TK Dharma Wanita Wonoplintahan Sidoarjo Ambruk, Murid-Murid Belajar di Rumah Anggota DPRD Sidoarjo

Editor: Fathur Roziq

3 Juni 2024 22:54 3 Jun 2024 22:54

Thumbnail TK Dharma Wanita Wonoplintahan Sidoarjo Ambruk, Murid-Murid Belajar di Rumah Anggota DPRD Sidoarjo Watermark Ketik
Bu Guru Sulis Dwi Yanti yang juga kepala TK (berbaju seragam) dan Bu Guru Maya menunjukkan atap gedung TK Dharma Wanita Persatuan Desa Wonoplintahan, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo, pada Senin (3/6/2024). Gentingnya sudah ambruk. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)

KETIK, SIDOARJO – Gaji ratusan ribu rupiah sebulan tidak membuat hati Bu Guru Sulis Dwi Yanti gundah. Tidak pernah pula dia mengeluh. Walaupun, bayaran itu kurang untuk sekadar memenuhi kebutuhan dirinya sebagai perempuan.

Namun, ada satu masalah yang benar-benar menyebabkan dirinya sulit tidur nyenyak. Sudah 3 bulan ini dia galau. Sekolah tempat belajar 40 anak-anak Desa Wonoplintahan ambruk. Rusak berat. Parah.

Sejak Maret 2024 lalu, atap bangunan TK Dharma Wanita Persatuan, Desa Wonoplintahan, Kecamatan Prambon runtuh. Hujan dan angin meluruhkan atap bangunan berusia sekitar 50 tahun tersebut. Tidak bisa ditempati lagi.

’’Anak-anak saya terpaksa numpang di rumah Pak Yarno (anggota DPRD Sidoarjo Suyarno),’’ ungkap perempuan berusia 43 tahun itu kepada Ketik.co.id yang mengunjunginya Senin siang (3/6/2024).   

Dia mengajak berkeliling. Ada empat ruang di gedung TK yang berdiri sejak sekitar 1976 tersebut. Tiga ruang kelas dan satu ruang guru. Kondisi bangunan paling kanan sangat parah. Hampir seluruh gentingnya sudah ambrol. Kalau hujan banjir. Jika panas, sinar terik matahari masuk. Panas.

Semua isinya telah diungsikan. Kursi kayu. Meja, alat permainan, dan sebagainya. Cuma tersisa sebuah tempelan kertas bergambar seorang bocah lucu tengah bermain.

Ruang kedua dan ketiga terlihat masih utuh. Hanya bagian atap depan yang bolong-bolong.  Di sanalah perlengkapan belajar anak-anak disimpan. Namun, jika dilihat dengan seksama, plafon dua ruangan itu sudah miring. Tinggi bagian depan dan belakang tidak sama.

’’Itu kayunya sudah keropos. Ini rayapnya banyak. Sampai ke dinding dan lantai,’’ ungkap Bu Sulis, panggilan akrab Sulis Dwi Yanti.

Serangga sosial itu begitu bebas membuat sarang. Membangun koloni dengan membentuk gundukan tanah kecil panjang. Dari tanah hingga ke atap bangunan. Kayu-kayu bangunan dilahap. Sampai keropos. Rapuh. Blandar gedung sekolah itu sudah miring. Bisa ambruk kapan saja.

’’Sudah dua kali saya kirim proposal ke Dinas Pendidikan Sidoarjo. Katanya belum ada anggaran. Kami juga lapor ke Baznas. Masih disurvei,” kata Bu Sulis yang juga kepala TK Dharma Wanita Wonoplintahan, Prambon, Sidoarjo, tersebut.

Foto Bagian atas bangunan gedung TK Dharma Wanita Persatuan Desa Wonoplintahan, Kecamatan Prambon, Sidarjo, yang sudah miring. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)Bagian atas bangunan gedung TK Dharma Wanita Persatuan Desa Wonoplintahan, Kecamatan Prambon, Sidarjo, yang sudah miring. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)

Perempuan murah senyum itu mengaku sedang bingung harus bagaimana. Setiap hari dia menumpang mengajar puluhan anak di rumah Suyarno. Legislator PDIP asal Prambon itu memang mengizinkan pendapa depan rumahnya dipakai untuk bocah-bocah belajar. Dia ingin anak-anak warganya bisa sekolah. Demi masa depan desa juga.

’’Tapi, keluarga Pak Yarno sekarang punya bayi. Tahu kan bagaimana ramainya anak-anak saya kalau sedang main. Sungkan sekali,’’ tambah Bu Sulis.

Bu Sulis tidak punya pilihan selain menunggu uluran tangan pemerintah atau pihak lain. Tidak ada biaya. Sudah 15 tahun dirinya mengajar di situ. Ada tiga guru lain. Masing-masing Dwi Agustin, Virda Maya Lidiana, serta guru komputer bernama Endang. Semua memikirkan nasib anak-anak tersebut.

Lebih-lebih tidak lama lagi tiba masa penerimaan murid baru. Apakah anak-anak itu akan terus menumpang belajar di ruang terbuka. Tanpa peralatan yang memadai. Tanpa perlindungan cukup jika, misalnya, turun hujan deras atau angin.

’’Semoga ada yang perhatian dan segera membantu kami di sini. Alhamdulillah kalau bisa diperbaiki,” harap Bu Sulis.

Yang pasti, tidak mungkin guru-guru untuk memperbaiki sendiri sekolah itu. Rata-rata insentif cuma ratusan ribu rupiah satu bulan. Dari Pemkab Rp 400 ribuan. Dari desa Rp 150 ribuan. Perlu berapa tahun kalau harus urunan.

’’Wong sandal saja kami kadang dibelikan wali murid,’’ ucap Bu Sulis lantas tersenyum. Getir. (*)

Tombol Google News

Tags:

DPRD Sidoarjo Sekolah Ambruk Desa Wonoplintahan Prambon Pemkab Sidoarjo Suyarno sekolah rusak