Dicap Buruk karena Kerap Banjir Rob, Kini SPMT Branch Tanjung Emas Sukses Bertransformasi

Jurnalis: Achmad Fazeri
Editor: M. Rifat

29 Mei 2024 09:30 29 Mei 2024 09:30

Thumbnail Dicap Buruk karena Kerap Banjir Rob, Kini SPMT Branch Tanjung Emas Sukses Bertransformasi Watermark Ketik
Pekerja dengan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap melakukan aktivitas bongkar muat kayu log (gelondong) di Terminal Pelabuhan Dalam SPMT Branch Tanjung Emas Semarang, Rabu (22/5/2024). (Foto: Achmad Fazeri/Ketik.co.id)

KETIK, SEMARANG – Di belakang truk bermuatan kayu gelondongan, dua pekerja kebersihan saling bersinergi. Seorang pekerja memegangi kantong plastik berkelir hitam, pekerja lainnya memasukkan sampah ke dalam kantong plastik tersebut.

Penampilan dua pekerja kebersihan di Terminal Pelabuhan Dalam Subholding PT. Pelindo Multi Terminal (SPMT) Tanjung Emas Semarang itu, memang tampak lain dengan pekerja kebersihan pada umumnya. Keduanya terlihat mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) mulai dari helm safety, baju pelindung, hingga sepatu boots.

“Apa yang barusan kita lihat bersama, pekerja kebersihan pakai APD lengkap, itu bagian dari transformasi,” terang Humas SPMT Pusat, Farid Chairmawan, kepada media online nasional ketik.co.id di SPMT Branch Tanjung Emas Semarang, pekan kemarin.

Menurut Farid—panggilan akrabnya—transformasi tidak semuanya tentang data kuantitatif. Tidak pula hanya terkait efisiensi serta produktivitas, tetapi habit atau kebiasaan pun termasuk bagian dari transformasi, sebagaimana dua Sumber Daya Manusia (SDM) kebersihan yang peduli serta menerapkan Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) saat bekerja.

“Lalu, ketika kita melihat di lapangan, pada waktu istirahat buruh sudah tidak lagi keluar pelabuhan, karena sudah disediakan shelter, ada masjid dengan air bersih, bisa dipakai wudhu, cuci tangan, cuci muka, dan sebagainya. Itu sisi humanis yang juga merupakan bagian dari transformasi,” jelasnya menambahkan.

Enam Pilar Transformasi

Setelah pemerintah melakukan merger dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, II, III serta IV menjadi Pelindo pada 1 Oktober 2021, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk empat subholding sebagai pelaksana aktivitas bisnis pelabuhan.

Keempat subholding itu adalah Subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), Subholding PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL), Subholding PT Pelindo Jasa Maritim (SPJM), serta Subholding PT Pelindo Multi Terminal (SPMT).

Masing-masing punya core bussiness yang berbeda. Contoh SPTP, menjadi pengelola terminal petikemas terbesar di Tanah Air.

Sementara SPSL bergerak di bidang logistik maupun hinterland development yang fokus di building capability and partnership, expanding connectivity, serta beyond end-to-end integration untuk memaksimalkan penciptaan nilai sebagai Integrated Logistic Ecosystem Player.

Berikutnya, ada SPJM yang memberikan berbagai pelayanan kepelabunan, mulai dari jasa layanan marine, jasa peralatan pelabuhan (equipment), jasa galangan, jasa pengerukan (dedgring solution), hingga utilitas kepelabuhan (port service).

Adapun SPMT, subholding yang dibentuk untuk melakukan bisnis non petikemas meliputi penumpang, mobil, sepeda motor, kargo mulai dari curah kering, curah cair, log, general cargo, sampai equipment, dan lain-lain.

"Pelindo sudah melakukan 2 tahap untuk serah terima operasi kepada subholding sejak dilakukannya merger. Untuk Tanjung Emas, masuk tahap kedua, per tanggal 1 Agustus 2023," terang Branch Manager SPMT Branch Tanjung Emas Semarang, Hardianto kepada ketik.co.id di Semarang, Jawa Tengah.

