KETIK, PALEMBANG – Perkembangan partai politik di Indonesia merupakan alur yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri.
Menurut Supriatini, M.Pd. dan Ayu Wulandari, M.Pd. Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UM Palembang, sejak masa penjajahan Belanda datang ke Indonesia sampai masa reformasi sekarang dinamika pergolakan politik semakin kuat dan tinggi.
Peran partai politik di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa. Pertama kali, partai politik dibentuk pada masa pergerakan nasional yang masih sebagai wadah sosialisasi dan komunikasi politik.
Dalam kegiatan sehari-hari sebagai masyarakat Indonesia, politik telah menjadi hidangan utama sebuah tontonan berita. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sistem politik yang demokratis dengan menerapkan pemerintahan yang presidential dan sifatnya parlementer.
Di samping itu, masyarakat Indonesia yang demokrasi mempunyai banyak cara dalam melakukan kritik terhadap kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah.
"Salah satu cara yang digunakan melalui teknik kebahasaan," kata Supriatini M.Pd Selasa (21/8/2023) kepada Ketik.co.id.
Bahasa merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Dengan bahasa, seseorang menggunakannya sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa dimaknai sebagai kumpulan kata, klausa, serta kalimat yang akan diungkapkan melalui bahasa lisan atau bahasa tulisan.
Dalam bahasa Indonesia, ada bagian ilmu bahasa yang lebih bersifat seninya bahasa.
Kita mengenal kata “Sastra”, yang mana unsur permainan seni bahasa ada di dalam bidang ilmu ini.
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta yaitu Shastra, yang berarti “Teks yang mengandung intruksi” atau “Pedoman”.
Sastra sebagai alat komunikasi bagi banyak orang yang memiliki pengalaman hebat, pikiran-pikiran yang cerdas, dan perasaan-perasaan yang berisi nurani yang indah dan dalam yang tidak dapat diekspresikan keluar.
Sehingga, karya sastra inilah yang dapat diekpresikan agar dapat diterima dan diketahui orang lain.
Sastra juga memiliki peran penting dalam membentuk peradaban bangsa. Melalui karya sastra, seseorang tidak hanya mengembangkan imajinasi yang bisa digunakan dalam membangun bangsa, tetapi juga sebagai media untuk mewariskan nilai kearifan lokal untuk generasi muda. L
Kearifan lokal ini yang akan membentuk jati diri bangsa.
"Dalam sejarah sastra, kita mengenal istilah angkatan. Istilah angkatan diambil dari sastrawan yang mengisi perkembangan sastra pada masanya," ujar Ayu Wulandari.
Ia menambahkan, istilah angkatan itu ada dari lahirnya sastra hingga sekarang ini. Kita pernah belajar perkembangan sastra yang dimulai dari angkatan Balai Pustaka yaitu angkatan 20-an.
Angkatan adalah suatu usaha pengelompokan atau periodisasi karya sastra berdasarkan ciri khas karya yang dihasilkan.
Ilmu Sastra bisa berhubungan dengan kehidupan apapun, misalnya politik. Sastra politik adalah suatu bahasa atau karya sastra yang berada di lingkungan pergolakan politik yang ada.
Sebenarnya, mungkin sudah banyak sastrawan besar yang memiliki karya-karya berkaitan dengan politik.
Mereka menyampaikan pesan-pesan tersirat melalui karyanya. Bahasa yang disampaikan kepada penonton atau pendengar biasanya bersifat jelas, memiliki makna, dan mudah dipahami.
Di Indonesia, periodesasi sastra Angkatan 66 tidak kita kenal dengan sastra politik, melainkan sastra humanisme.
Pada masa itu, sastra hanya sebagai alat menyuarakan nurani rakyat.
"Jadi, sastra bukan sebagai propaganda politik melainkan berperan sebagai alat protes sosial atau pokok-pokok permasalahan seperti rasa patriotisme, cinta, dan lain-lain," ucap Ayu.
Dalam politik di Indonesia, sastra menjadi cara yang indah dalam mengekspresikan pergolakan yang ada di masyarakat. Misal, kita tahu KH. A. Mustafa Bisri atau yang dikenal Gus Mus.
Pada tahun 2018, beliau membaca Puisi Membaca Indonenesia dan Negeri Ha Ha Hi yang sarat dengan nurani tentang wajah Indonesia selama 20 tahun tak memiliki perubahan sosial, ekonomi, dan politik.
Kemudian, Indonesia pada tahun 2021 dalam kanal youtube. Mereka mengkritisi tentang gambaran kehidupan sepak terjangnya DPR, terutama tentang korupsi. Melalui karya sastra seni pertunjukan, mereka berani mengkritik pemerintah.
Persaingan dalam dunia politik adalah masalah yang dirasakan dari dulu sampai sekarang.
Persaingan itu dilakukan dalam bentuk persaingan yang sehat dan tidak sehat. Masyarakat lah yang menjadi penghubung antara sosial dan politik itu sendiri.
Persaingan yang sehat akan menjadikan dampak yang positif. Persaingan yang tidak sehat akan menjadi dampak negatif untuk masyarakat juga.
Saling menjatuhkan, menyakiti, menghina, memfitnah, dan merusak karakter seseorang. Semua ini sering bahkan selalu terjadi pada saat ini.
"Oleh karena itu, bahasa melalui seni sastra menjadi salah satu cara alternatif untuk memberikan langkah dalam melukis politik di Indonesia melalui cara kritisi yang indah dan tepat," jelas Supriatini.(*)