KETIK, BANDUNG – Masuknya Rekor MURI untuk "Penggunaan Sarung Tenun ASN Terbanyak" yang melibatkan 44.175 peserta secara offline dan online di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, pada Jumat 22 November 2024, menjadi suatu pencapaian luar biasa yang tak hanya membanggakan, tetapi juga penuh makna.
Acara ini tidak hanya berhasil mencatatkan rekor dunia, tetapi juga membawa pesan penting tentang pentingnya melestarikan budaya Indonesia, khususnya budaya sarung tenun yang merupakan warisan lokal yang kaya akan filosofi dan nilai.
Dalam kesempatan ini, Andre Purwandono, Senior Customer Relations Manager dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), mengungkapkan harapannya agar acara ini menjadi langkah bersama untuk menjaga budaya bangsa dan mendukung kemajuan ekonomi Provinsi Jawa Barat.
Sarung tenun Majalaya yang digunakan oleh banyak ASN di acara tersebut, menurut Bey Machmudin, Pelaksana Tugas Gubernur Jawa Barat, tidak sekadar kain yang dikenakan, tetapi merupakan simbol dari filosofi hidup yang sederhana, rapi, dan sopan.
"Sarung juga menjadi lambang penghormatan terhadap warisan budaya dan mendukung kemajuan ekonomi daerah, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan para pengrajin sarung tenun di Jawa Barat," katanya dalam keterangan yang diterima Ketik.co.id
Selain itu lanjut Bey, momentum ini juga membawa semangat "sareundeuk saigel sabobot sapihanean," yaitu semangat kebersamaan dan keharmonisan yang selalu dijaga oleh masyarakat Jawa Barat.
"Dengan menggunakan sarung tenun Majalaya, masyarakat diharapkan tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian daerah dengan mendukung UMKM dan para pengrajin lokal," ujarnya.
Hal senada dengan Herman Suryatman, Sekretaris Daerah Jawa Barat, berharap sarung tenun Majalaya dapat menjadi pilihan utama bagi masyarakat Jawa Barat, karena selain nyaman dan terjangkau, sarung ini juga memiliki banyak fungsi.
Ia mengajak untuk tidak menyia-nyiakan momentum ini dan memperkenalkan sarung tenun ini lebih luas lagi di tingkat kabupaten/kota se-Jawa Barat.
"Dengan semangat dan kerja keras semua pihak, diharapkan sarung tenun ini akan semakin dikenal, digunakan, dan menjadi simbol kemajuan serta budaya Jawa Barat yang lebih maju dan berbudaya," tandasnya. (*)