Radio dan Digitalisasi, Strategi El Victor 93,30 FM Bertahan di Tengah Persaingan

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Mustopa

11 September 2024 16:01 11 Sep 2024 16:01

Thumbnail Radio dan Digitalisasi, Strategi El Victor 93,30 FM Bertahan di Tengah Persaingan Watermark Ketik
Studio radio El Victor 93,30 FM Surabaya. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Tanggal 11 September diperingati sebagai hari radio nasional. Radio sendiri menjadi bagian penting dari kehidupan manusia sejak ditemukan oleh Guglielmo Marconi pada tahun 1895. 

Hingga kini, radio terus berevolusi menjadi salah satu media komunikasi yang menyebarkan informasi ke masyarakat luas.  Namun, keberadaan radio makin tergerus oleh banyaknya media digital yang bermunculan saat ini.

Salah satu radio yang mencoba tetap bertahan di era digital adalah El Victor 93,30 FM. Radio yang terletak di jalan Jemursari, Surabaya ini sudah berdiri sejak 1970 an dab fokus pada informasi, syiar dan juga musik.

Anang Supriyono, Stasion Manager El Victor mengatakan, sebagai media informasi pihaknya ingin radio ini menjadi pemberi wawasan bagi masyarakat. Banyak program-program dari El Victor yang fokus pada edukasi, seperti Fajar Syiar yang memberikan pengetahuan agama kepada masyarakat.

"Salah satu program unggulan kita ada Fajar Syiar, yang mana ini sisinya pengetahuan agama islam lengkap baik fiqih, hadist dan macam-macam," jelas Anang kepada Ketik.co.id, Rabu 11 September 2024.

Lebih lanjut, selain itu juga ada Opor (Ono Opo Rek), program ini membahas terkait politik dan pemerintahan. Selain itu juga ada LBS (Lontong Balap Suroboyo) yang berisi informasi mengenai budaya, info menarik dan populer hari ini. 

"Jadi di sini memang kita ingin memberi wawasan tanpa menggurui para pendengar. Kita berikan informasi secara ringan diselingi hiburan," tambahnya.

Tidak lupa juga acara hiburan berupa musik, salah satunya happy evening yang memutar lagu era 90-an dan informasi artis yang bisa menemani para pendengar di malam hari. Terdapat juga lagu-lagu campursari dari para penyanyi populer yang diputar menemani para pendengar.

"Sebagai media hiburan kita juga memutar lagu-lagu campursari seperti Denny Caknan dan juga Didi Kempot," paparnya.

Namun, di balik itu semua, Anang mengaku bahwa industri radio saat ini dapat dibilang cukup terpuruk di tengah persaingan media digital yang banyak bermunculan. Di era kejayaannya dahulu tidak sulit bagi radio untuk mencari iklan sebagai sumber pemasukan. 

Akan tetapi saat ini tentu berbanding terbalik. Banyak pemasang iklan yang lebih memilih media digital atau sosial media (sosmed) untuk mempromosikan produknya.

"Sekarang memprihatinkan ya. Dulu itu kalau mau cari uang Rp1 miliar itu enggak sulit buat radio. Tapi hari ini mereka sudah bikin sosmed sendiri atau ke media online yang harganya kebih murah," ungkapnya 

Untuk bertahan hingga saat ini, salah satu strategi yang diterapkan adalah menyasar segmen tertentu yang dipandang lebih menjanjikan.

Untuk El Victor lebih berfokus pada segmen religi, membangun kolaborasi dengan berbagai pihak juga menjadi salah satu trik untuk bisa bertahan.

"Kami pernah berkolaborasi dengan perusahaan travel dengan menyelenggarakan umroh bersama El Victor. Ini adalah salah satu langkah untuk bertahan," katanya.

Karena penikmat radio kebanyakan merupakan generasi 90-an, maka El Victor juga menyasar segmen tersebut. Salah satunya dengan menghadirkan lagu-lagu nostalgia, membuat mereka serasa kembali ke masa silam.

Segmen ini menjadi salah satu pasar potensial bagi industri radio, lantaran memang pendengar saat ini kebanyakan berada di rentang tahun 90-an.

"Segmen 90 ini juga pasar yang potensial karena mereka yang pernah mendengarkan radio. Kalau generasi baru sekarang sudah tidak pernah mendengar radio lagi," pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Hari radio nasional Media Komunikasi Segmentasi Religi media Hiburan informasi Radio El Victor media digital