KETIK, SURABAYA – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Terbaru, Unesa berhasil mencatatkan prestasinya di Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) untuk kategori terapi mental butterfly hug dengan peserta terbanyak, yakni 600 orang pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
Terapi mental Butterfly Hug ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa, tetapi juga pimpinan, dan segenap civitas akademica di lingkungan kampus Unesa.
Dekan Fakultas Psikologi (FPsi) Unesa, Diana Rahmasari mengatakan, kegiatan terapi batterfly hug ini merupakan bagian dari komitmen dan bentuk perhatian lembaga terhadap kesehatan mental masyarakat, terutama mahasiswa.
Hal ini tidak lepas dari isu kesehatan mental yang akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat. Dimana angka stres dan depresi mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Mengutip data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas), Dekan FPsi melanjutkan, jumlah kasus "mengakhiri hidup" di Indonesia bertambah dari 618 kasus pada 2020 menjadi 1.350 kasus pada 2023.
"Mahasiswa tidak hanya dihadapkan pada tuntutan akademik, tetapi juga masalah keluarga, hubungan personal, dan berbagai stressor lain yang berpotensi mengancam kesehatan mental mereka," jelas Diana.
Ratusan mahasiswa saat mengikuti terapi mental Butterfly Hug. (Foto: Humas Unesa)
Dosen sekaligus psikolog Unesa itu menambahkan bahkan Hingga pertengahan Agustus 2024, angka tersebut bahkan mencapai 8.049 kasus, yang berarti rata-rata tiga orang "mengakhiri hidup" setiap harinya. Tekanan hidup dan perubahan sosial yang cepat turut menyumbang tingginya stres di kalangan mahasiswa.
"Kesehatan mental merupakan isu penting yang harus menjadi perhatian kita semua," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni Unesa, Madlazim menyampaikan pentingnya perhatian pada kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan hidup dan pencapaian prestasi civitas academica.
"Mari kita mulai menyadarkan diri bahwa kesehatan mental itu sangat penting untuk menjamin kualitas hidup dan akademik" paparnya.
Beberapa mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini ikut mengungkapkan perasaan mereka sesaat setelah melakukan terapi Butterfly Hug. Salah satunya adalah Wisnu Putra Airlangga, mahasiswa S-1 Psikologi angkatan 2023. Baginya, terapi ini membantunya lebih menghargai diri sendiri dan memahami batasan yang ada.
"Saya sempat sedih karena terlalu keras mengejar target hidup tanpa mempertimbangkan kemampuan. Kegiatan afirmasi tadi benar-benar membantu saya untuk lebih respek pada diri sendiri," pungkasnya.(*)