KETIK, BADUNG – Musim sampah telah tiba. Itulah sebutan untuk Pantai Kuta Bali dan sepanjang garis pantai sekitarnya.
Pada bulan-bulan November hingga ketemu tahun depannya di bulan Maret Pantai Kuta Bali selalu dipenuhi tumpukan sampah.
Sepanjang kilometer garis Pantai Kuta dipenuhi sampah-sampah plastik hingga kayu yang menumpuk bak gunung sampah.
Pemandangan ini seolah dianggap biasa saja oleh warga setempat bahkan Pemerintah Daerah (Pemda). Dalam hal ini bisa saja Gubernur di level Provinsi atau Bupati di Kabupaten Badung yang punya wilayah.
Alasan klasik dari Pemda dan warga sekitar adalah itu sampah kiriman tiap tahun dan berjalan puluhan tahun. Ya, seperti itu faktanya.
Tetapi tidak dengan para wisatawan, baik lokal maupun turis asing. Mereka selalu komplain dengan sampah tersebut hingga diviralkan ke medsos.
Namun apa daya, mulai dari ikut membantu membersihkan walau sedikit, diviralkan ke medsos hingga teriak-teriak berdebat antar warga, wisatawan, turis asing tak mampu menyeselaikan masalah tersebut.
Pemandangan Pantai Kuta Bali yang penuh dengan sampah kiriman. (Foto: Kia/Ketik.co.id)
Kembali lagi jawaban dari Pemda itu sampah kiriman. Kita sudah berusaha membersihkan setiap hari dengan ratusan orang tetapi tetap saja ada sampahnya dan akhirnya dibiarkan saja kembali sampah menumpuk.
Merusak pemandangan hingga bau tak sedap.
"Memang seperti ini, Pak. Setiap akhir tahun hingga awal Maret dan ini sudah bertahun-tahun. Kita biasa menyebut sampah kiriman," kata Nyoman Dani, salah satu petugas kebersihan di Pantai Kuta.
Kata dia, Pemerintah sudah setiap hari membersihkan. Bahkan TNI sampai turun tangan dan gotong royong bersama warga. Sudah bersih tapi sampah datang lagi.
"Mungkin karena musim hujan dan angin ya. Nanti masuk April hingga November biasanya bersih dari sampah kiriman," imbuh Nyoman.
Padahal, Bali menjadi destinasi nomor satu di dunia dan ikon Bali yang utama adalah Pantai Kuta, sebelum saat ini bermunculan destinasi lain seperti Ubud.
Tumpukan sampah plastik dan kayu di sepanjang Pantai Kuta Bali. (Foto: Kia/Ketik.co.id)
Pantai Kuta adalah kacamata Indonesia di dunia. Turis asing dari seluruh dunia berkunjung ke Bali dan pasti berkunjung ke Pantai Kuta untuk menikmati surfing hingga sunrisenya.
Treva contohnya. Turis asing asal Australia itu mengaku risih dan terganggu dengan tumpukan sampai sepanjang Pantai Kuta.
"Sangat memalukan," kata Treva menggunakan Bahasa Inggris.
Di negara saya, sambung Treva, itu berangkat dari kesadaran anak mudanya lalu pemimpinnya.
Solusinya harus ada alat teknologi untuk mengatasi sampah yang terlalu menumpuk di ruang publik ini.
"Di negara saya ada teknologi yang mengurus persampahan tapi itu memang agak mahal ya. It must be solved. The sooner the better. I love Bali so much," akunya.
Negara Diam, Pemda Bali Tak Punya Solusi Konkret!
Ok, kita sebut saja itu sampah kiriman dan telah berlangsung puluhan tahun.
Layak kah kita sebut pemimpin-pemimpin yang berkaitan dengan Pantai Kuta itu visioner?
Jelas tidak! Saya tidak membahas siapa Bupati dan Gubernurnya, yang pasti mereka jelas dihadapkan permasalahan yang sama setiap tahun dan telah berjalan puluhan tahun.
Apa yang terjadi, mereka hanya menganggap sampah yang menumpuk di garis pantai saat musim hujan tiba sepanjang bulan November hingga Maret tahun depannya adalah masalah klasik.
Mungkin bagi mereka tak perlu diselesaikan dan dibiarkan saja dengan pola yang sama tiap tahunnya.
Hanya dibersihkan sebisanya dengan tenaga seadanya dan peralatan secukupnya.
Sepinya Pantai Kuta Bali di sela banyaknya sampah kiriman yang menggunung. (Foto: Kia/Ketik.co.id)
Inilah yang kita sebut, mereka tidak layak disebut pemimpin visioner.
Era saat ini negara kita makin maju, makin berkembang dan makin modern.
Dibutuhkan kepala daerah yang visioner dan mampu berpandangan seperti memimpin perusahaan swasta.
Bukan lagi pemimpin hanya minta dilayani dan menghabiskan anggaran tanpa berpikir uang negara habis untuk apa dan dapat apa.
Mengukur Kekuatan
Data Anggaran 2024, jika dirinci kurang lebih: 3000 triliun uang negara, 11 triliun uang Pemprov Bali, dan 7 triliun PAD Kabupaten Badung.
Wow! Jumlah fantastis!
