Banyak sekali calon anggota legislatif (caleg) yang layak menjadi bahan tulisan. Rata-rata hebat. Lebih-lebih para caleg petahana. Namun, dari bapak-bapak itu, belum muncul tema yang pas sebagai karya jurnalistik. Tulisan yang terbit beneran di media.
Ada seorang caleg petahana yang minta dibuatkan video untuk bahan kampanye. Ini pekerjaan profesional di luar profesi sebagai jurnalis. Ya pasti itu tidak gratisan. Alhamdulillah, beliau terpilih lagi.
Ada juga caleg yang minta beberapa video serupa. Sudah dikirim bahannya. Tapi, beliau bilang bayarnya belakangan. Saya katakan mohon maaf. Terlalu berisiko. Ternyata beliau memang belum ditakdirkan terpilih.
Nah, untuk tema tulisan di media, saya justru tertarik pada caleg bernama Cak Gopal. Caleg PDIP asal Wonoayu. Mengapa? Sama sekali bukan karena mengharapkan pujian, imbalan, apalagi bayaran. Tidak. Saya terpikat oleh etikanya dalam mengenalkan diri.
Nama Cak Gopal bertengger di urutan Nomor 5 dalam kertas suara caleg PDIP. Dapil 3, yaitu Prambon, Krembung, Tulangan, dan Wonoayu. Nama aslinya
Harman Pratomo ST. Seorang pengusaha bidang pertanian. Wajahnya cerah. Senyumnya jujur. Berbaju merah total dan peci hitam, Cak Gopal kelihatan apa adanya banget. Dia ramah.
Hampir 1 tahun lalu, pemilu masih jauh. Saya diajak seorang teman ke rumah Cak Gopal di Wonoayu. Acara berbagi menjelang Idul Fitri. Rumah Cak Gopal dipenuhi para tetangga. Ada pula anak-anak yatim. Kader-kader PDIP juga terlihat pada acara buka puasa bersama itu.
Tidak kenal secara pribadi. Belum saling tahu siapa. Saya disambut baik. Dipersilakan ikut makan. Dikasih bingkisan. Parsel. Ha… ha…. Ha… Tanpa ditanya apa pun. Mungkin Cak Gopal memang sedang sibuk menyambut tamu-tamu lain. Ada banyak kader PDIP di sana.
Saat acara, Cak Gopal diperkenalkan sebagai penerus Mas Gandu. Saya menyebutnya The New Gandu. Mas Gandu adalah sebutan untuk almarhum H Taufik Hidayat Tri Yudhono. Dia wafat pada Minggu malam (3/5/2020). Anggota DPRD Sidoarjo itu dikenal teramat baik. Peduli. Bertubuh besar, berwajah tegas. Namun, hatinya lembut. Figurnya penolong. Dicintai konstituen.
Hati lembut itulah salah satu teladan Mas Gandu yang ”menitis” kepada Cak Gopal. Semoga sifat, sikap, dan tindakan baik-baik lainnya.
Saya menemukan hal kecil. Sederhana. Tapi, bisa menjadi ukuran kepribadian. Apa itu? Belum saya temukan satu poster, banner, maupun baliho kampanye Cak Gopal yang dipaku di pohon. Rata-rata berdiri di atas kayu penopang sendiri. Baik besar, sedang, maupun kecil.
Pastilah saya penasaran. Seorang caleg baru punya etika setinggi itu. Etika lingkungan kelas global. Padahal, sangat banyak caleg lain yang memasang alat peraga kampanye (APK) secara brutal. Diikat paksa dengan kawat di pohon. Disandarkan ke pepohonan sepanjang jalan. Sampai dipaku-paku secara sengaja dan tega.
Padahal, di depan nama caleg itu ada gelar doktor, magister, dokter, haji, sarjana pendidikan, dan sarjana hukum. Bahkan, ada pengacara yang pasti paham hukum dan suka membela wong cilik. Cuma, mengapa APK-nya dipaku di pohon. Jelas-jelas itu melanggar aturan. Tidak ada rasa periketumbuhan.
