KETIK, TUBAN – Sepekan isu kelangkaan sampai melonjaknya harga Liguefied Petroleum Gas alias LPG atau elpiji isi tabung 3 kilogram di tingkatan pembeli rumah tangga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Tuban mendapatkan tanggapan dari Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus.
Area Manager Comm, Relation & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus Ahad Rahedi mengatakan bahwa kondisi yang dikeluhkan di kabupaten Tuban hanya terjadi di Kecamatan Jatirogo. Sementara di wilayah lain stok ketersediaan elpiji masih aman.
Ia menjelaskan pendistribusian LPG di Kabupaten Tuban dari Terminal LPG - SPBBE - Agen - Pangkalan dilaksanakan oleh 28 agen LPG dan 1269 pangkalan.
Sedangkan, di wilayah kecamatan Jatirogo, mencakup 18 desa, kebutuhan LPG dilayani 8 Agen dan 85 Pangkalan dengan rincian jumlah pangkalan perdesa minimal 4 pangkalan. "Dan stok di pangkalan rata-rata 50 tabung saat dilakukan sampling," tulisnya.
Soal lonjakan harga mencapai Rp 25.000,- kata dia, adalah harga tinggi di toko atau pengecer. Dia menduga pengecer memanfaatkn situasi untuk menaikkan harga. Ahad menambahkan, soal harga eceran merupakan ranah dinas daerah terkait di luar Pertamina. "Ini dalam ranah pengawasan disperindag atau diluar pertamina," ucapnya.
Ahad Rahedi mengimbau masyarakat untuk membeli LPG di Pangkalan resmi Pertamina yang menjual harga sesuai HET Jatim senilai Rp 16.000.
Sebelumnya, diketahui sejumlah pembeli atau pengguna LPG 3 kilogram di kecamatan Jatirogo, dan kecamatan Kenduruan mengeluhkan harga tertinggi di pengguna mencapai Rp 25000 ribu pertabung.
Dinas terkait Kabupaten Tuban, selaku pengawas distribusi barang subsidi pemerintah, mengklaim kondisi kelangkaan atau tersendatnya distribusi LPG dipengaruhi cuaca buruk yang menghambat distribusi LPG dari Agen ke pangkalan.
Peryataan ini membuat warga bernama Tamami mengatakan keterangan Dinas terkait di daerah kabupaten Tuban tidak masuk akal. "Apa bedanya dengan Kecamatan lainnya di Kabupaten Tuban," ucapnya. (*)