KETIK, BONDOWOSO – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur berkomitmen lakukan pendampingan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi (PT) pertanian. Ini dilakukan sebagai sebuah komitmen Kadin Jatim untuk tingkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) pertanian.
Wakil Ketua Umum Bidang Pertanian dan Pangan Kadin Jatim, Edi Purwanto mengatakan untuk awal, pendampingan dilakukan di SMKN 1 Tlogosari Bondowoso sejak awal 2022 dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang mulai 2021.
"Ini adalah salah satu program kerja prioritas Bidang Pertanian Kadin Jatim," ungkap Edi, Kamis (12/1)
Ia mengungkapkan, SMKN 1 Tlogosari Bondowoso adalah salah satu SMK di Jatim yang mengembangkan ekosistem pertanian dari hulu hingga hilir, on farm hingga off farm. Sehingga program yang dijalankan oleh SMK N 1 selaras dengan program Kadin Jatim bidang Pertanian & Pangan.
Pendampingan mulai penerapan konsep dan metode pertanian yang baik seperti pola tanam, pemilihan bibit, pemupukan. Kadin Jatim juga membantu hilirisasinya dengan melakukan supervisi dan membuka akses pasar.
Ada dua lokasi budidaya yang dilakukan SMKN 1 Tlogosari, yaitu di lingkungan sekolah dan di kebun yang berjarak sekitar 4 km dari sekolah. Keduanya menggunakan green house dengan 2 media tanam, media tanah dan media cocopit atau sabut kelapa. Sedangkan melon yang di tanam adalah jenis Golden Melon.
Lokasi tanam di lingkungan sekolah ada 300 buah dan di kebun ada 600 buah. Hingga saat ini, sudah tiga kali panen dan hasilnya dibeli langsung pembeli. Selain itu untuk yang tanam di kebun, agar makin dekat dengan masyarakat sekitar, kebunnya menerapkan konsep wisata edukatif "Petik Melon".
"Kita mendampingi bagaimana proses budidaya yang bagus, bagaimana menanam dan melakukan perawatan, bagaimana memupuk agar panen menjadi bagus serta pengembangan program. Hasilnya di dua lahan tersebut sangat memuaskan. Sekarang sudah tiga kali panen, hasilnya stabil dan kualitasnya bagus, rasanya sangat manis dengan nilai brix rata-rata 16-18 dan warnanya juga cantik," kata Edi.
Edi mengatakan, upaya yang dilakukan Kadin Jatim tersebut, sejalan dengan keinginan pemerintah membangkitkan kembali semangat generasi muda agar mau terjun dan berkecimpung di sektor pertanian. Hal ini mengingat minimnya generasi muda yang miliki minat besar dalam memajukan pertanian di Indonesia.
Berdasarkan data sensus pada 2010, usia rata-rata petani di Indonesia adalah 52 tahun. Selanjutnya pada 2013, hasil Sensus Pertanian juga menunjukkan bahwa mayoritas petani di Indonesia merupakan kelompok masyarakat dengan usia 45–54 tahun. Hal itu kian diperkuat dengan hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menunjukkan bahwa hampir tidak ada anak petani yang ingin menjadi petani.
Hanya sekitar 4 persen pemuda di Indonesia dengan usia 15–35 tahun berminat menjadi petani. Sisanya, sebagian besar cenderung untuk memilih bekerja di sektor industri. Artinya, jumlah petani yang berganti ke okupasi ke luar sektor pertanian lebih besar dibanding anak muda yang bersedia menekuni usaha pertanian.
Edi menegaskan, kurangnya SDM pertanian ini menjadi problem bersama. Sehingga program kerja Bidang Pertanian Kadin Jatim dalam membantu menyelesaikan problem SDM pertanian ini adalah dengan melibatkan lembaga pendidikan.
"Makanya langkah yang kami lakukan adalah memotivasi dan menunjukkan kepada generasi muda bahwa bertani itu profesi yang keren, miliki prospek yang bagus. Program ini akan terus kami perluas dengan SMK dan perguruan tinggi yang lain di Jatim. Karena salah satu tugas Kadin adalah mengkoneksikan seluruh pihak sehingga tercipta ekosistem pertanian yang sehat dan maju," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMKN 1 Tlogosari, Ngatmini mengaku sangat senang dan berterimakasih atas pendampingan, support dan masukan yang diberikan Kadin Jatim dalam peningkatan kualitas siswa SMKN 1 di bidang pertanian.
"Terimakasih atas apresiasi dan motivasinya kepada saya, para guru dan siswa untuk semakin mengembangkan inovasi, terutama di bidang teknologi pertanian," pungkasnya.(*)