KETIK, BANDUNG – Arni Kinanti Asri (20) biasa dipanggil Kinan, mahasiswi cantik semester 6 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung jurusan Pendidikan Bahasa Sunda bicara perihal pentingnya menjaga budaya dan bahasa daerah.
Mojang Jajaka menurut Kinan merupakan duta daerah setempat yang bertugas untuk mempromosikan serta mengembangkan kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif terkhusus yang ada di wilayahnya masing-masing.
"Dalam hal ini mojang sendiri berartikan perempuan muda dan jajaka berarti pemuda laki-laki," kata Kinan kepada media online nasional Ketik.co.id melalui pesan singkat Whatsapp, Jumat (29/03/2024).
Sebelum masuk ke Paguyuban Mojang Jajaka Kabupaten Garut ini, Kinan yang memiliki hobi menyanyi dan memasak ini sudah mempunyai advokasi tersendiri, dari mulai mengikuti Duta Pendidikan Jawa Barat 2022 yang lalu.
"Advokasi yang saya miliki dan sudah dijalankan selama 2 tahun ini perihal melestarikan kebudayaan sunda melalui pendidikan dengan program Hariring Pangsi Haleuang Kabaya Atra Nyarita Ku Basa Sunda," ujarnya.
Menurutnya, sasaran advokasi ini fokus kepada anak-anak sekolah yang bertujuan untuk menyadarkan pelajar Jawa Barat tentang pentingnya menjaga serta melestarikan kebudayaan sunda.
"Karena saya menyadari sendiri, zaman sekarang tidak sedikit dari masyarakat Jawa Barat termasuk anak sekolahan yang sudah jarang memakai bahasa sunda yang baik dan benar pada kegiatan sehari-hari," imbuhnya.
Dikatakannya, Hariring Pangsi Haleuang Kabaya Atra Nyarita Ku Basa Sunda merupakan istilah yang ia buat pada program advokasi yang berartikan sebagai generasi muda Jawa Barat harus bisa melestarikan apa-apa yang berkaitan dengan kesundaan.
"Adapun maksud dari Hariring Pangsi Haleuang Kabaya adalah kita tidak boleh lupa dengan baju adat kita sendiri yaitu Pangsi dan Kebaya," ungkapnya menambahkan.
Selain itu kata Kinan, hal kecil untuk menjadi pengingat adalah dengan bisa menggunakan pakaian pada hari-hari tertentu atau pada program pemerintah seperti Kemis Nyunda.
"Selanjutnya yaitu Atra Nyarita Ku Basa Sunda dengan jelas mengartikan kita harus bisa terbiasa menggunakan bahasa sunda dengan baik dan benar sesuai dengan undak usuk dan tatakrama basa sunda," terangnya.
Kinan beralasan membuat program advokasi tersebut karena dengan latar belakangnya yang berada pada lingkungan keluarga yang bisa dibilang mereka cukup raket pageuh atau kuat kaitannya dengan kesundaan.
"Selain itu, saya menyadari bahwa di Tatar Sunda ini bahasa daerah mulai tidak lagi digunakan dengan baik dan benar oleh masyarakat, sebagian ada yang sudah terwesternisasi, sebagian bisa berhenti berbicara karena malu atau merasa bahasa sunda tidak sepenting itu," ucapnya.
Padahal tambah Kinan, banyak orang di luaran sana bahkan orang luar negeri yang sengaja untuk belajar bahasa sunda.
Berkaitan dengan kebudayaannya, tak jauh beda, banyak sekali masyarakat yang tidak tahu menahu tentang kebudayaan sendiri, karena generasi zaman sekarang tahunya hanya dari sosmed saja itupun hanya sebatas tahu, tidak dengan sejarahnya.
"Saya beruntung dengan menjadi bagian dari Paguyuban Mojang Jajaka jadi bisa tahu secara langsung dengan kebudayaan sunda terkhusus di Kabupaten Garut. Kita selalu terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui kebudayaan tersebut. Selain alasan di atas, ada satu hal yang paling bisa memotivasi untuk membuat program advokasi ini adalah ibu saya," tuturnya.
Sebelum pensiun, Kinan menceritakan dulu ibunya yang merupakan guru Sekolah Dasar begitu cinta dan selalu melestarikan bahasa serta kebudayaan sunda kepada anak-anak didiknya.
"Ibu yang mahir dalam segala bidang termasuk dengan kesundaan mengajarkan saya sedari duduk di bangku SD untuk bermain alat musik sunda seperti suling dan juga kecapi, melatih bernyanyi dan yang membimbing sampai benar-benar mahir dalam membaca dan menulis aksara sunda," timpalnya.
Sejauh ini, aksi yang sudah ia lakukan dalam program advokasi ini yaitu dengan bersosialisasi ke berbagai sekolah terkhusus yang berada di Kabupaten Garut, dengan berusaha untuk mempelajari, mengajarkan serta mempraktikan cara melestarikan kebudayaan sunda melalui pendidikan.
"Saya sering berbicara begini ketika melakukan sosialisasi kepada anak-anak, agar jangan pernah malu untuk berbicara bahasa sunda, karena bahasa kita juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga, jangan pernah malas untuk belajar mengenal kebudayaan sunda, karena itu adalah bagian dari kehidupan kita yang harus tetap dilestarikan, lamun lain ku urang rek kusaha deui?," pesannya.
Adapun manfaat yang telah dirasakan Kinan dengan bergabung bersama Moka yaitu selain menambah personal branding, hal lainnya adalah bisa mengetahui apa saja kinerja sebagai duta daerah, dilibatkan pada setiap kegiatan penting bersama para pejabat daerah, dan membantu UMKM dalam mempromosikan dagangannya.
"Lalu bisa mengetahui semua pariwisata dan kebudayaan dengan terjun langsung ke lapangan untuk hafal sejarah dan mempraktikannya, dan yang paling saya inginkan yaitu ingin bermanfaat untuk orang-orang terdekat dan juga masyarakat sekitar dengan keahlian yang dimiliki," sambung Dia.
Secara khusus, dirinya berharap ke depannya ingin terus belajar dan mengasah skill. Karena baginya tak cukup sampai di sini untuk meraih mimpi-mimpi. Di depan masih banyak bintang yang ingin digapai, dan ingin menggenggam bintang itu agar cahayanya dapat terpancar masuk ke dalam diri.
"Saya mengajak kepada generasi muda untuk ikut serta melestarikan bahasa dan kebudayaan sunda. Dari mulai hal kecil saja, mencoba berbicara sehari-hari menggunakan bahasa sunda pada lingkup keluarga ataupun teman. Mungkin dari hal itu nantinya akan berdampak besar pada diri sendiri ataupun orang lain," cetusnya.
"Jangan pernah takut untuk memulai, jangan pernah malu untuk berbicara menggunakan bahasa ibu sendiri, kita harus bangga dengan apa yang kita punya. Lestarikan! Lamun lain ku urang, rek kusaha deui?," tandasnya menutup pernyataan dengan nada penuh semangat. (*)