Sebuah karya besar telah berdiri. Megah sekali. Nilainya sekitar Rp 70 miliar. Bangunan baru berlantai VII itu telah menjadi kebanggaan baru Kabupaten Sidoarjo.
Gedung putih nan gagah itu, dengan segala isinya, mampu mengangkat RSUD Sidoarjo menjadi rumah sakit (RS) tipe A. Sidoarjo menjadi satu-satunya kabupaten yang memiliki RS tipe A di antara lebih dari 410 kabupaten di seluruh Indonesia.
Sayangnya, gedung pusat terpadu RSUD Sidoarjo tersebut belum ada namanya. Bahkan, RSUD Sidoarjo sendiri yang berada di Jalan Mojopahit sejak 1972 tersebut juga belum punya julukan khusus.
RS dr Fulan, misalnya. Seperti rumah sakit milik Pemprov Jatim RSUD dr Soetomo Surabaya dan RS dr Saiful Anwar di Malang. RS Ibnu Sina milik Pemkab Gresik. RS dr Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) milik Pemkot Surabaya.
Padahal, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin sudah meresmikan gedung baru milik RSUD Sidoarjo pada Minggu (28/1/2024). ”Monumen Kesehatan” yang membanggakan. Fasilitas pelayanan terbaik. Memang sudah saatnya RSUD Sidoarjo punya nama khusus.
Namun, memberi nama rumah sakit tidak bisa dilakukan dengan merenung dan mencoba-coba. Seperti saat Galileo putra Galilie menemukan teori pendulum untuk jam dinding. Thomas Alva Edison menemukan bola lampu. Mark Zuckerberg menciptakan Facebook pada 2004.
RSUD Sidoarjo milik publik. Harus melibatkan publik. Perlu sebuah sayembara yang bermanfaat. Pemkab Sidoarjo pun mengadakan lomba. Rebranding RSUD Sidoarjo. Sejak 23 Januari hingga 4 Februari 2024, konon ratusan peserta mengirimkan karya. Baik nama, tagline, serta logo dan maskot untuk RSUD Sidoarjo.
Sebelum nama baru itu diumumkan, Rabu (28/2/2024), Bupati Ahmad Mudhlor Ali berziarah ke pusara Bupati Pertama Sidoarjo RTP Tjokronegoro I di Makam Asri Hing Pendhem, di barat Masjid Agung Sidoarjo. Nah, rilis resmi Dinas Kominfo Sidoarjo menyebutkan harapan. Bupati Ahmad Muhdlor berdoa agar nama baru RSUD Sidoarjo itu diliputi keberkahan.
Saya tidak pernah kontak secara khusus dengan Bupati Ahmad Muhdlor. Nomor WA-nya tidak punya. Juga tidak berteman di media sosial. Hanya bertemu saat wawancara dan konfirmasi berita. Gak cedhek blassss he he he.
Ziarah dan harapan ini seakan menjadi sebuah petunjuk, kunci teka-teki, atau penanda. Bahasa milenialnya adalah clue. Bisa dipastikan nama baru RSUD Sidoarjo bukan RSUD Ahmad Muhdlor, atau RSUD Gus Muhdlor, atau RSUD KH… (nama pahlawan).
Kok bisa? Saya cuma berusaha memahami. Dari sisi psikologi, biasanya, anak-anak muda belum berpikir akan mengukir namanya dalam sebuah monumen. Bagi mereka, waktu masih amat panjang. Anak-anak muda lebih sibuk berkarya, berkarya, dan berkarya. Jabatan bukanlah tujuan. Hanya anak tangga. Menuju passion-passion mercusuar. Capaian-capaian tinggi. Cita-cita dan pikiran besar. Terkadang berani ”bermanuver” zigzag di atas prosedur dan aturan.
Lalu, apa nama baru buat RSUD Sidoarjo? Bolehlah kita izin ikut menerka-nerka. Mencoba menangkap clue dari sebuah tujuan yang mulia tentang eksistensi sebuah rumah sakit. Jiwa filantropis. Dokter, perawat, tenaga kesehatan, serta manajemen profesional dan karakter peduli.
Clue itu tak lepas dari ziarah Bupati Ahmad Muhdlor Ali ke peristirahatan Bupati RTP Tjokronegoro I. Kira-kira tidak akan jauh-jauh dari sejarah Bupati RTP Tjokronegoro I. Lebih-lebih, Gus Bupati juga mengajak tim juri saat berizarah. Makin terang clue itu. Sabar. Mari ikut alur naratif ini.
Sebelum berubah nama menjadi Kabupaten Sidoarjo, sebutannya adalah daerah Sidokare. Pemimpinnya seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo. Setelah berubah nama pada 31 Januari 1859, Kabupaten Sidoarjo dipimpin oleh bupati pertama, yaitu Bupati RTP Tjokronegoro I. Beliau merupakan putra R.A.P Tjokronegoro, Bupati Kabupaten Surabaya pada abad XVII.
Jadi, akankah RSUD Sidoarjo diberi nama RSUD Djojohardjo dari nama patih? Atau, RSUD Tjokronegoro sebagai nama bupati pertama? Ya tidak semudah itulah he he he. Terlalu gampang. Ada beberapa alasan.
Pertama, yang paling mungkin memang RSUD Tjokronegoro. Bukan Djojohardjo. Sebab, momentum sejarah yang paling relevan mengacu pada sosok bupati pertama, Tjokronegoro. Tapi, itu belum pasti juga. Mengapa?
Kedua, nama Tjokronegoro terrnyata sudah dipakai oleh RSUD milik Kabupaten Purwodadi, Provinsi Jawa Tengah. Namanya RSUD R.A.A. Tjokronegoro. Apa iya Kabupaten Sidoarjo akan memakai nama yang sama. Kira-kira tidak. Bupati Ahmad Muhdlor dan tim juri pasti akan mencari nama lain yang lebih tepat.
Ketiga, nama Tjokronegoro pun telah digunakan sebagai nama jalan utama. Jalan di depan Pendapa Delta Wibawa. Tipis kemungkinan dikembarkan dengan nama RSUD Sidoarjo.
Jadi, saya coba-coba tanya kepada Uncle Google lagi. Nah, muncullah informasi kunci itu, clue. Ternyata, RTP (Raden Tumenggung Panji) Tjokronegoro 1 merupakan gelar. Bukanlah nama asli beliau. Nama asli beliau adalah R. Notopuro. R. Natapura dalam ejaan baku bahasa Indonesia.
Boleh kan kita menebak bahwa nama RSUD Sidoarjo akan berganti menjadi RSUD R. Notopuro atau RSUD R. Natapura. Kira-kira bener ta? Menerka. Mengira. Mencari. Memprediksi. Jelas belum pasti. Kita tunggu pengumuman resmi.
Bisa benar. Bisa pula salah. Kalau benar, semoga dapat pahala. Kalaupun salah, mohon dimaafkan sebesar-besarnya. (*)