Pasca menjadi bagian dari subholding Pelindo, Hardianto mengungkapkan, mulai Desember 2023, SPMT Branch Tanjung Emas Semarang melakukan transformasi. Ia menjelaskan, bahwa transformasi adalah proses untuk menuju keadaan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Hardianto lantas memaparkan enam pilar transformasi yang dilakukan oleh SPMT. Pertama, SDM. Menurutnya, SDM harus mampu menyesuaikan keadaan dengan adanya perkembangan teknologi. Kedua, HSSE atau Health, Safety, Security, and Environment. Baginya haram terjadi insiden yang sampai menyebabkan kematian. Targetnya adalah zero fatality.

Ketiga, ada proses bisnis. Keempat, peralatan. Kelima, infrastruktur. Dan keenam adalah teknologi,” jelasnya.

Capaian dari Transformasi

Sepanjang 2023, melalui standarisasi serta digitalisasi mulai dari perbaikan, planning and control hingga improvement traffic flow, SPMT pun telah melakukan transformasi di 24 cabang pelabuhan. Salah satunya adalah SPMT Branch Tanjung Emas Semarang.

Di Tanjung Emas ada empat terminal, yaitu Samudera, Nusantara, Curah Cair, dan Pelabuhan Dalam. Nah di Terminal Samudera 2, Curah Cair, dan Pelabuhan Dalam telah dilakukan transformasi.

Hardianto menyatakan bahwa sebelum transformasi kondisi ketiga terminal tersebut semrawut dan berantakan—jauh berbeda setelah dilakukan transformasi sebagaimana kondisi saat ini.

“Alhamdulillah, sekarang sudah kelihatan bersih dan tertata rapi pasca dilakukan pengaturan traffic lalu lintasnya, parkir kendaraan, tempat bongkar muat, lokasi penumpukan, dan lain sebagainya,” ujarnya bersyukur.

Dalam perjalanannya, Hardianto tak menampik adanya berbagai kendala. Adapun  di SPMT Branch Tanjung Emas kendala terbesarnya masalah alam, yakni tanahnya mengalami penurunan hingga 13 centimeter per tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya melakukan peninggian. Dan saat ini baru Terminal Samudera 2 yang ditinggikan hingga mencapai 3,2 meter.

Foto WUJUD TRANSFORMASI: Dua pekerja kebersihan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap di Terminal Pelabuhan Dalam SPMT Tanjung Emas Semarang, Rabu (22/5/2024). (Foto: Achmad Fazeri/Ketik.co.id)Dua pekerja kebersihan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap di Terminal Pelabuhan Dalam SPMT Tanjung Emas Semarang, Rabu (22/5/2024). (Foto: Achmad Fazeri/Ketik.co.id)

“Terminal Samudera 1 insyaAllah tahun ini juga kami tinggikan agar levelnya sama dengan Terminal Samudera 2 dan banjir dapat dikendalikan sehingga tahun depan bisa dioperasionalkan kembali. Termasuk untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna jasa pelabuhan dan demi kelancaran aktivitas bongkar muat,” jelasnya.

Lantas, apa saja yang ingin dicapai dari transformasi itu sendiri?

Hardianto menuturkan, tujuan yang ingin dicapai dari transformasi, salah satunya dapat mengurangi port stay dan cargo stay. Karena menurutnya keduanya adalah inti dari aktivitas bisnis di pelabuhan. Semakin lama kapal bersandar di pelabuhan, maka semakin mahal biayanya. Termasuk semakin lama kargo di pelabuhan, maka semakin mahal juga biayanya.

“Progresnya, di beberapa terminal yang sebelumnya sandar 5 hari, bisa menjadi 4 bahkan 3,5 hari. Untuk cargo stay, di Tanjung Emas saat ini belum ada,” jelasnya.

Capaian transformasi terkait berkurangnya durasi port stay kapal untuk kegiatan bongkar muat kemasan curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas, untuk penurunan angkanya, tercatat mencapai 31,6 persen dari rata-rata port stay 47,4 jam pada periode Agustus hingga November 2023 menjadi rata-rata 33 jam pada periode Desember 2023 hingga April 2024.

