Masjid Agung Ar Raudlah, Mengikat Benang Sejarah Kota Kraksaan

Jurnalis: Atiq Alirahbini
Editor: Marno

30 Maret 2023 01:00 30 Mar 2023 01:00

Thumbnail Masjid Agung Ar Raudlah, Mengikat Benang Sejarah Kota Kraksaan Watermark Ketik
Suasana halaman depan Masjid Agung Ar Raudlah, Kamis (29/3/2023). (Foto: Atiq Ali Rahbini/Ketik.co.id)

KETIK, PROBOLINGGO – Sebelum tahun 2017, Masjid ini berjarak sekitar 25 km dari Kantor Pemkab Probolinggo. Sekarang, letaknya hanya berjarak tak lebih 60 meter dari kantor pemkab tersebut.

Hilir mudik beberapa orang berpakaian ASN Pemkab Probolinggo, memasuki Masjid Agung Ar Raudlah Kraksaan, untuk menunaikan Salat Duhur, Kamis (29/3/2023). 

Aktivitas ini, menjadi pemandangan tiap hari kerja, sejak Bupati Hasan Aminuddin membuat keputusan besarnya, memindahkan Kantor Pemkab Probolinggo ke Kecamatan Kraksaan dan  diresmikan istrinya, Hj Puput Tantriana Sari yang melanjutkan estafet kepemimpinannya sebagai Bupati Probolinggo di tahun 2017.

Keputusan relokasi, tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2010 tentang  tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo Ke Wilayah Kecamatan Kraksaan. Sejak saat itu, Kraksaan mendapat predikat Kota, sedangkan Masjid Agung Ar Raudlah tetap tegak berdiri di tempat yang semula.

Kantor Pemkab Probolinggo senilai Rp 120 miliar itu, diresmikan oleh Istri mantan Bupati Hasan Aminuddin, yakni Hj Puput Tantriana Sari, Senin (8/5/2017).  Sejak saat itu, aktivitas Masjid Agung mulai diramaikan oleh rutinitas para staf Pemkab Probolinggo dalam menunaikan salat. 

Benang Sejarah Masjid Agung Arraudlah

Masjid Agung Ar Raudlah ini berdiri di atas lahan seluas 3.450 meter persegi. Awalnya bernama Masjid Jamik At Taqwa, lalu setelah tahun 1981 berganti nama menjadi Masjid Jamik Ar Raudlah, hingga akhirnya sejak tahun 2000-an, nama Masjid Jamik, diganti menjadi Masjid Agung. 

Sekretaris Takmir Masjid Agung Ar Raudlah, Ustadz H. Mohammad Nurul Yakin, kepada Ketik.co.id menjelaskan, Masjid ini dibangun sekitar tahun  1734 oleh KH Abdul Wahab atau yang dikenal oleh warga setempat dengan julukan Kiai Ronggo. 

Saat ini, peninggalan Kiai Ronggo yang masih ada di sekitar masjid, di antaranya empat tiang penyangga utama yang terbuat dari kayu jati, sumur di belakang mssjid dan bedug kecil, yang disimpan di mesjid. 

"Letaknya orisinil, berada di sisi barat Alun-alun Kraksaan. Kalau model bangunannya sudah tidak orisinil karena kebutuhan bangunan yang harus tetap kokoh, maka perlu ada renovasi ," terangnya.

Renovasi pertama dilakukan tahun 1960 sampai 1966, ketika takmir Masjid diketuai Habib Hasan bin Syech Abu Bakar.

Renovasi kedua, pada tahun 1971 atas instruksi Bupati Probolinggo H Muhammad Ishaq dan takmir masjid diketuai KH Muhammad Zubaedi. 

"Saat itulah cikal bakal masjid ini sering dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten, dalam tiap acara keagamaan, selalu menempati masjid ini," katanya.

Renovasi ketiga, sekitar tahun 1981 saat pemkab dipimpin Bupati HR Soedirman Merto Adikusumo. 

"Sejak tahun renovasi ketiga inilah, dari hasil istikharah akhirnya diberi nama Mssjid Jamik Ar Raudlah," jelas Ustadz Yaqin.

Hingga saat ini, Masjid ini memiliki daya tampung sekitar 2.000 jemaah dan biaya operasional masjid dibiayai kas masjid yang diperoleh dari Zakat, infaq dan sedekah jemaah, termasuk bantuan pemerintah dan pendapatan dari sejumlah tanah waqaf milik masjid.

“Saat ini, biaya pengelolaan mencapai Rp 40 juta per bulan, baik itu untuk biaya listrik, biaya perawatan dan lain lainnya," imbuh Ustad H Yakin.(*)

Tombol Google News

Tags:

Mesjid Agung Kraksaan Alun Alun Kraksaan Kantor Pemkab Probolinggo Masjid Ar Raudlah