KETIK, SIDOARJO – Masing-masing calon bupati (cabup) punya kecenderungan segmen pemilih sendiri. Survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) menemukan beberapa latar belakang segmen pemilih. Baik dari perspektif tingkat pendidikan, usia, maupun gender. Siapa unggul di masing-masing segmen?
ARCI mengambil sampel 1.200 responden dalam surveinya pada 22 Juli sampai 5 Agustus 2024. Foto-foto tiga calon bupati ditunjukkan kepada seluruh responden. Tiga cabup itu adalah foto H Subandi, Mas Iin (Ahmad Amir Aslichin), dan H Sugiono.
Responden terbesar di antara 1.200 orang tercatat berpendidikan SLTA sederajat (41,5 persen), SLTP (23,1 persen), SD (17,8 persen). Untuk jenjang perguruan tinggi tercatat D-1 dan D-2 (1,1 persen), S-1 (14,7 persen), S-2 dan S-3 (1,8 persen).
Survei ARCI Indonesia ini dilakukan dengan metode stratified multistage random sampling. Margin of error ± 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Siapa calon yang mungkin mereka pilih? Ternyata di semua pemilih dengan jenjang pendidikan apa pun, cabup H Subandi paling unggul. Elektabilitas H Subandi dengan di pemilih jenjang SD mencapai (48,3 persen), Mas Iin (32,4 persen), dan Sugiono (16,4 persen). Lainnya menjawab tidak tahu.
Untuk responden dengan berpendidikan SLTP, elektabilitas H Subandi mencapai (57,4 persen), Mas Iin (28,1 persen), serta Sugiono (12,6 persen). Lainnya menyatakan tidak tahu.
Yang juga mencolok terlihat di responden dengan tingkat pendidikan SLTA. Elektabilitas H Subandi mencapai (49,7), Mas Iin (29,3 persen), serta H Sugiono (17,8 persen). Responden lain mengaku tidak tahu.
’’Begitu pula responden dengan pendidikan sarjana dan magister maupun doktor. H Subandi tetap paling dipilih,’’ terang Direktur ARCI Indonesia Baihaki Sirajt.
Menurut Baihaki, preferensi pemilih berdasar tingkat pendidikan ini bisa menjadi acuan para calon saat akan membuat visi dan misi serta program kerja yang tepat. Tentu program yang sesuai dengan tingkat pendidikan mudah ditawarkan ke masyarakat.
Tidak hanya preferensi pendidikan. ARCI juga menemukan preferensi pemilih berdasar usia responden. Yang diambil sebagai sampel responden meliputi empat golongan usia. Masing-masing pemilih usia lebih dari 57 tahun (baby boomers), usia 41—56 tahun (GenX), 26 sampai 40 tahun (Milenial), serta kurang dari 25 tahun (Gen-Z).
Salah satu hasil survei ARCI berdasar latar belakang gender, usia, dan tingkat pendidikan. (Foto; istimewa)
Elektabilitas H Subandi masih terlihat unggul di hampir semua golongan usia. Tingkat keterpilihan H Subandi mencapai (57,4 persen) di usia lebih 57 tahun. Mas Iin mencapai (25,7 persen), dan Sugiono (13,5 persen). Sekitar 3,5 persen menjawab tidak tahu.
Di kelompok usia 41—56 tahun, H Subandi juga memiliki elektabilitas tertinggi dengan (66,1 persen). Mas Iin mencapai (11,8 persen). Sugiono (19,3 persen). Adapun 2,8 persen responden menjawab tidak tahu.
Perbedaan tipis terjadi pada responden berusia 26—40 tahun. Antara H Subandi dan Mas Iin terjadi selisih elektabilitas yang tipis. H Subandi (41,7 persen) dan Mas Iin (40,4 persen) serta Sugiono (15,6 persen).
Kecuali, di kalangan responden Gen-Z, elektabilitas Mas Iin lebih tinggi tipis dari H Subandi. Tingkat keterpilihan Mas Iin mencapai (42,8 persen), H Subandi (40,0 persen), serta Sugiono (13,7 persen). Yang menjawab tidak tahu (3,3 persen).
Bagaimana elektabilitas berdasar gender? Baihaki menyatakan pemilih perempuan maupun laki-laki cenderung memilih H Subandi. Elektabilitas pemilih laki-laki (53,6 persen), Mas Iin (26,8 persen), dan Sugiono 15,6 persen.
Elektabilitas H Subandi di pemilih perempuan mencapai (49,7 persen), Mas Iin (32,2 persen), dan Sugiono (15,5 persen). Sekitar 2,6 persen responden menjawa tidak tahu.
”Di antara 1.200 responden kami di 18 kecamatan, sampel pemilih perempuan mencapai 50,2 persen dan laki-laki 49,8 persen,” terang Baihaki. (*)