Tak hanya capaian itu, SPMT Branch Tanjung Emas Semarang juga telah mencatat adanya peningkatan produktivitas, termasuk bongkar muat di pelabuhan—seiring implementasi Sistem Operasi Pelabuhan Nonpetikemas Terintegrasi atau PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose).

"Kami mencatat pada kuartal I 2024 itu terjadi peningkatan produktivitas bongkar muat general cargo, dari sebelumnya 2.098,22 T/S/D (ton/ship/day) pada kuartal I 2023 naik 23,49 persen menjadi 2.591,10 T/S/D secara year on year (yoy)," terang Hardianto.

Peningkatan tersebut juga tercatat pada produktivitas curah kering sebesar 24,91 persen dari 2.480,03 T/S/D menjadi 3.097,77 T/S/D dan peningkatan paling tinggi dicatat oleh bongkar muat curah cair sebesar 67,06 persen dari 1.363,62 T/S/D menjadi 2.278,06 T/S/D pada periode yang sama.

“PTOS-M bagian dari proses transformasi yang juga berdampak pada peningkatan produktivitas T/S/D dan penurunan port stay dan cargo stay yang signifikan,” ujar Hardianto.

Selain itu, dari sisi arus tercatat peningkatan throughput internasional sebesar 31 persen pada periode sama, dari 221.722 ton pada kuartal I 2023 menjadi 290.467 ton pada kuartal I 2024. Sedangkan khusus di Terminal Penumpang, mencatatkan peningkatan arus penumpang sebesar 43,9 persen dari 64.448 penumpang pada kuartal I 2023 menjadi 92.752 penumpang pada kuartal I 2024.

Humas SPMT Pusat, Farid Chairmawan menambahkan, terkait port stay dan cargo stay, itu merupakan dampak secara total, karena saling mendukung produktivitas.

Sedangkan angka totalnya, menurutnya, akan berdampak terhadap periode kapal sandar. Karena semakin semua produktif, semakin cepat kapal keluar. Benefitnya pun tidak cuma untuk pelabuhan, tapi juga pemilik kapal misalnya terkait dengan penurunan durasi sandar atau biaya carter yang lebih murah kalau menggunakan kapal carter.

“Bagi pemilik barang, ada kepastian kapan barang dimuat dan dibongkar. Itu juga dampak finansial bagi pemilik barang. Bagi supir truk, pengelola truk atau asosiasi Organda, dampak positifnya itu pengurangan BBM karena kepastian operasional,” imbuhnya.

Jadi, Farid melanjutkan, dampak positif transformasi itu sangatlah luas, meskipun memang masih belum bisa menyeluruh. Sebab, tidak hanya untuk Pelindo, tetapi juga pihak lainnya. Di multi-purpose, ada banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Karena itu, harapannya transformasi yang dilakukan bisa memberi dampak positif bagi semua pihak terkait.

”Kita bisa bilang bahwa dampak transformasi ini tidak hanya kuantitatif, tapi lebih besar dari kualitatifnya, karena kita ingin mengubah wajahnya. Yakni wajah multi purporse yang dulunya kurang teratur, sekarang kita coba poles pelan-pelan. Bulu matanya kita bagusin, bulu hidungnya kita gunting sehingga kelihatan tertata rapi. Dan itu dampak yang susah kita hitung dengan kuantitatif,” pungkasnya.

Memperoleh “Nilai Hijau”

Jauh hari sebelum menjadi bagian dari SPMT dan sukses melakukan transformasi, Pelabuhan Tanjung Emas sejatinya sudah punya prestasi yang menjadi unggulan.

Hardianto menjelaskan, sejak terbitnya Inpres No 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional atau National Logistic Ecosystem (NLE), Tanjung Emas melakukan kolaborasi berkaitan dengan layanan barang bersama pihak Bea Cukai, Karantina, Imigrasi, serta Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP).