Cak Gopal, dengan kepolosannya, tidak melakukan semua itu. Seorang teman aktivis mengaku pernah melihat tim kampanye Cak Gopal bekerja. Pakai mobil pikap atau truk. Muat kayu banyak-banyak. Buat penopang poster, banner, dan baliho Gak Gopal. Mereka bergerak. Di wilayah Wonoayu dan Tulangan.
Beberapa kali saya melewati daerah itu. Misalnya, jalan raya dari perbatasan Krian menuju Kota Sidoarjo. Saya sempatkan mengamati poster dan baliho Cak Gopal. Memang tidak dipaku di pohon. Dari Wonoayu ke Tulangan, sampai ke arah Krembung. Sama kondisinya. Gambar-gambar Cak Gopal ditopang oleh kayu sendiri.
Begitu pula, kondisinya di jalan desa di wilayah Wonayu bagian utara. Di tepian sungai, bertebaran poster dan banner caleg. Tidak ada APK milik Cak Gopal yang dipaku di pohon.
Salah satu poster Harman Pratomo alias Cak Gopal di kawasan Kecamatan Wonoayu dipasang sendiri di bambu. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Untuk meyakinkan, kurang lebih 3 kali saya coba menghubungi Cak Gopal lewat telepon.
Sayang bilang:
”Cak Gopal, kenapa kok nggak ada poster Sampeyan yang dipaku di pohon?”
”Lho, nggih ta? Wonten paling,” jawab Cak Gopal dengan datar sekitar Oktober 2023 lalu.
Bener ta iki? Sang caleg sendiri mengaku tidak tahu jika pemasangan APK-nya benar-benar ”berakhlak”. Santun. Tidak ingin melukai siapa pun. Sekalipun seonggok batang pohon yang tidak bisa bicara.
Di suatu kesempatan, saya berbincang dengan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sidoarjo Agung Nugraha. Ada seorang caleg yang memasang poster-posternya dengan cara beradab. Tanpa melukai pohon. Saya lewat di tiga kecamatan. Belum nemu yang dipaku di pohon.
Agung menjawab yakin. Caleg itu pasti memberdayakan kader-kadernya sebagai ”vendor” untuk memasang sendiri APK-nya. Para kader itu tahu tanggung jawabnya. Mereka tidak akan memasang dengan cara sembarangan. Sebab, sadar ada risikonya. Citra caleg mereka malah bisa turun. Cara seperti itu banyak dipakai caleg-caleg di Kota Surabaya. Mereka hargai hak hidup makhluk lain.
Pemandangan kontras dan mengerikan justru terlihat di Jalan Mayjen Sungkono, Sidoarjo. Sepanjang tepian Kali Pucang. Caleg DPRD Kabupaten Sidoarjo, Caleg DPRD Jatim, Caleg DPR RI, bahkan poster capres-cawapres berjejalan di pohon peneduh.
Sangat banyak yang dipasang semaunya. Dipaku-paku ke batang pohon. Diikat seenak udelnya sendiri. Jadi sampah kota. Padahal, di berbagai daerah, provinsi, bahkan di luar negeri, para aktivis lingkungan memprotes keras kelakuan politikus itu. Mereka didemo. Malu.
Lalu, siapa yang memasang APK Cak Gopal?
Saya pun membuktikan kata-kata Mas Agung Nugraha. Coba lagi menghubungi Cak Gopal. Seperti sebelumnya, tidak ada banyak jawaban. Cak Gopal hanya menjawab singkat.
”Niki kulo sukani nomer Mas Alex. Kulo serahaken kabeh teng Mas Alex,” tutur Cak Gopal. Lalu, memberikan nomor telepon orang yang dipercaya memasang semua APK itu. Alex adalah kader Cak Gopal sendiri.
Benar ternyata kata-kata Ketua Bawaslu Sidoarjo Mas Agung Nugraha. Percayakan pemasangan alat peraga kampanye kepada kader sendiri. Mereka akan peduli. Pasti berhati-hati. Contohnya Cak Gopal dan timnya. Orang-orang baik. (*)