Desember 2024 09:07 24 Des 2024 09:07

Thumbnail Siapa Bilang Piala AFF Tidak Penting? Watermark Ketik
Oleh: Agus Riyanto*

Piala AFF merupakan lambang supermasi bergengsi di kawasan Asia Tenggara. Pertama kali turnamen ini digelar pada 1996 dengan nama Piala Tiger.

Ada 4 negara yang sudah meraih gelar, yakni Thailand tujuh trofi, Singapura empat trofi, Vietnam dua trofi dan Malaysia satu trofi. Sementara Indonesia hanya finis di posisi runner up sebanyak enam kali.

Secara umum, Piala AFF bisa disebut ajang paling bergengsi di Asia Tenggara selain SEA Games.

Selain mempertaruhkan harkat dan martabat sebuah negara, Piala AFF juga menjadi ajang pembuktian keberhasilan liga domestik di masing-masing negara.

Mengapa? Diakui atau tidak liga domestik disebuah negara merupakan rahim dari timnas negara tersebut, sehingga untuk mewujudkan keberhasilan liga domestiknya tentu harus diimplementasikan pada sebuah turnamen. Baik di level Asean, Asia, atuapun level dunia.

Thailand, Vietnam dan Malaysia selalu menganggap Piala AFF sebagai ajang pembuktian keberhasilan Timnasnya. Tak terkecuali selalu tampil dengan kekuatan penuh. Meskipun Piala AFF bukan termasuk kalender FIFA.

Selain menjadi adu gengsi antarnegara, turnamen dua tahunan ini juga bisa menjadi jembatan bagi para pemain untuk dilirik klub elit Asia ataupun Eropa. Thailand merasakan itu.

Sebut saja Teerasil Dangda. Dia pernah merumput bersama Sanfrecce Hiroshima 2018 dan Shimizu S-Pulse 2020.

Selain itu, ada juga Chanathip Songkrasin dan Theerathon Bunmathan yang juga bermain di kasta tertinggi Liga Jepang.

Ini artinya, tidak ada istilah Piala AFF tidak penting atau banyak yang menyebut tidak masuk kalender FIFA. Tanpa disadari di turnamen tersebut banyak tim pemandu bakat yang memantau. Baik dari klub elit Asia ataupun Eropa.

Pun demikian di Piala AFF 2024, dimana PSSI mengirimkan pasukan mudanya banyak menimbulkan pro dan kontra. Terlebih setelah kandas di fase grup.

Padahal, gairah sepak bola Indonesia sedang menggeliat alias on fire. Celakanya, kegagalan Indonesia berdampak pada peringkat FIFA.

Ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi PSSI untuk ke depannya. Apalagi pencapaiannya bisa disebut salah satu pencapaian terburuk sepanjang gelaran tersebut.

Tak hanya itu, kekalahan melawan Filipina di laga terakhir edsi tahun ini yakni 2024 menjadikan rekor kekalahan kedua bagi Indonesia atas The Azkals.

Semoga ke depan para elit sepak bola di tanah air bisa berbuat lebih baik dalam menyiapkan tim yang akan diterjunkan kesebuah turnamen. Ini persoalan harkat dan martabat Indonesia! (*)

*) Agus Riyanto merupakan jurnalis senior Ketik.co.id yang kini bertugas di Biro Trenggalek
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur oleh Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

Seberapa Penting Piala AFF bagi negara di kawasan Asia tenggara