Kekuatan uang ribuan triliunan negeri ini tak mampu untuk selesaikan masalah klasik yang menjadi penyakit dan merusak Pantai Kuta Indonesia di mata dunia.
Mengapa saya harus kupas hingga uang ribuan triliunan tak mampu selesaikan?
Karena Pantai Kuta belum menemukan pemimpin visioner yang ditunggunya.
Terang saja, gak perlu sampai ke pusat, PAD Kabupaten Badung 2023 mencapai 7 triliun lebih, terbesar PAD ini diterima dari sektor pajak dan retribusi wisata.
7 triliun diterima Kabupaten Badung tak mampu untuk menyelesaikan masalah ratusan ton sampah setiap tahunnya.
Ke Mana Uangnya?
Pemda Badung hanya mampu membersihkan seadanya dengan tenaga dan peralatan seadanya.
Saya tidak tahu berapa anggaran yang dialokasikan untuk mengatasi masalah tahunan tersebut.
Apakah Pemprov Bali dilibatkan atau melibatkan sendiri dalam melihat Pantai Kuta. Yang pasti Gubernur, Pejabat dan keluarga besarnya pasti akan melewati Pantai Kuta.
Atau jangan-jangan Pemda Badung dan Pemprov Bali tutup telinga dan mata melihat permasalahan tersebut hingga dibiarkan dan mengalir begitu saja.
Belum lagi saya ulas, di mana Kementerian Pariwisata negeri ini?
Kemenpar hanya gunakan nama Bali untuk promosi dan jual wisata Indonesia, tetapi tidak ikut andil dalam teknis apa yang terjadi dan menjadi masalah di Pantai Kuta.
Visioner!
Di sinilah kita harus punya pemimpin visioner.
Masalah sampah kiriman Pantai Kuta musiman yang berlangsung hampir puluhan tahun, harus selesai hari ini juga.
Saya tidak tahu siapa yang harus mulai, Pemda Badung, Pemprov Bali atau Negara.
Kuncinya jelas, sampah kiriman akan datang pada bulan November hingga Maret di tahun depannya.
Mungkin selama ini puluhan tahun menyelesaikannya, hanya seadanya dan sewajarnya dengan biaya, tenaga dan peralatan secukupnya.
Gunung sampah yang tidak wajar ini harus ditangani dengan cara tidak wajar! Jangan biasa-biasa saja.
Solusi!
Mengapa tidak dimulai permasalahan klasik tersebut dengan perhitungan angka yang jelas.
Overall!
Ada berapa hari, berapa bulan lamanya sampah kiriman akan datang?
Ada berapa banyak jumlah sampah kiriman yang datang setiap harinya?
Ada berapa wilayah terdampak sampah kiriman yang datang setiap harinya?
Butuh berapa orang tenaga kebersihan hingga angkut jika harus membersihkan sampah tersebut setiap harinya?
Butuh berapa kendaraan truk sampah hingga bego atau peralatan berat lainnya untuk menanggulangi sampah tersebut setiap harinya?
Butuh berapa peralatan atau kendaraan dengan teknologi canggih kah untuk mengambil sampah setiap harinya?
Harus dibangun TPS atau TPA di mana kah untuk sampah yang telah dibersihkan dan diambil setelah dibersihkan setiap harinya?
Harus diolah seperti apa, sampah yang telah dibersihkan dan dikirim ke TPS atau TPA setiap harinya?
Harus seperti apa memberikan edukasi kepada masyarakat, wisatawan baik lokal maupun turis asing bahkan lintas pulau untuk menjaga kebersihan laut?
Harus melakukan kajian dan meneliti apa, pemerintah agar tiap tahun sampah kiriman tidak datang lagi setiap harinya?
Harus membangun apa pemerintah, agar sampah tersebut tidak datang lagi setiap musimnya?
Mungkin ada apa lagi yang bisa dilanjutkan, bisa kasih komen tulisan ini ya!!!
Laksanakan di atas, siapkan segalanya jadikan kebijakan terapkan sebagai SOP setiap harinya.
Sama halnya, ketika Anda ke mall di kota-kota besar, SOP cleaning service bisa Anda lihat. Mereka menyapu, mengepel dan membersihkan toilet setiap menit, setiap jam setiap hari, bulan dan tahun sama terus dan berulang.
Inilah pemimpin atau kepala daerah yang visioner.
Mereka pasti bisa menyelesaikan permasalahan klasik yang sudah jelas seperti di atas.
Tunggu apalagi!
Pemerintah pusat yang kerja ambil alih!
Atau Pemprov Bali!
Bisa juga Pemkab Badung yang akhirnya sadar dan bisa atasi ini!
Endingnya, kolaborasi Pemerintah Pusat, Pemprov Bali dan Pemkab Badung menyelesaikan masalah ini!
Fokus Pemda Badung satu program ini saja diatasi, pasti selesai.
Pantai-pantai di Badung bersih, pasti wisatawan lokal dan turis asing akan berdatangan lebih banyak lagi.
PAD akan tumbuh terus di setiap tahunnya.
Semoga tahun depan sudah tidak ada masalah sampah kiriman lagi di sepanjang Pantai Kuta Bali. (Kia)