Kunjungi Nenek Renta Sakit, Legislator PKB Sidoarjo Bujuk untuk Berobat

Jurnalis: Fathur Roziq
Editor: M. Rifat

22 Juli 2023 01:43 22 Jul 2023 01:43

Thumbnail Kunjungi Nenek Renta Sakit, Legislator PKB Sidoarjo Bujuk untuk Berobat Watermark Ketik
Anggota DPRD Sidoarjo dari PKB asal Tulangan Dhamroni Chudlori mendengarkan Nenek Sadiah mengeluhkan sakit yang didampingi putranya, Suwarno. Leher dan dadanya sering terasa panas. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)

KETIK, SIDOARJO – Nenek renta itu terbaring lemah di ranjangnya. Namanya Sadiah. Umur lansia itu 80 tahun berjalan. Hampir seharian penuh, dia selalu berbaring dalam kamarnya yang pengap. Tanpa atap. Luasnya cuma 2 x 2 meteran. Tembok keropos. Dipan dan kasur tua menyangga tubuhnya nan rapuh.

Endhi Warno, endhi Warno,” ucap Sadiah dengan raut muka seperti panik. Tangannya meraba-raba. Mencari Suwarno, 58, putranya.

Iki Mak, aku,” ucap Suwarno.

Sadiah lantas mengulurkan kedua tangannya yang sudah keriput. Minta ditarik. Untuk bangun dari tempat tidur, tubuh janda tua itu memang harus disangga. Walaupun sekadar untuk duduk. Aroma tak sedap menyeruak dari kamar rumah di RT 1 RW 4 Desa Ketimang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, itu.

Ono opo No, sopo iku No,” kata Sadiah.

Rupanya dia mendengar ada beberapa orang datang ke rumahnya Jumat pagi (21/7/2023). Suwarno bilang, ada tamu tetangga, Bu Bidan, Pak Lurah, dan Pak Dhamroni Chudlori, anggota DPRD Sidoarjo, dari Tulangan.

Mereka datang untuk menjenguk. Kata para tetangga, sudah lama Sadiah sakit. Telah bertahun-tahun tidak memperoleh perawatan dengan baik. Kartu Indonesia Sehat (KIS) Sidoarjo tidak aktif. Lama tidak pernah dipakai.

Foto Kades Haji Wahab (kiri) mendampingi Nenek Sadiah yang sedang periksa tekanan darah di rumahnya RT 1 RW 4, Desa Ketimang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)Kades Haji Wahab (kiri) mendampingi Nenek Sadiah yang sedang periksa tekanan darah di rumahnya RT 1 RW 4, Desa Ketimang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)

Padahal, kondisi janda tua tersebut sungguh mengundang iba. Sejak sekitar 5 tahun lalu, matanya tidak dapat melihat lagi. Buta. Badannya kurus kering. Rambutnya putih awut-awutan.

Di dada bagian atas leher Saidah, terlihat benjolan. Sekilas terlihat semacam gondok. Ukurannya seperti buah alpukat dengan kulit hampir busuk. Tergantung di antara leher ke dadanya yang keriput.

Setiap hari, kata Suwarno, ibunya mengeluh. Benjolan itu terasa panas. Kian lama, kian besar. Cekot-cekot. Kadang dia tidak tahan, tapi dipaksa tak dirasakan. Linu. Setiap hari. Katanya, sudah 10 tahun benjolan itu menyiksanya.

Sadiah tidak tahu harus berbuat apa. Begitu pula Suwarno. Mereka tak punya apa-apa. Tetangga, bidan desa, maupun anggota DPRD Sidoarjo Dhamroni tak kuasa menahan kasihan. Hening di depan kamar.

”Bu Sadiah, diobati nggih sakite,” bujuk Dhamroni bersama Kades Ketimang Haji Wahab yang duduk di samping Sadiah.

Enggak, Nak. Aku gak wani. Aku gak wani,” jawab Sadiah.

Wajahnya seakan ketakutan. Tetangga dan petugas kesehatan ikut membujuk agar nenek renta itu mau berobat secepatnya. Tidak perlu khawatir. Dia akan dijemput dan diantar mobil desa ke rumah sakit di Sidoarjo. Ada yang menemani. Biayanya sudah ada yang menanggung.

Selama ini, Suwarno menghidupi diri dan ibunya dengan mencari nafkah sebagai tukang kebersihan. Kerjanya membakar sampah di kampung. Memang ada bantuan dari pemerintah. Namun, bantuan itu belum mampu melepaskan mereka dari jerat kemiskinan. Tetap hidup sebagai kaum papa.

Enggak, Nak. Aku ndik kene ae. Lek gelem yo doktere sing merene. (Aku di sini saja. Kalau mau biar dokternya yang ke sini,” ucapnya. Para tamu tercenung.

Petugas kesehatan dari desa kemudian mendekat. Dengan cekatan, perempuan berjilbab itu segera mengambil tensimeter. Pelan-pelan dia mengukur tekanan darah wanita lanjut usia di hadapannya. Tampak mulai tenang raut muka Sadiah. Dia menurut.

Setelah itu, pemeriksaan dilakukan lagi. Benjolan di antara dada dan leher diduga merupakan tiroid. Bahkan, bisa jadi, itu tumor yang mungkin akan terus membesar. Untuk memastikannya, perlu pemeriksaan di rumah sakit di Sidoarjo.

Kades H Wahab, petugas kesehatan dan Dhamroni pun membagi tugas. Ada yang siap mendampingi dari rumah. Ada yang menyiapkan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dan mobil untuk antar-jemput ke Sidoarjo.

”Saya yang bantu mengurus di rumah sakit,” ungkap Dhamroni.

Semua berharap Nenek Sadiah akan baik-baik saja. Tapi, kali ini Suwarno malah bilang tidak bisa ikut. Dia minta tolong sang ibu didampingi orang lain selama berobat.

Lek tumut, mangke kulo ganti sing sakit (Kalau ikut nanti saya malah yang ganti sakit,” ucap Suwarno sambil menunjuk kakinya.

Oh, kaki kanannya sakit. Terlihat menekuk dari lutut ke bawah. Dia mengaku mampu jalan, tapi pincang-pincang.

Kulo mboten sanggup,” tuturnya mengiba.

Permintaan Suwarno pun diiyakan. Tamu-tamu mulai pamit. Namun, mendadak terdengar pertanyaan seseorang kepada Dhamroni.

”Pak, Pak, dari mana sampeyan tahu Bu Sadiah.”

Dhamroni tersenyum. Wakil rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Sidoarjo itu lalu mengambil dan membopong tas belanja, lantas memberikannya kepada Suwarno.

”Tolong sampeyan rawat ya ibu. Ini jimat (pusaka) sampeyan. Sing sabar. Insya Allah sampeyan diparingi jodoh maneh,” ungkap Dhamroni kepada Suwarno, yang duda beranak satu itu.

Saget mawon Pak njenengan. Sinten sing gelem,” jawab Suwarno, lantas tertawa. (*)

Tombol Google News

Tags:

sidoarjo lansia DPRD Sidoarjo Kesehatan Lansia Kecamatan Wonoayu Pemkab Sidoarjo Dhamroni Chudlori Kartu Indonesia Sehat RSUD Sidoarjo pkb