KETIK, SITUBONDO – Untuk memperdalam keilmuan budi daya udang barong atau lobster, Tim pembudidaya lobster PT. Bandar Laut Dunia (Balad) Grup melakukan studi keilmuan budidaya udang barong ke beberapa teluk di Lombok Barat NTB dan Vietnam, Selasa 10 September 2024.
Keseriusan Tim Balad Grup untuk mengembangkan budi daya lobster ini benar-benar direalisasikan secara nyata.
Buktinya, Tim pembudidaya lobster PT. Bandar Laut Dunia (Balad) Grup memberangkatkan 9 orang untuk menimba ilmu budidaya udang barong di Lombok Barat NTB.
“Mereka berangkat dari Pelabuhan Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Lembar Lombok Barat NTB, pada hari Senin 9 September 2024,” jelas Khalilur R. Abdullah Syahlawiy, kreator PT. Bandar Laut Dunia.
Lebih lanjut, Khalilur R. Abdullah Syahlawiy menjelaskan, Tim Balad Grup akan belajar budi daya lobster di Kabupaten Lombok Barat NTB, dan setelah menyerap ilmu budi daya udang barong dari Kabupaten Lombok Barat ini, empat orang dari mereka akan melanjutkan studi atau belajar budi daya lobster di Vietnam.
"Mereka ini pemuda semua, setelah ilmu budi daya udang barongnya mumpuni, maka rencananya mereka akan berbudidaya lobster di Gugusan Teluk Kangean Sumenep Madura Jawa Timur,” jelas Anak Petani Dusun Sokaan, Desa Trebungan, Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo yang telah melanglang buana dalam dunia bisnis, Selasa (10/09/2024).
Rencana populasi lobster yang akan mereka pelihara secara bertahap, sambung Haji Lilur, panggilan akrab Khalilur R. Abdullah Syahlawiy, sebanyak 10.000.000 ekor lobster selama setahun.
"Rencana investasinya, kami akan memasang 200 blok keramba, per blok keramba berisi 50.000 ekor lobster. Satu blok keramba berisi 150 keramba, satu keramba berisi 333 sampai 350 ekor lobster," jelas Haji Lilur.
Lebih lanjut, raja tambang asal Dusun Sokaan Situbondo ini membeberkan, harga satu blok keramba sekitar Rp750 juta, harga 200 blok keramba sekitar Rp150 miliar.
Kemudian harga pengadaan bibit lobster dengan asumsi per ekor Rp10.000 di kali 10.000.000 jadinya Rp10 miliar.
"Untuk biaya pakan, obat-obatan serta biaya perawatan lainnya selama satu tahun masa piara per ekor lobster yakni Rp500 ribu per ekor. Total biaya per ekor masa piara satu tahun untuk 10.000.000 ekor yaitu Rp500.000 kali 10.000.000 jumlah total ketemu Rp5 triliun. Lokasi budi daya udang lobster ini di gugusan Teluk di Pulau Kangean Sumenep Jawa Timur dengan luas total 250 hektare," terang Haji Lilur.
Selanjutnya, untuk biaya pengadaan aset, sambung Haji Lilur, dua unit kapal angkut pakan dan penumpang sekitar Rp10.000.000.000 per 5 miliar per kapal, 400 sampan sebagai transportasi di dalam area budi daya (200 blok keramba), 50 perahu transportasi dari mess ke area budi daya.
"Kemudian untuk karyawan disiapkan 10 mess di lokasi budidaya, biayanya Rp10.000.000.000. Jumlah karyawan per blok keramba sebanyak tujuh orang, jumlah karyawan di 200 blok keramba 7 kali 200. Total karyawan perawat lobster dan keramba adalah 1400 orang. Gaji karyawan dua kali UMR kabupaten setempat," tegas Haji Lilur.
Yang ditulis di atas, kata Haji Lilur, nantinya akan dikelola 9 orang ini dibantu oleh Manajemen BALAD GRUP di Kantor Graha Pena Ekstensi Lantai 10 Surabaya Jawa Timur.
Lalu dari mana biayanya? Awal budi daya dibiayai sendiri lalu berlanjut dibiayai dari hasil Budi Daya Lobster di Luar Negeri - Vietnam.
“Bayangkan, sirkulasi Bisnis Budi Daya Lobster di Satu Gugusan Teluk saja bisa memutar dana minimal 10 Triliun per tahun. Dan betapa dahsyatnya Bisnis ini jika dilakukan di 567 Teluk di Seluruh Indonesia. Betapa dahsyatnya Indonesia andai bisnis budidaya ini merambah semua jenis ikan primadona dunia,” kata Haji Lilur.
Negeri Kepulauan NKRI yang memiliki kekuatan budi daya perikanan dan budi daya kelautan seperti rumput laut dan lain sebagainya.
“Jika tidak banyak Anak Bangsa yang mau melakukannya, maka saya bersama BALAD GRUP bersedia mengawali budi daya perikanan di negeri Kepulauan Indonesia ini,” pungkas pria yang juga getol memerangi perbuatan antikorupsi ini. (*)