Nah, dari mulai awal penerapan NLE, kemudian dilanjutkan dengan program Aksi Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Aksi Stranas PK) agar dilakukan audit mulai dari sistem, layanan, pengguna jasa, dan sebagainya, Tanjung Emas menjadi salah satu pelabuhan yang selalu mendapat nilai hijau. Memang itu bukan kerja Pelindo sendiri, tetapi seluruh unsur maritim di Tanjung Emas. Yakni Custom (Bea Cukai), Immigration (imigrasi), Quarrantine (Karantina), serta Port (Pelindo)—atau CIQP,” paparnya.

Lantas, lanjut Hardianto, tahun 2022 muncul isu bahwa penerapan NLE di Tanjung Emas akan ditinjau langsung Presiden Joko Widodo. Dari situ, dibentuklah sebuah ruangan sebagaimana pusat layanan satu atap untuk memantau seluruh kegiatan di pelabuhan, mulai dari pelayanan kapal, pemanduan, penundaan, bongkar muat petikemas hingga non petikemas.

“Semua terpantau di ruangan tersebut. Namanya Integrated Planning and Control (IPC), ada Marine Services, Multi-purpose Terminal, Container Terminal dan Traffic and Safety Control. Di ruangan ini seluruh kegiatan operasional dan lalu lintas bisa dipantau melalui CCTV. Kalau ada kendala, bisa contact lewat radio atau semacam toa begitu,” urainya.

Foto KONTROL BONGKAR MUAT: Pekerja dengan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap mengontrol aktivitas bongkar muat methanol di Terminal Samudera 2 SPMT Branch Tanjung Emas Semarang, Rabu (22/5/2024). (Foto: Achmad Fazeri/Ketik.co.id)Pekerja dengan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap mengontrol aktivitas bongkar muat methanol di Terminal Samudera 2 SPMT Branch Tanjung Emas Semarang, Rabu (22/5/2024). (Foto: Achmad Fazeri/Ketik.co.id)

Selain nilai hijau, Hardianto menambahkan, juga terjadi efisiensi baik waktu atau biaya pada Join Inspection, yaitu barang-barang impor yang terkena ‘jalur merah’. Karena sejak adanya NLE dan Aksi Stranas PK diperiksa oleh dua instansi sekaligus yakni, Bea Cukai dan Balai Karantina pada satu lokasi—Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT)—dan waktu yang bersamaan.

“Sebelum penerapan NLE dan Aksi Stranas PK dilakukan sendiri-sendiri, sehingga memakan waktu dan biaya,” katanya.

Meskipun memiliki berbagai prestasi, Hardianto menyayangkan, selama ini justru melekat pandangan buruk dari masyarakat sekitar terhadap Tanjung Emas. Yaitu, pertama, masalah banjir rob. Kedua, dicap sebagai biangnya kemacetan. Padahal, Tanjung Emas merupakan pintu gerbang logistik di Jawa Tengah.

"Salah satu contoh yang kami kerjakan, adalah supply gas elpiji. Tanjung Emas itu men-supply 40 persen dari kebutuhan gas elpiji di Jawa Tengah. Itu menjadi salah satu unggulan kami," ujarnya.

Selain itu, Hardianto melanjutkan, kebutuhan logistik untuk minyak goreng, pintu gerbangnya pun di Tanjung Emas. Bahkan, memiliki produksi tertinggi curah cair, terutama minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO), itu pendistribusiannya juga ke seluruh Jawa Tengah.

"Nah, aktivitas positif ini kurang begitu terinformasikan ke masyarakat. Justru kalah dengan masalah banjir rob atau kemacetan. Ada truk kontainer mogok, pasti dari pelabunan, Pelindo. Itu yang sering mengganjal di hati kami. Stigma negatif terkait masalah banjir rob dan penyebab kemacetan ini semoga hilang  dengan adanya berbagai transformasi yang telah kami lakukan," tandasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Transformasi Pelindo Multi Terminal SMPT Branch Tanjung Emas Semarang Subholding PT Pelindo Multi Terminal